Thursday, June 13, 2013

SKENARIO PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP


Sebelum seorang guru mengajar di kelas, alangkah bijaksananya sebelumnya menyiapkan terlebih dahulu bahan materi yang akan diajarkan guru kepada siswanya. Selain itu guru juga harus menyusun skenario proses KBM dari mulai awal sampai akhir. Biasanya guru mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai atau pada hari kemarinnya. Skenario pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ini untuk siswa kelas VII semester II dan untuk SK/KD Menulis Puisi Lama Berkenaan Dengan Keindahan Alam. 
Adapun skenario peran seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa di kelas adalah sebagai berikut : 
  1. Guru mempersiapkan buku materi dan bahan ajar puisi lama antara lain sebagai berikut :
                           a)         Buku teks materi Bahasa Indonesia Kelas VII.
                           b)         Puisi lama yang berkaitan dengan keindahan alam.
                           c)         Gambar pemandangan alam. Ini dikarenakan agar siswa dapat melihat gambar ini untuk bahan materi pembuatan puisi.
                           d)         Majalah/ Koran yang berkaitan dengan penulisan puisi lama.
                           e)         Pemandangan alam di sekitar sekolah.
  1. Guru berangkat dari rumah sekitar pukul 6.30 pagi sebelum bel tanda masuk sekolah berbunyi.
  2. Biasakan guru datang lebih awal untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk memperlancar KBM. Dengan datang lebih awal akan mempersiapkan mental psikologis seorang guru sebelum berhadapan dengan siswanya.
  3. Tanda bel masuk berbunyi. Guru harus datang ke kelas untuk mengajar kira-kira 2 menit setelah bel masuk berbunyi. Ini dikarenakan agar semua siswa masuk semua ke kelas dan duduk rapih.
  4. Biasakan sebagai umat muslim kita membacakan salam sebelum masuk kelas.
  5. Guru masuk kelas dan duduk. Setelah itu siswa membacakan doa sebelum pelajaran dimulai.
  6. Guru membuka buku daftar hadir siswa untuk mengabsen siswa satu-satu. Ini bertujuan agar dapat menandai siswa yang hadir dan yang terlambat hadir dapat diketahui.
  7. Sebelum materi pelajaran selanjutnya dimulai, guru menyisihkan waktu 10 menit untuk mengulang kembali materi pelajaran yang kemarin. Kegiatan ini bertujuan agar siswa tidak lupa dengan apa yang telah diajarkan guru kemarin kepada siswa. Adapun beberapa cara mengstimulus siswa antara lain :
                           a)         Guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang materi pelajaran yang kemarin diberikan.
                           b)         Guru mengecek tugas PR siswa yang diberikan kemarin. Ini agar siswa selama di rumah dapat belajar pelajaran yang sudah diberikan, meskipun di luar jam sekolah.
  1. Setelah itu kemudian guru melanjutkan materi pelajaran baru dengan syarat siswa mampu menerima pelajaran yang diberikan guru. Jangan sampai materi yang diberikan guru berlebihan, lebih baik setahap demi setahap agar siswa mampu mengikutinya. Untuk itu guru wajib membuat indicator-indikator hasil belajar siswa. Dalam materi menulis puisi lama berkenaan dengan keindahan alam guru membuat indicator antara lain sebagai berikut :
a)     Siswa mampu menulis puisi lama.
b)     Siswa mampu mengenal macam-macam puisi lama.
c)      Siswa mampu menulis larik-larik puisi lama dengan benar.
d)     Siswa mampu menyunting puisi lama hasil karya sendiri.
  1. Dalam proses KBM guru diberikan kebebasan dalam memilih metode apa yang sesuai untuk siswanya. Tetapi kebanyakan guru menggunakan metode ceramah kira-kira 60%. Ini masih dianggap wajar tetapi jangan sampai siswa terus-terus diberikan materi oleh guru. Seharusnya siswa yang mencari sendiri permasalahannya, ini sesuai dengan metode pembelajaran teori konstruktivistik yang menjadikan siswa kreatif. Dalam hal ini materi pelajaran menulis puisi lama menggunakan metode yang diberikan antara lain :
                           a)         Metode ceramah, ini dimaksudkan siswa sebelum menulis puisi lama dapat mendengarkan penjelasan guru tentang puisi lama itu sendiri, bagaimana cara membuatnya dan jenis-jenis puisi lama.
                           b)         Metode diskusi, ini bertujuan agar siswa dapat bekerja sama dengan teman-temannya dalam forum diskusi sederhana. Dan ini juga agar siswa dapat mandiri sesuai dengan KTSP yaitu siswa sebagai Student Centre dan guru hanya sebagai fasilitator.
  1. Dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, guru bahasa dalam menyampaikan materi harus sesuai dengan kurikulum yang mencakup komponen kemampuan berbahasa dan sastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
ü  Mendengarkan
ü  Berbicara
ü  Membaca
ü  Menulis
  1. Dalam hal ini menulis puisi lama berkenaan dengan keindahan alam guru mengelompokan beberapa siswa menjadi beberapa kelompok yang masing-masing anggotanya 5 orang siswa. Ini bertujuan untuk :
                                 a)         Siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan masalah pelajaran.
                                 b)         Siswa dapat berbagi ilmu dengan teman-temannya dalam hal ini tentang menulis puisi lama.
  1. Agar siswa tidak cepat bosan dengan menulis puisi lama, guru mengajak siswa ke luar kelas dan mencari bahan untuk menulis puisi lama dengan melihat keindahan alam di sekitar sekolah dengan memberikan waktu sekitar 15 menit.
  2. Setelah siswa mendapatkan bahan untuk menulis puisi lama, guru mengumpulkan siswa kembali di dalam kelas untuk proses selanjutnya yaitu membuat puisi lama.
  3. Guru mengumpulkan pekerjaan siswa dan mengevaluasinya. Adapun beberapa evaluasi/ penilaian yang diberikan guru antara lain :
·         Jenis Tes :
a)     Tes tertulis : Membuat puisi lama.
b)     Tes lisan : Membacakan puisi lama hasil suntingan sendiri.
·         Bentuk Tes :
a)     Objektif
b)     Uraian
  1. Guru setelah memberikan KBM memberikan waktu 5 menit kepada siswa sebelum pelajaran berakhir untuk bertanya kepada guru yang tidak mengerti dalam proses KBM tadi.
  2. Untuk mencegah siswa melakukan kegiatan yang tidak bermangfaat di luar jam sekolah, siswa diberikan pekerjaan rumah berupa kerja kelompok atau individu untuk mencari jenis-jenis puisi lama.
  3. Sebelum bel tanda berakhirnya jam pelajaran, siswa kembali diabsen bertujuan agar tidak ada siswa yang bolos melarikan diri pada waktu pelajaran tadi.
  4. Guru keluar kelas dengan mengucapkan salam.

Itu merupakan skenario seorang guru SMP kelas VII semester II dalam proses awal persiapan seorang guru sebelum mengajar sampai proses KBM dimulai dan berakhir. Dalam hal ini materi yang diberiakan sesuai dengan SK/KD yaitu Menulis Puisi lama berkenaan dengan keindahan alam.

MEMBACA KREATIF


1.                        Dramatisasi
            Pada tahap pertama para siswa dilatih memberikan ekspresi dramatik terhadap para tokoh serta ide - ide yang telah mereka temui dalam bacaan mereka. Tahap kedua para siswa mendramatisasikan tema - tema dari sastra dalam kaitannya dengan pengalaman - pengalaman mereka sendiri atau situasi - situasi kontemporer. Tahap berikutnya, memberi kesempatan kepada para siswa untuk mempersonalisasikan serta memberikan ekspresi dramatik bertahap apa yang telah mereka baca. Agar kita mendapat pandangan yang lebih luas serta dapat membimbing para siswa dalam hal dramatisasi, maka ada tiga hal yang harus kita perhatikan :
a)      Prinsip - prinsip kritik drama
b)      Unsur - unsur drama
c)      Ienis - jenis drama

1.1  Prinsip - prinsip kritik drama
Pada abad ke-18 seorang dramawan Jerman yang bernama Goethe, memproklamasikan tiga prinsip kritik drama,yang biasa disebut Prinsip Goethe  adalah sebagai berikut :
a)      Apakah yang hendak dilakukan oleh sang seniman ?
b)      Betapabaiknya dia melakukan hal itu ?
c)      Bermanfaatkah hal itu dilakukan ?
Apabila kita menjawab pertanyaan pertama, maka kita terutama sekali menghadapi fakta-fakta. Kita akan sampai pada jawaban – jawaban faktual.
Kalau kita menjawab pertanyaan yang kedua, maka kita akan mempertimbangkan betapa baikah sang seniman telah memanfaatkan unsur – unsur drama serta memadunya menjadi satu keseluruhan yang artistik yang efektif.
            Dan apabila kita menjawab pertanyaan yang ketiga, maka kita akan mengemukakan pendapat kita. Kalau kita telah menjawab pertanyaan pertama dan kedua dengan baik, maka jawaban atas pertanyaan ketiga dapat diberikan dengan mudah.
1.2   Unsur – unsur  drama
Ada beberapa unsur dalam drama diantaranya :
a)      Alur atau plot
b)      Karakteristik atau penokohan
c)      Dialog atau percakapan
d)     Aneka sarana kesastraan dan kedramaan

       I.            Alur atau plot.
            Eksposisi suatu lakon menentukan aksi dalam waktu dan tempat; memperkenalkan kita dengan para tokoh; menyatakan suatu sesuatu lakon, mengajukan konflik yang akan dikembangkan dalam bagian utama lakon tersebut.
            Komplikasi atau bagian tengah lakon, mengembangkan konflik. Sang pahlawan atau tokoh utama menemui aneka rintangan antara dia dan tujuannya. Pada bagian inilah kita dapat mengetahui jenis manusia yang bagaimanakah sang pahlawan itu. Pengarang dapat mempergunakan teknik sorot - balik atau flash - back untuk memperkenalkan kita dengan masa lalu sang pahlawan menjelaskan sesuatu situasi, atau untuk memberikan motivasi bagi aksi – aksinya.
            Resolusi atau denonement hendaklah muncul secara logis dari segala sesuatu yang telah mendahuluinya di dalam komplikasi. Titik balik yang memisahkan komplikasi dengan resolusi disebut juga klimaks.
            Pada klimaks itulah terjadi perubahan penting mengenai nasib sang tokoh dan akan menjadi jelas arah mana yang akan dituju oleh alur lakon tersebut. Dalam beberapa hal, akhir sesuatu lakon akan berupa yang menyenangkan atau tidak menyenagkan,happy or unhappy.

    II.            Karakterisasi atau penokohan.
Beberap tokoh beserta fungsinya dalam suatu lakon adalah sebagai berikut :
a)      Tokoh gagal, tokoh badut, atau the foil.
Tokoh ini mempunyai pendirian yang bertentangan dengan tokoh lain; bertindak menegaskan tokoh lain; dia mungkin merupakan tokoh minor yang hanya berfungsi sebagai tukan badut; atau dia mungkin pula menerangkan suatu bagian mayor dalam lakon, yang secara insidental bertindak selaku badut atau foil.
b)      Tokoh idaman atau the type character.
Tokoh ini dipakai terutama sekali karena dia dapat diberi ciri dengan cepat dapat dikenal segera. Dia mungkin merupakan wakil suatu daerah atau jabatan.kehadiran para tokoh idaman membuat tokoh individual yang sebenarnya semakin lebih hebat , semakin luar biasa.
c)      Tokoh statis atau the static character.
Tokoh ini pada hakekatnya tetap sama, tanpa perubahan; pada akhir lakon sama saja dengan pada awal lakon. Tokoh ini adalah tokoh statis.
d)     Tokoh yang berkembang.
Tokoh ini mengalami perkembangan selama atau di dalam lakon.

 III.            Dialog atau percakapan.
Dalam setiap lakon, dialog haruslah dapat memenuhi dua tuntutan yaitu :
a)      Dialog haruslah turut menunjang aksi.
b)      Dialog yang ditampilkan di atas pentas haruslah ditambah – tambahi serta di lebih – lebihkan. Maksudnya, haruslah jauh lebih tajam dari terbit dari dari pada ujaran sehari – hari.

 IV.            Aneka sarana kesastraan dan kedramaan.
a)      Gaya bahasa repetisi, baik yang berupa kontras (pertentangan) maupun yang berupa parallel (kesejajaran).
b)      Gaya bahasa dan suasana yang serasi yang turut menusuk seakan sesuatu drama haruslah diciptakan sebaik – baiknya.
c)      Perlambang atau simbolisme. Dengan mempergunakan benda – benda atau hal – hal yang nyata. Seorang penulis kadang – kadang menyampaikan serta mengemukakan ide – ide yang abstrak.
d)     Empati serta jarak estetik (empathy aesthetic distance). Suatu hal yang harus diperhatikan dalam sastra adalah yang terdapat antara dua kualitas yang dikenal sebagai empati atau pemahaman apresiasif terhadap sesuatu lakon apabila dia mengalami secara emosional apa yang diamatinya. Dia menjaga serta memperhatikan jarak estetik apabila emosi – emosinya muncul sedemikian rupa yang membuatnya sadar setiap saat bahwa dia hanyalah seorang pemirsah atau pembaca.

1.3  Jenis – jenis drama
                               I.            Tragedi
Tragedi adalah sejenis drama yang mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
a)      Sebuah lakon sedih, tragis, harus mengenai suatu subyek yang serius.
b)      Sang pahlawan, tokoh utama harus merupakan persoalan yang memiliki sifat – sifat kepahlawanan, gagah berani, herois.
c)      Tiada kepercayaan besar yang harus di letakan pada kesempatan atau kejadian yang kebetulan saja.
d)     Rasa kasihan dan rasa takut merupakan emosi – emosi dasar pada lakon itu :kasihan pada tokoh utama dalam penderitaannya, dan takut kalau – kalau pencobaan yang sama datang pula kepada kita. Dari kekalahan serta kegagalan itu timbullah katarsis atau perasaan terharu.
                            II.            Komedi
Komedi mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
a)      Lakon ini mungkin mengenai suatu subjek yang serius ataupun yang ringan, tetapi senantiasa memperlakukan subyeknya pada taraf dan nada yang ringan.
b)      Lakon ini mengenai peristiwa – peristiwa yang bertaraf mungkin atau besar kemungkinan terjadi.
c)      Apa – apa yang terjadi muncul dari tokoh, dan bukan dari situasi.
d)     Gelak tawa yang ditimbulkan oleh lakon ini adalah sejenis gelak tawa atau kelucuan yang bijaksana.
                         III.            Melodrama
Melodrama mempunyai cirri – cirri sebagai berikut :
a)      Mengetengahkan serta menampilkan suatu subyek yang serius, tetapi para tokohnya tidaklah seotentik para tokoh yang terdapat pada tragedi.
b)      Unsur kesempatan atau kejadian yang kebetulan, ada masuk kedalamnya.
c)      Emosi atau rasa kasihan memang ditimbulkan, tetapi cenderung kearah sentimentalitas.
d)     Sang pahlawan senantiasa memenangkan perjuangan.
Hal – hal yang harus di perhatikan ialah bahwa sebagai seorang penilai lakon kita mengetahui perbedaan antara emosi sejati dengan sentimentalitas.
                         IV.            Frace
Frace erat hubungannya dengan komedi. Tokoh – tokoh dan insiden – insiden dalam suatu frace memang dibesar – besarkan, dilebih – lebihkan, dan penekanan lebih dititikberatkan pada alur ketimbang tokoh.suatu frace mempunyai cirri – cirri sebagai berikut :
a)      Peristiwa – peristiwa dan tokoh – tokoh yang terdapat pada lakon ini memang mungkin ada, tetapi tidak begitu besar kemungkinannya.
b)      Bersifat episodik, memerlukan kepercayaan hanya pada saat itu saja.
c)      Segala yang terjadi timbul dari situasi, bukan dari tokoh.

2.                  Interpretasi lisan atau musik
            Agar para siswa dapat dilatih menginterpretasi sepenggal bacaan sastra dengan tepat secara lisan dan musik, maka para guru terlebih dahulu harus menguasai teori musik alakadarnya, terutama sekali nada dan tempo.
            Agar pelisanan atau praktek vocal berhasil baik dengan dalam menyajikan sebuah lagu atau membaca indah sepenggal karya sastra, ada bebrapa hal yang harus diperhatikan dan dilatih dengan baik, yaitu :
a)                  Mambaca notasi
b)                  Pernafasan dan sikap
c)                  Pemenggalan kalimat atas frase (phrasering)
d)                 Pengucapan.
Keterampilan di atas tidak datang dengan sendirinya tetapi harus disertai dengan latihan yang intensif yang harus dilakukan dengan sabar, tekun, pantang menyerah.

3.                  Narasi pribadi
Kegiatan ini terutama sekali berhubungan dengan pengisahan cerita atau storytelling.dengan kegiatan ini para siswa dituntut banyak membaca cerita serta dapat menceritakannya kembali dengan kata – kata sendiri, dengan gaya bahasa sendiri. Kian banyak cerita yang dibaca oleh para siswa maka kian mentap pulalah pengertian serta pemahaman mereka mengenai bentuk dan isi fiksi. Berdasarkan bentuknya fiksi itu di bagi menjadi lima golongan yaitu :
a)                  Novel (istilah kita roman, dari bahasa Belanda)
b)                  Novelette (istilah kita novel, dari bahasa Belanda novella, dari bahasa perancis nouvele yang berarti hal yang baru).
c)                  Short story (cerita pendek)
d)                 Short short story (dapat kita namakan cerita singkat)
e)                  Vignette (dinamakan begitu karena sangat singkat dan hanya memekan tempat sedikit, vignette (bahasa Prancis)
Berdasarkan isinya maka dapatlah kita membagi fiksi itu atas :
1.      Impresionisme
2.      Romantik
3.      Realisme
4.      Realism sebenarnya
5.      Naturalisme
6.      Ekspresionisme
7.      Simbolisme

4.                  Ekspresi tulis
Kegiatan ini terutama sekali direncanakan untuk memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengekspresikan diri mereka dalam karya tulis.pada tahap pertama, para siswa berlatih mempraktekkan ekpresi kreatif dengan cara menulis kembali cerita – cerita yang telah mereka baca.
Pada tahap kedua, para siswa menulis cerita – cerita dan lakon – lakon asli yang menghubungkan bebrapa aspek sastra dengan pengalaman – pengalaman pribadi atau situasi – situasi kontemporer. Pada tahap ketiga,keterampilan tersebut ditingkatkan serta diperhalus dengan upaya menyuruh serta mendorong para siswa menulis kembali penggalan –penggalan sastra dan merubah aspek – aspek yang ada kaitannya dengan suasana hati, nada, gaya, mode, atau dampak cerita.
Dari uraian tadi dapat kita pahami betapa eratnya hubungan membaca dan menulis. Kian banyak mambaca maka kian banyak pula informasi yang diperoleh,dan banyak pula hal- hal yang dapat kita sampaikan,kita ekspresikan kepada orang lain baik secara lisan maupun secara tulisan.

5.                  Ekspresi visual
Kegiatan in bermula pada tahap pertama dengan cara menampakan kegiatan – kegiatan yang mamberi kesempatan kapada para siswa untuk menciptakan suatu karya visual,seperti gambar, yang manggambarkan suatu adegan, objek, tokoh, ataupun gagasan yang berasal dari bacaan mereka.
Tahap kedua, para siswa menciptakan gambaran – gambaran visual yang menghubungkan beberapa aspek bacaan mereka dengan pengalaman pribadi. Tahap berikutnya parasa siswa merubah aspek bacaan mereka melalui gambaran – gambaran visual.

6.                  Aneka tujuan
Dengan kegiatan – kegiatan membaca kreatif ini ada beberapa tujuan yang hendak kita capai diantaranya :
Tujuan Tingkat A – C (kelas 1 – 2 SD)
·         Mendramatisasikan tokoh, perasaan, gagasan.
·         Memberikan interpretasi – interpretasi lisan dan music.
·         Mengisahkan atau menuturkan cerita berdasarkan tokoh atau tema.
·         Menulis cerita berdasarkan tokoh atau tema.
·         Menciptakan gambaran visual dari suatu adegan, obyek, tokoh,atau gagasan.

Tujuan Tinggkat D – E (kelas 3 – 4 SD)
·         Mendramatisasikan tema dari karya sastra dalam hubungannya dengan pengalaman pribadi.
·         Menyajikan interpretasi – interpretasi lisan dan musik.
·         Menciptakan cerita asli mengenai pengalaman pribadi berdasarkan karya sastra.
·         Menulis cerita atau lakon yang menghubungkan beberapa aspek sastra dengan pengalaman pribadi.
·         Menciptakan gambaran visual yang menerapkantema tertentu dari karya sastra kepada pengalaman – pengalaman pribadi.

Tujuan Tingkat F – G (kelas 5 – 6 SD)
·         Memenfaatkan drama untuk merubah isi sastra menjadi mode, suasana hati, atau sudut pandang yang berbeda.
·         Merubah mode, suasana hati, atau sudut pandang melalui interpretasi – interpretasi lisan dan musik.
·         Menciptakan cerita dengan cara mengubah mode, suasana hati, atau sudut pandang.
·         Menulis kembali sepenggal karya sastra dengan merubah mode, suasana hati, atau sudut pandang seperkunya.
·         Menciptakan gambaran visual bebrapa aspek sastra yang mengubahnya menjadi mode, suasana hati, atau sudut pandang yang berbeda dari semula.