Monday, December 5, 2016

CIRI ORANG BERIMAN DAN BERTAQWA

Sesungguhnya orang beriman itu hanyalah mereka yang disebut nama Allah bergetar hatinya, jika dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya ayat itu membuat iman mereka makin bertambah, dan hanya Kepada Rabb mereka bertawakkal . Yaitu orang yang mendirikan shalat dan menginfakkan sebagian (harta) yang Kami rezkikan kepada mereka. Mereka itulah orang beriman yang hakiki, dan mereka akan memperoleh kedudukan (derajat) yang tinggi di sisi Tuhan mereka, ampunan, serta rezki yang mulia” (terj. Qs. Al-Anfal ayat 2-4).

Iman itu bukan sekadar angan-angan, tapi keyakinan yang tertanam dalam hati dan dibuktikan kebenarannya oleh amal perbuatan (Hasan al-Bashri rahimahullah)
***
Dalam aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah, iman bukan sekedar keyakinan hati yang diucapkan di bibir. Tapi ia merupakan perpaduan antara keyakinan hati, perkataan lisan, dan perbuatan anggota badan. Banyak ayat al-Qur’an dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengisyaratkan bahwa amal perbuatan merupakan bagian dari iman. Dantaranya firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 143;
Sungguh, (Pemindahan qiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyi-nyiakan iman (shalat)mu. (terj. Qs. Al-Baqarah:143). Makna iman dalam kalimat “Allah tidak akan menyi-nyiakan imanmu” adalah shalat kalian menghadap baitul maqdis sebelum pengalihan qiblat ke Ka’bah. Artinya, dalam ayat di atas dengan tegas amalan shalat disebut oleh Allah sebagai Iman.
Dalam al-Qur’an dan hadits Nabi sering disebutkan ciri orang beriman berupa amal shaleh. Namun tulisan ini hanya akan fokus pada ciri dan sifat orang beriman yang Allah sebutkan dalam surah al-Anfal ayat 2-4. Alasannya adalah karena dalam ayat ini diawali dengan, “Innamal mu’minuunnaldziyna . . . ; Sesungguhnya orang-orang beriman itu hanyalah mereka yang . . .”. dan dikhiri dengan, “Ulaika humul mu’minuuna haqqan, . . . mereka itulah orang-orang beriman yang sebenarnya”.
Dalam ayat tersebut Allah menyebutkan lima sifat orang beriman, yakni;
1.      Bila disebut nama Allah, hatinya bergetar
Idza dzukirallahu wajilat quluubuhum; Bila disebut (nama, janji, dan ancaman) Allah bergetarlah hati mereka. Inilah sifat pertama orang beriman yang disebutkan oleh Allah dalam ayat ini. Bergetarnya hati mereka menunjukan rasa takut, sikap ta’dzim (pengagungan), dan cinta kepada Allah yang tertanam di hati mereka.
Dan diantara dzikrullah yang dapat menggetarkan hati orang-orang beriman adalah bacaan a-Qur’an. Bahkan tidak ada sesuatu yang paling besar pengaruhnya dalam mengingatkan tentang Allah dan memperingatkan untuk tidak menyelisihi perintah-Nya melebihi al-Qur’an. Karena dalam Al-Qur’an terdapat nama-nama Allah, janji dan ancaman-Nya. Allah Ta’ala sebutkan dalam surah Az- Zumar ayat 23;
Allah menurunkan perkataan terbaik (yaitu) Kitab Al-Qur’an yang serupa ayat-ayat-Nya lagi berulang-ulang. Gemetar karena-Nya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya. Kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka karena mengingat Allah. (terj. Qs. Az-Zumar :23)
Selain itu getaran hati yang muncul setelah mendengarkan nama Allah tersebut juga melahirkan ketenangan hati. Karena hanya dengan dzikrullah hati menjadi tenang. Sebagamana firman Allah dalam surah Ar-Ra’d ayat 28. Rasa tenang tersebut merupakan cerminan perasaan lapang dada yang ditimbulkan oleh cahaya makrifat dan tauhid. Karena hati yang bergetar ketika mendengar nama, janji, dan ancaman Allah juga melahirkan rasa takut berbuat maksiat serta semangat dan energi gerak melakukan ketaan kepada Allah.
2.      Iman Mereka Bertambah bila Mendengar Ayat Allah
Sifat mereka yang kedua adalah, bila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, maka iman mereka bertambah. Yakni keyakinan mereka kepada Allah bertambah mantap, dan bukti dari pertambahan iman tersebut adalah meningkatnya amal shaleh.
Hal ini menunjukan pula bahwa sarana efektif untuk meningakatkan keimanan adalah mendengarkan bacaan al-Qur’an dari orang lain. Karena mendengarkan melalui bacaan orang lain lebih membantu dan mengkondisikan untuk tadabbur (merenungkan kandungan makna) suatu ayat. Sebab saat mendengar, seseorang bisa lebih fokus medengarkan dan memikirkan serta tidak disibukkan fikirannya dengan memikirkan tatacara baca, tajwid, irama lagu, dan sebagainya. Rasulullah sendiri kadang meminta sahabat untuk memperdengarkan bacaan al Qur’an kepada beliau. Seperti beliau pernah meminta kepada ibn Masud radhiyallahu ‘anhu untuk membacakan al-Qur’an kepadanya.
3.      Bertawakkal kepada Allah
Tawakkal adalah bertumpu dan bersandar sepenuhnya hanya kepada Allah yang disertai dengan usaha mencari sebab (sarana). Orang beriman hanya bertawakkal kepada Allah. Karena mereka tahu, tawakkal merupakan ibdah dan ibadah hanya ditujukan kepada Allah semata. Tawakkal merupakan tingkatan tauhid tertinggi. Oleh karena itu, ciri mukmin sejati adalah tawajjuh kepada Allah semata dan hanya berdo’a kepada-Nya.
Dalam kalimat wa ‘alaa rabbihim yatawakkalun pada ayat di atas didahulukan penyebutan Allah sebagai objek yang dituju dalam bertawakkal. Hal itu menunjukan dua hal; pertama, Tawakkal hanya ditujukan kepada Allah Rabb (Tuhan) semesta alam. Karen Dialah tumpuan dan dan sandaran satu-satu-Nya bagi setiap makhluq. Kedua, Menunjukan kuatnya tawakkal orang-orang beriman kepada Allah. Mereka hanya bertawakal kepada Allah, serta tidak bertumpu dan bersandar kepada selain-Nya.
4.      Menegakkan Shalat
Ini merupakan salah satu sifat orang beriman yang paling sering disebutkan dalam al-Qur’an dan hadits Nabi shallallau ‘alaihi wa sallam. Mendirikan atau menegakkan shalat. Bukan sekadar mengerjakan shalat. Karena yang dimaksud dengan iqamatus Shalah (mendirikan/menegakkan shalat) adalah mendirikan shalat dengan memenuhi rukun-rukunnya, syarat-syaratnya, sunnah-sunnhnya, dan adab-adabnya.
Selain itu menegakkan shalat juga bermakna menunaikan shalat tersebut pada awal waktunya secara berjama’ah di Masjid dan melaksanakannya dengan khusyu’. Penunaian dan penegakkan shalat secara sempurna dengan menyempurnakan rukun, syarat,wajib, sunnah, dan adabnya serta dilakukan dengan khusyu dan tertib; waktu, cara, dan tempat diharapkan membuahkan hasil mencegah seseornag dari perbuatan keji, mungkar, dan sia-sia.
5.      Menginfakkan Sebagian Rezki Yang Mereka Peroleh
Rezki yang dimaksud di sini tidk hanya berupa harta. Tapi termasuk di dalamnya harta, ilmu, kedudukan, dan kesehatan. Orang beriman menginfakkan kesemua itu sebagai bukti iman dan taatnya kepada Allah Ta’ala. Infaq di sini bisa mencakup yang wajib maupun yang sunnah. Karena Ibadah kepada dengan harta (‘ibadah maliyah) memiliki ragam bentuk, seperti zakat, infaq, sedekah, waqaf, hibah, hadiah, dan memberi pinjaman.
Dalam ayat al-Qur’an, ibadah maliyah seperti infaq memiliki kedudukan yang sangat utama. Dalam sebagian ayat diisyaratkan bahwa ibadah maliyah berupa zakat, sedakah, infaq, dan sebagainya merupakan ciri utama orang beriman dan bertakwa yang akan memperoleh kemulian dan pemuliaan dari Allah berupa petunjuk (hudan), rezki, al-falah (keberuntungan), yang akan berujung pada derajat yang tinggi di Surga Firdaus pada hari akhir kelak. Diantara ayat yang menerangkan hal itu adalah Surah Al-Mukminun ayat 1-11 dan Surah Al-Anfal ayat 2-4 di atas.
Bukan Hanya Itu
Ciri dan sifat orang beriman bukan hanya lima poin yang disebutkan di atas. Meski Ayat di atas ditutup dengan penegasan bahwa, “Mereka itulah orang-orang beriman yang sebenar-nya”, namun hal ini bukan untuk membatasi sifat orang beriman pada lima poin itu saja. Tapi karena kelima sifat tersebut mewakili amalan hati yang paling afdhal dan amalan anggota badan yang paling afdhal pula. Sifat-sifat mukminin dalam kelima poin di atas mencakup ibadah qalbiyah (hati), badaniyah (badan), dan maliyah (harta). Bahkan ada amalan yang menggabungkan qalbiyah, qauliyah, dan badaniyah sekaligus seperti ibadah shalat. Wallahu Ta’ala a’lam. (Mawasangka, 17-02-2015).
Karena iman saja tidak cukup.
"Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?" (QS. Al Mu'minuun [23]: 87)"Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu." (QS. Al Hujuraat [49]: 13)
Sifat dan Ciri Orang yang Bertaqwa
·  Selalu ingat Allah dan bertaubat
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya." (QS. Al A'raaf [7]: 201)
"Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Yunus [10]: 6)
·  Takut kepada Rabb-nya meskipun tidak bisa melihat-Nya.
"(yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat." (QS. Al Anbiyaa' [21]: 49)"Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua syurga" (QS. Ar Rahmaan [55]:46)
·  Taat selamanya hanya kepada Allah.
"Dan kepunyaan-Nya-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi, dan untuk-Nya-lah ketaatan itu selama-lamanya. Maka mengapa kamu bertakwa kepada selain Allah?" (QS. An Nahl [16]: 52)
·  Beriman, mendirikan sholat, dan menafkahkan rezki di jalan Allah
"(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka." (QS. Al Baqarah [2]: 3)
"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, ..." (QS. Ali 'Imran [3]: 134)
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa." (QS. Thaahaa [20]: 132)
"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa" (QS. Al Baqarah [2]: 177)
"Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (QS. Az Zumar [39]: 33)
"Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang yang meminta dan orang yang tidak mendapat bagian"(QS. Adz Dzaariyaat [51]: 19)
·  Beriman pada kitab-kitab Allah dan menjadikan firman Allah sebagai pegangan
"dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat" (QS. Al Baqarah [2]: 4)
"... "Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kamu menjadi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al A'raaf [7]: 171)
"Maka barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran daripadanya (Al Quran)." (QS. Al Muddatstsir [74]: 55)
"Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al Haaqqah [69]: 48)
"Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi penerangan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. An Nuur [24]: 34)
"Dan demikianlah Kami menurunkan Al Quran dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Quran itu menimbulkan pengajaran bagi mereka." (QS. Thaahaa [20]: 113)
"dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa." (QS. Al An'aam [6]: 153)
"Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada didalamnya, agar kamu bertakwa". (QS. Al Baqarah [2]: 63)
"Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati." (QS. Al Hajj [22]: 32)
·  Sabar
"Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar." (QS. Ali 'Imran [3]: 146)
"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan..." (QS. Ali 'Imran [3]: 134)
·  Bila berbuat dosa segera bertaubat
"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui." (QS. Ali 'Imran [3]: 134-135)
·  Menepati janji, bahkan kepada orang non-muslim
"...maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa." (QS. At Taubah [9]: 4)
·  Waktu malam banyak digunakan untuk beribadah
"Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam." ~ "Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar." (QS. Adz Dzaariyaat [51]: 17-18)
·  Selalu mengingatkan orang lain untuk bertaqwa & meninggalkan mereka yg mempermainkan agama
"Dan tidak ada pertanggungjawaban sedikitpun atas orang-orang yang bertakwa terhadap dosa mereka; akan tetapi (kewajiban mereka ialah) mengingatkan agar mereka bertakwa." (QS. Al An'aam [6]: 69)
"Dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri...." (QS. Al An'aam [6]: 70)
·  Berdoa & memohon pertolongan dari-Nya
"Bagi mereka di dalam surga itu apa yang mereka kehendaki, sedang mereka kekal (di dalamnya). (Hal itu) adalah janji dari Tuhanmu yang patut dimohonkan (kepada-Nya)." (QS. Al Furqaan [25]: 16)
"...Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al A'raaf [7]: 128)
·  Berbuat kebaikan di dunia dan meyakini akhirat sebagai tempat yang lebih baik
"Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan) kebaikan." Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa," (QS. An Nahl [16]: 30)
"Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air,""sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan."(QS. Adz Dzaariyaat [51]: 15-16)
·  Tidak berbuat kerusakan
"Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang- orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat ma'siat?" (QS. Shaad [38]: 28)
"Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik)itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al Qashash [28]: 83)
·  Tidak ragu memenuhi panggilan jihad
"Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa. (QS. At Taubah [9]: 44)

A.    Pengertian Iman
Banyak orang mengenal iman dengan arti percaya. Iman harus kita yakini dalam hati,ucapan dan perilaku perbuatan. Wujud iman dibagi 2:
  1. Wujud Iman Haq –> isi hati,ucapan,perilaku perbuatan yg sesuai dengan ajaran Allah  (Al-Quran dan Sunnah Rasul)
  2. Wujud Iman Bathil –> isi hati,ucapan,perilaku perbuatan yg tidak sesuai dengan ajaran Allah.
Kondisi & fungsi iman kepada Allah bagai pohon yg besar yaitu berdiri tegak dan kuat serta tidak terpengaruh dengan situasi/tidak plin-plan,menjadi tempat berteduh serta memberikan perlindungan kepada sesama manusia yg membutuhkan,buahnya bisa dinikmati oleh orang lain dan perilakunya selalu menyenangkan serta bermanfaat hidupnya bagi sesama manusia.
B.    Wujud Keimanan
Adapun wujud dari orang yang mengaplikasikan perilaku yang mencerminkan keimanan dalam kehidupan sehari- hari, yakni sebagai berikut :
(a)            Enggan bergaul, kecuali dengan orang yang dapat memperbaiki agamanya, mengendalikan syahwatnya, dan juga mengendalikan lisannya
(b)            Jika memperoleh dunia yang besar, maka itu akan ia anggap sebagai ujian dan beban.
(c)            Jika ia memperoleh tambahan ilmu agama walaupun hanya sedikit, ia akan merasa sangat bersyukur.
(d)            Tidak mengsi perutnya secara berlebihan, karena ia merasa takut jika apa yang ia konsumsi terdapat barang yang haram.
(e)            Memandang semua orang baik, sedangkan memandang terhadap dirinya sebagai orang yang berlumur dosa.
C.    Proses Terbentuknya Iman
Ali bin Abu Talib RA berkata: “Seorang alim dan bijaksana adalah orang yang tidak membuat murid-muridnya berputus asa dari rahmat Allah dan tidak pula membuat mereka merasa aman dari pembalasan Allah.”
Kita semua adalah guru yang menuntun dan membimbing hati kita sendiri supaya ia menjadi hidup dan selamat. Istilah di dalam Al-Quran menyebut hati ini sebagai ‘qalbun salim’. Untuk itu kita memerlukan dua tonggak keimanan untuk mendapat keseimbangan dalam kehidupan. Umpama seekor burung dengan dua sayapnya, jika yang satu patah maka ia tidak boleh terbang dengan sempurna. Sifat takut dan harap kepada Allah SWT menjadi suatu kemestian yang wajib dimiliki oleh orang yang beriman. Jika jalan menuju Allah SWT itu jauh terbentang di hadapan kita, maka di sisi jalan itu terdapat terminal-terminal untuk kita mengambil bekalan. Maka di antara terminal-terminal itu ada dua terminal yang mesti disinggahi dan tanpanya kita tidak akan sampai kepada Allah Taala. Ia adalah sifat takut (khawf) dan harap (raja’)kepada Allah SWT.
Manusia memerlukan ilmu untuk menumbuhkan rasa takut kepada Allah Taala. Proses belajar dan mengkaji tidak boleh berhenti, demi mendapatkan keyakinan dalam hati bahawa hanya Allah SWT sahaja yang berhak ditakuti. Rasulullah SAW pada suatu pagi selepas menunaikan sembahyang subuh bersama para sahabat, baginda SAW memulakan proses mengajar dan mentarbiyah mereka dengan nasihat-nasihat yang begitu menyentuh jiwa. Sehingga seorang sahabat berkata: “Ya Rasulullah seakan-akan ini adalah wasiat terakhir darimu.” Maka baginda SAW bersabda yang bermaksud: “Seandainya kamu semua memahami sepertimana aku memahami, sudah tentu kamu lebih banyak menangis dan sedikit tertawa dan kalian akan keluar menuju ke padang pasir sambil berseru meminta tolong kepada Allah. Mintalah kepada-Ku, mintalah kepada-Ku!” (Hadis riwayat al-Tirmizi). Mereka menutupi wajah seraya menangis mendengar sabda Rasulullah SAW itu.
Mungkin kita telah memiliki rasa takut kepada Allah SWT hari ini tetapi bolehkah kita menjamin ia berkekalan hingga kita menghadap-Nya? Jiwa manusia yang sentiasa berubah mengikut arus menyebabkan ia hilang rasa sensitiviti ketakutan yang sebenar. Antara punca manusia hilang rasa takut kepada Allah SWT ialah: Menganggap remeh terhadap dosa dan maksiat, lalai dengan dunia yang mempesona jiwa akibat terpengaruh oleh pergaulan bebas dan hatinya yang sememangnya bebal.
Manakala tanda bagi mereka yang takut kepada Allah SWT menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ialah: “Orang yang takut pasti bersegera mengerjakan kebaikan sebelum maut menjemput dan sentiasa mengisi waktunya dengan kebaikan dan ketaatan.”
Bagaimanakah menumbuhkan rasa takut kepada Allah?

1. Menguasai dengan sepenuh jiwa kalam Allah dan sabda Rasul-Nya.

Proses mentarbiyah diri sendiri harus berjalan sepanjang masa hingga ajal menjemput kita. Hanya ilmu yang hidup di dada membuahkan rasa takut kepada Allah SWT. Sumber segala ilmu adalah Al-Quran dan hadis Rasulullah SAW. Membaca dan merenungi keduanya membuat hati menjadi lembut dan rela ditunduk. Ibnu al-Jauzi pernah berkata: “Demi Allah, seandainya seorang mukmin yang berakal membaca surah al-Hadid, penghujung surah al-Hasyr, Ayatul Kursi dan surah al-Ikhlas nescaya kalbunya terpecah kerana takut kepada Allah dan tersentak kerana kebesaran dan kekuasaan Tuhannya.” Bagaimana mungkin orang-orang yang menghindari nasihat para ulama dan benci kepada majlis-majlis ilmu memiliki rasa takut (khasyah). Jiwa tanpa agama adalah umpama seorang yang telah tercabut roh dari jasadnya. Dia hidup tetapi mati. Maha Benar Allah dengan firman-Nya yang bermaksud: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari kalangan hamba-hamba-Nya ialah mereka yang berilmu (ulama).” (Surah Al-Fathir: Ayat 28)
Di dalam hal kecintaan, ketundukan dan ketakutan kepada Allah SWT, kita disuruh menjadikan Rasulullah SAW sebagai contoh dan teladan. Baginda bersabda yang bermaksud: “Aku adalah orang yang paling mengetahui di antara kamu tentang Allah dan aku adalah orang yang paling takut kepada-Nya.” (Hadis Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
2. Membandingkan diri kita dengan orang yang telah diselamatkan oleh Allah SWT.
Apakah amal saleh kita sama banyak dengan mereka? Ataukah jauh ketinggalan berbanding mereka? Tapi sayang, bukan semua orang boleh selamat. Tidak semua orang menjadi pilihan Allah SWT. Adakah kita layak menjadi salah satu dari mereka? Berapa ramai orang yang beramal tertolak segala amalnya dan orang yang berilmu tertipu oleh kedudukan dan ilmunya? Hanya yang Allah SWT kehendaki sahaja yang terselamat daripada siksaan. Allah SWT telah berfirman yang bermaksud: “Dan jika Kami menghendaki, nescaya kami beri tiap-tiap jiwa petunjuk (baginya). Akan tetapi telah benar ketetapan dari-Ku: Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka jahannam itu dengan jin dan manusia.” (Surah Al-Sajadah ayat: 13)
3. Memikirkan nasib diri ketika mati, hari kebangkitan dan hari penghisaban.
Orang yang telah sebati jiwa dan raganya dengan kehidupan dan kenikmatan dunia mudah terlupa bahawa satu masa nanti semua itu akan dipisahkan darinya. Kenikmatan itu lenyap sekelip mata dan menjelmalah ruang dan waktu yang asing dan menyiksakan. Di kalangan manusia ada yang menunggu hari perjumpaan dengan Allah Taala dan berharap diterima dengan reda. Dalam pada itu ramai juga yang benci mengingati mati. Jangankan hendak bersedia menghadapi detik-detik Sakaratul Maut, saat Allah Taala sembuhkan dirinya dari sakit suatu masa dahulu pun sudah tak sudi diingat lagi. Semasa susah Allah tempatnya mengadu, ketika senang lupa akan pertolongan-Nya. Begitu hebatnya ujian dunia mengaburi mata hati manusia.
Dalam hadis qudsi Allah Taala berfirman yang bermaksud: “Demi keagungan dan kebesaran-Ku, Aku tidak akan menghimpun dalam diri seorang hamba dua rasa takut dan dua rasa aman. Apabila dia takut kepada-Ku di dunia nescaya Aku akan memberikan keamanan kepadanya di hari kiamat, dan apabila dia merasa aman (dari siksa-Ku) di dunia, nescaya Aku akan membuatnya takut pada hari kiamat.” (Hadis riwayat Ibnu Hibban).
D.    Tanda – Tanda Orang Beriman
Membahas tentang keimanan, tentu saja memiliki kaitan erat dengan rukun iman yang memiliki 6 point utama yang wajib bagi kita semua untuk meyakininya. Sering kali jika seseorang ditanya apaka ia beriman? Tentu saja ia akan menjawab bahwa ia beriman. Akan tetapi belum tentu hal itu sepenuhnya benar, karena sesungguhnya yang paling tau beriman adalah Allah SWT. karena hanya Ia satu-satunya zat maha sempurna yang bisa mengetahui apa yang tersembunyi, yakni isi hati manusia.
          allah telah memberikan kita peringatan yang sangat jelas dan juga menakutkan, karena lawan dari orang yang beriman adalah orang kafir. Bahkan golongan yang paling dibenci Allah SWT adalah golongan orang- orang munafik. Kelompok orang munafik adalah golongan yang hanya berpura- pura menunjukkan bahwa ia beriman kepada Allah SWT, namun di hatinya sama sekali tidak ada keyakinan terhadap keimanan tersebut.
            Sebagaimana firman Allah SWT tentang golongan munafik yang artinya : “diantara mannusia ada yang mengatakan :”Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang- orang yang beriman.”
            Dari kutipan ayat al Qur’an tersebut menunjukkan bahwasanya Allah SWT maha mengetahui segala hal yang tersembunyi, sekalipun itu isi hati seseorang. Adapun tanda- tanda yang menunjukkan bahwa seseorang beriman kepada Allah SWT yakni sebagai berikut :
(a)     Sangat mencintai Allah SWT
Ketahuilah bahwa jika kita sudah mencintai pastinya akan sangat cekatan dan aktif dalam perbuatan sebagaii pengaplikasian dari rasa cintanya.Sebagaimana firman Allah SWT di dalam al Qur’an surah al Baqarah ayat 165 yang artinya :“dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan- tandingan selain Allah ; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang- orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah, dan jika seandainya orang- orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa  (pada  hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan- Nya (niscaya mereka menyesal).
(b)     Menjadi kader perjuangan Islam
Lihatlah dalil al Qur’an berikut yakni surah Al Anfaal ayat 64-65 yang artinya : (64)” maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan Dia dan orang- orang yang bersamanya dalam dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat- ayat kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).”
(65) “ dan (kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali- kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertaqwa kepada-Nya ?.”
(c)     Selalu komitmen  dalam syahadatnya.
Sebagaimana yang dijelaskan Allah SWT dalam firmannya yang terdapat pada surah Al- Fath ayat 18 yang artinya :” sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang- orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang adadalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan  atas mereka dan memberi balasan kepda mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).”
(d)     Tiap pekerjaan yang dilakukan selalu didasari dengan ilmu
Yang telah Allah terangkan dalam firmannya surah Al- Isar’ ayat 36 yang artinya :” dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, pengelihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya.
(e)     Menaati aturan
(f)      Hidup berjamaah
(g)     Senatiasa bersyukur kepada Allah SWT
E.    Pengertian Taqwa
Menurut penelitian al- Muqaddasi (Beirut,1323), di dalam al Quran terdapat 256 kata taqwa dan 251 pada ayat yang memiliki hubungan dan keterkaitan makna. Awal kata taqwa yakni “w.q.y” yang memiliki arti antara lain : takut, menjaga diri, memelihara, tanggung jawab dan memenuhi kewajiban. Oleh karena itu, orang yang bertaqwa adalah orang yang takut kepada Allah berdasarkan kesadaran : mengerjakan suruhan-Nya, tidak melanggar larangan-Nya, dan takut terjerumus ke dalam perbuatan dosa.
F.    Korelasi Keimanan dan Ketaqwaan
                                    Korelasi memiliki arti yakni “hubungan”. Antara keimanan dan ketaqwaan memiliki korelasi yang begitu erat dan keduanya tidak bisa dipisahkan. Orang yang bertaqwa adalah orang yang beriman dengan pandangan dan sikap hidup yang senantiasa melaksanakan apa yang telah Allah tetapkan. Dan juga menjauhkan diri dari segala perbuatan yang Allah larang.

CIRI-CIRI ORANG MUNAFIK

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita mendengar istilah munafik. Kata munafik atau Muna terkadang sering di ucapkan ketika kita merasa di khianati atau di bohongi oleh seseorang. Sebenarnya apa itu Munafik? dan adakah ciri ciri khusus atau tanda-tanda orang munafik?.
Muna atau Munafik adalah suatu sifat buruk seseorang yang dapat menyebabkan orang tersebut dikucilkan dalam masyarakat. Di dalam ensiklopedia bebas bahasa indonesia (wikipedia) dijelaskan bahwa Munafiq atau Munafik adalah terminologi dalam Islam untuk merujuk pada mereka yang berpura-pura mengikuti ajaran agama namun sebenarnya tidak mengakuinya dalam hatinya.
Adapun untuk tanda-tanda atau ciri ciri orang munafik itu ada 3. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW :

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Artinya :
Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga. jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar, dan jika dipercaya ia berkhianat. (HR Bukhari)
Sifat-Sifat / Ciri ciri Munafik Manusia :
    1. Apabila berkata maka dia akan berkata bohong / dusta.
    2. Jika membuat suatu janji atau kesepakatan dia akan mengingkari janjinya.
    3. Bila diberi kepercayaan / amanat maka dia akan mengkhianatinya.
Untuk disebut sebagai orang munafik sejati sepertinya harus memenuhi semua ketiga persyaratan di atas yaitu pembohong, penghianat dan pengingkar janji. Jika baru sebatas satu atau dua ciri saja mungkin belum menjadi munafik tapi baru camuna / calon munafik.

1. Ciri Orang Munafik = Berbohong

Bohong adalah mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada orang lain. Jadi apabila kita tidak jujur kepada orang lain maka kita bisa menjadi orang yang munafik. Contoh bohong dalam kehidupan keseharian kita yaitu seperti menerima telepon dan mengatakan bahwa orang yang dituju tidak ada tetapi pada kenyataannya orang itu ada. Contoh lainnya seperti ada anak ditanya dari mana oleh orang tuanya dan anak kecil itu mengatakan tempat yang tidak habis dikunjunginya.

2. Ciri Orang Munafik = Ingkar Janji

Seseorang terkadang suka membuat suatu perjanjian atau kesepakatan dengan orang lain. Apabila orang itu tidak mengikuti janji yang telah disepakati maka orang itu berarti telah ingkat janji. Contohnya seperti janjian ketemu sama pacar di warung kebab bang piih tetapi tidak datang karena lebih mementingkan bisnis. Misal lainnya yaitu seperti para siswa yang telah menyepakati janji siswa namun tidak dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab.

3. Ciri Orang Munafik = Berhianat

Khianat mungkin yang paling berat kelasnya dibandingkan dengan sifat tukang bohong dan tukang ingkar janji. Khianat hukumannya bisa dijauhi atau dikucilkan serta tidak akan mendapatkan kepercayaan orang lagi bahkan bisa dihukum penjara dan denda secara pidana. Contoh berkhianat yaitu seperti oknum anggota Tentara yang menjadi mata-mata bagi pihak asing atau teroris. Contoh lainnya yaitu seperti seorang pegawai yang dipercaya sebagai pejabat pajak, namun dalam pekerjaannya orang itu menyalahgunakan jabatan yang digunakan dengan cara menilep uang setoran pajak.
Dari Hadits ciri-ciri orang munafik serta penjelasan di atas, kiranya sudah jelas sekali untuk kita pahami. Jika kita menemukan salah satu ciri-ciri orang munafik pada diri kita, segeralah istigfar dan hilangkan tanda-tanda tersebut. Karena sesunggunya perbuatan orang munafik sangat tidak disukai oleh Allah SWT dan bahkan oleh manusia itu sendiri.