Thursday, March 12, 2015

TIPS DAN CARA MEMBUAT CV LAMARAN PEKERJAAN

Tips & Cara Membuat CV Lamaran Kerja

  1. Usahakan panjang maksimal dari CV yang akan dibuat hanya 3 sampai 4 Halaman.
  2. Buatlah CV riwayat hidup yang mudah dibaca dan mudah dipahami.
  3. Cantumkanlah foto terbaru Anda dan usahakan berpakaian formal namun dengan mimik wajah yang rilex (dengan senyum misalnya).
  4. Jangan menulis pengalaman yang tidak penting untuk disebutkan, misalkan anda melamar pada bidang Perbankan Anda tidak perlu mencantumkan pengalaman menjuarai perlombaan menggambar.
  5. Tulislah training yang pernah Anda ikuti namun cukup training yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang sesuai dengan pelamaran Anda ke instansi.
  6. Tulislah kompetensi lain yang menunjang pekerjaan.
  7. Dan yang terakhir berusahalah sejujur jujurnya dalam membuat CV, jangan pernah mencoba memanipulasi CV.

Contoh Daftar Riwayat Hidup Lamaran Kerja

Data Pribadi
Nama : Almira Sabrina
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 5 Agustus 1984
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Gunung Batu No. 20 16970
Telepon : 0251-1111111 (Rumah)
021-54xxxxx (Kantor)
0851712xxxxx (HP)

Latarbelakang Pendidikan

Formal
1991 – 1994 : SMP Negeri 7 Bogor
1994 – 1997 : SMAN 1 Bogor
1997 – 2001 : Sekolah Tinggi Administrasi Indonesia, Jakarta

Non Formal
1994 – 1996 : Kursus Komputer di IT Dinamika Solutions, Jakarta
1996 – 1997 : Kursus Bahasa Inggris di EF Course, Jakarta
2003 – 2003 : Kursus Pajak (Brevet A & B)

Kemampuan
1. Kemampuan Akuntansi dan Administrasi (Accounting & Administration Skills) Journal printing & Calculation, Ledger, Project Data Updating, Teller, Salary Calculation, Petty Cash Payroll & Calculation, Inventory Controls)
2. Kemampuan Komputer (MS Word, MS Excel, MS PowerPoint, MS Access, MS Outlook dan Internet)
3. Sistem Perpajakan

Pengalaman Kerja
1. Praktek Kerja Lapangan:
Praktek Kerja di PT. Ajudan Nusantara, Jakarta
Periode : Mei 1997 - Agustus 1997
Tujuan : Persyaratan kelulusan SMEA 804 Jakarta
Posisi : Operator Administrasi
Rincian Pekerjaan:
- Mengupdate data konsumen
- Mengatur jadwal pertemuan dengan konsumen
- Menyiapkan surat-surat pernawaran untuk konsumen
- Menyiapkan tagihan

2. Bekerja di PT. Laksana Smansa Jaya, Jakarta
Periode : Juni 2002 - Juli 2005
Status : Karyawan Tetap
Posisi : Staf bagian Finance
Rincian pekerjaan :
  • Mengelola kas kecil perusahaan.
  • Melakukan surat menyurat untuk bisnis yang dijalani perusahaan.
  • Mengontrol persediaan peralatan kantor.
  • Menerbitkan dan menerima faktur dari pemasok.
  • Penggajian (payroll).

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan dapat dipertanggungjawabkan.

Hormat Saya, 

Almira Sabrina

Tuesday, March 10, 2015

PENGERTIAN PSIKOLINGUISTIK

1. Pengertian Psikolinguistik

Gagasan pemunculan psikolinguistik sebenarnya sudah ada sejak tahun 1952, yaitu sejak Social Science Research Council di Amerika Serikat mengundang tiga orang linguis dan tiga orang psikolog untuk mengadakan konferensi interdisipliner. Secara formal istilah Psikolinguistik digunakan sejak tahun 1954 oleh Charles E. Osgood dan Thomas A. sebeok dalam karyanya berjudul sycholinguistics, A Survey of Theory and Research roblems. Sejak itu istilah tersebut sering digunakan. Psikolinguistik merupakan interdisiplin antara Linguistik dan Psikologi. Karena itu, dalam membahas pengertian Psikolinguistik, terlebih dahulu penulis akan berdasar pada pengertian ilmu-ilmu tersebut. Psikologi berasal dari bahasa Inggris pscychology. Kata pscychology berasal dari bahasa Greek (Yunani), yaitu dari akar kata psyche yang berarti jiwa, ruh, sukma dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara etimologi psikologi berati ilmu jiwa. Pengertian Psikologi sebagai ilmu jiwa dipakai ketika Psikologi masih berada atau merupakan bagian dari filsafat, bahkan dalam kepustakaan kita pada tahun 50-an ilmu jiwa lazim dipakai sebagai padanan Psikologi. Kini dengan berbagai alasan tertentu (misalnya timbulnya konotasi bahwa Psikologi langsung menyelidiki jiwa) istilah ilmu jiwa tidak dipakai lagi.
Pergeseran atau perubahan pengertian yang tentunya berkonsekuensi pada objek Psikologi sendiri tadi tentu saja berdasar pada perkembangan pemikiran para peminatnya. Bruno (Syah, 1995: 8) secara rinci mengemukakan pengertian Psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling berhubungan. Pertama Psikologi adalah studi mengenai ruh. Kedua Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai kehidupan mental. Ketiga Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku organisme. Pengertian pertama merupakan definisi yang paling kuno dan klasik (bersejarah) yang berhubungan dengan filsafat Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Mereka menganggap bahwa kesadaran manusia berhubungan dengan ruhnya. Karena itu, studi mengenai kesadaran dan proses mental manusia pun merupakan bagian dari studi mengenai ruh. Ketika Pikologi melepaskan diri dari filsafat sebagai induknya dan menjadi ilmu yang mandiri pada tahun 1879, yaitu saat Wiliam Wundt (1832-1920) mendirikan laboratorium pskologinya, ruh dikeluarkan dari studi psikologi. para ahli, di antaranya William james (1842-1910) sehingga pendapat kedua menyatakan bahwa psikologi sebagai ilmu pengetahuan mengenai kehidupan mental. Pengertian ketiga dikemukakan J.B. Watson (1878-1958) sebagai tokoh yang radikal yang tidak puas dengan definisi tadi lalu beliau mendefinisikan Pikologi sebagai ilmu pengetahuan tentang tingkah laku (behavior) organisme. Selain itu, Watson sendiri menafikan (menganggap tidak ada) eksistensi ruh dan kehidupan mental. Eksistensi ruh dan kehidupan internal manusia menurut Watson dan kawan-kawannya tidak dapat dibuktikan karena tidak ada, kecuali dalam hayalan belaka. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa Psikologi behaviorisme adalah aliran ilmu jiwa yang tidak berjiwa. Untuk menengahi pendapat tadi muncullah pengertian yang dikemukakan oleh pakar yang lain, di antaranya Crow & Crow. Menurutnya Pikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, yakni interaksi manusia dengan dunia sekitarnya (manusia, hewan, iklim, kebudayaan, dsb.
Pengertian Pikologi di atas sesuai dengan kenyataan yang ada selama ini, yakni bahwa para psikolog pada umumnya menekankan penyelidikan terhadap perilaku manusia yang bersifat jasmaniah (aspek pasikomotor) dan yang bersifat rohaniah (kognitif dan afektif). Tingkah laku psikomotor (ranah karsa) bersifat terbuka, seperti berbicara, duduk, berjalan, dsb., sedangkan tingkah laku kognitif dan afektif (ranah cipta dan ranah rasa) bersifat tertutup, seperti berpikir, berkeyakinan, berperasaan, dsb. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Pikologi ialah ilmu pengetahuan mengenai prilaku manusia baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, 1982: 99).
Sejalan dengan pendapat di atas Martinet mengemukakan (1987: 19) mengemukakan bahwa linguistik adalah telaah ilmiah mengenai bahasa manusia. Secara lebih rinci dalam Webster’s New Collegiate Dictionary (Nikelas, 1988: 10) dinyatakan EDUCARE: Jurnal Pendidikan dan Budayahttp://educare.e-fkipunla.net Generated: 26 July, 2009, 06:28 linguistics is the study of human speech including the units, nature, structure, and modification of language ‘linguistik adalah studi tentang ujaran manusia termasuk unit-unitnya, hakikat bahasa, struktur, dan perubahanperubahan bahasa’. Dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary (Nikelas, 1988: 10) dinyatakan linguistics is the science of language, e.g. its structure, acquisition, relationship to other forms of communication ‘linguistik adalah ilmu tentang bahasa yang menelaah, misalnya tentang struktur bahasa, pemerolehan bahasa dan tentang hubungannya dengan bentuk-bentuk lain dari komunikasi’. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Linguistik ialah ilmu tentang bahasa dengan karakteristiknya. Bahasa sendiri dipakai oleh manusia, baik dalam berbicara maupun menulis dan dipahami oleh manusia baik dalam menyimak ataupun membaca.
Berdasarkan pengertian psikologi dan Linguistik pada uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari perilaku berbahasa, baik prilaku yang tampak maupun perilaku yang tidak tampak. Untuk lebih jelasnya, mengenai pengertian Psikolinguistik berikut ini dikemukakan beberapa definisi Psikolinguistik.  Aitchison (Dardjowidojo, 2003: 7) berpendapat bahwa psikolinguistik adalah studi tentang bahasa dan minda. Sejalan dengan pendapat di atas. Field (2003: 2) mengemukakan psycholinguistics explores the relationship between the human mind and language ‘psikolinguistik membahas hubungan antara otak manusia dengan bahasa’. Minda atau otak beroperasi ketika terjadi pemakaian bahasa. Karena itu, Harley (Dardjowidjojo: 2003: 7) berpendapat bahwa psikolinguistik adalah studi tentang proses mental-mental dalam pemakaian bahasa. Sebelum menggunakan bahasa, seorang pemakai bahasa terlebih dahulu memperoleh bahasa. Dalam kaitan ini Levelt (Marat, 1983: 1) mengemukakan bahwa Psikolinguistik adalah suatu studi mengenai penggunaan dan perolehan bahasa oleh manusia. Kridalaksana (1982: 140) pun berpendapat sama dengan menyatakan bahwa psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dengan perilaku dan akal budi manusia serta kemampuan berbahasa dapat diperoleh. Dalam proses berbahasa terjadi proses memahami dan menghasilkan ujaran, berupa kalimat-kalimat. Karena itu, Emmon Bach (Tarigan, 1985: 3) mengemukakan bahwa Psikolinguistik adalah suatu ilmu yang meneliti bagaimana sebenarnya para pembicara/pemakai bahasa membentuk/membangun kalimat-kalimat bahasa tersebut. Sejalan dengan pendapat di atas Slobin (Chaer, 2003: 5) mengemukakan bahwa psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan bahasa diperoleh manusia.
Secara lebih rinci Chaer (2003: 6) berpendapat bahwa psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat struktur bahasa, dan bagaimana struktur itu diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan itu. Pada hakikatnya dalam kegiatan berkomunikasi terjadi proses memproduksi dan memahami ujaran. Dalam kaitan ini Garnham (Musfiroh, 2002: 1) mengemukakan Psycholinguistics is the study of a mental mechanisms that nake it possible for people to use language. It is a scientific discipline whose goal is a coherent theory of the way in which language is produce and understood ‘Psikolinguistik adalah studi tentang mekanisme mental yang terjadi pada orang yang menggunakan bahasa, baik pada saat memproduksi atau memahami ujaran’. Dalam penggunaan bahasa terjadi proses mengubah pikiran menjadi kode dan mengubah kode menjadi pikiran. Dalam hubungan ini Osgood dan Sebeok (Pateda: 1990) menyatakan pscholinguistics deals directly with the processes of encoding and decoding as they relate states of communicators ‘psikolinguistik secara langsung berhubungan dengan proses-proses mengkode dan mengerti kode seperti pesan yang disampaikan oleh orang yang berkomunikasi’. Ujaran merupakan sintesis dari proses pengubahan konsep menjadi kode, sedangkan pemahaman pesan merupakan rekognisi sebagai hasil analisis. Karena itu, Lyons berpendapat bahwa tentang psikolinguistik dengan menyatakan bahwa psikolinguistik adalah telaah mengenai produksi (sintesis) dan rekognisi (analisis). Bahasa sebagai wujud atau hasil proses dan sebagai sesuatu yang diproses bisa berupa bahasa lisan atau bahasa tulis, sebagaimana dikemukakan oleh Kempen (Marat, 1983: 5) bahwa Psikolinguistik adalah studi mengenai manusia sebagai pemakai bahasa, yaitu studi mengenai sistem-sistem bahasa yang ada pada manusia yang dapat menjelaskan cara manusia dapat menangkap ide-ide orang lain dan bagaimana ia dapat mengekspresikan ide-idenya sendiri melalui bahasa, baik secara tertulis ataupun secara lisan.
Apabila dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa, hal ini berkaitan dengan keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pendapat di atas pun secara tersurat menyatakan bahwa Psikolinguistik pun mempelajari pemerolehan bahasa oleh manusia sehingga manusia mampu berbahasa. Lebih jauhnya bisa berkomunikasi dengan manusia lain, termasuk tahapan-tahapan yang dilalui oleh seorang anak manakala anak belajar berbahasa sebagaimana dikemukakan oleh Palmatier (Tarigan, 1985: 3) bahwa Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari perkembangan bahasa anak. Semua bahasa yang diperoleh pada hakikatnya dibutuhkan untuk berkomunikasi. Karena itu, Slama (Pateda, 1990: 13) mengemukakan bahwa
psycholinguistics is the study of relations between our needs for expression and communications and the means offered to us by a language learned in one’s childhood and later ‘
psikolinguistik adalah telaah tentang hubungan antara kebutuhan-kebutuhan kita untuk berekspresi dan berkomunikasi dan benda-benda yang ditawarkan kepada kita melalui bahasa yang kita pelajari sejak kecil dan tahap-tahap selanjutnya.
Berdasarkan pendapat para pakar di atas dapat disimpulkan bahwa Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari perilaku berbahasa, baik prilaku yang tampak maupun perilaku yang tidak tampak. berupa persepsi, pemproduksian bahasa, dan pemerolehan bahasa. Perilaku yang tampak dalam berbahasa adalah perilaku manusia ketika berbicara dan menulis atau ketika dia memproduksi bahasa, sedangkan prilaku yang tidak tampak adalah perilaku manusia ketika memahami yang disimak atau dibaca sehingga menjadi sesuatu yang dimilikinya atau memproses sesuatu yang akan diucapkan atau ditulisnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan ruang lingkup Psikolinguistik yaitu penerolehan bahasa, pemakaian bahasa, pemproduksian bahasa, pemprosesan bahasa, proses pengkodean, hubungan antara bahasa dan prilaku manusia, hubungan antara bahasa dengan otak. Berkaitan dengan hal ini Yudibrata, Andoyo Sastromiharjo, Kholid A. Harras(1997/1998: 9) menyatakan bahwa Psikolinguistik meliputi pemerolehan atau akuaisisi bahasa, hubungan bahasa dengan otak, pengaruh pemerolehan bahasa dan penguasaan bahasa terhadap kecerdasan cara berpikir, hubungan encoding (proses mengkode) dengan decoding (penafsiran/pemaknaan kode), hubungan antara pengetahuan bahasa dengan pemakaian bahasa dan perubahan bahasa).
Field (2003: 2) mengemukakan ruang lingkup Psikolinguistik sebagai berikut: language processing, language storage and access, comprehension theory, language and the brain, bahasa dalam keadaan istimewa, language in exceptional circumstances, frst language acquisiton ‘pemrosesan bahasa, penyimpanan dan pemasukan bahasa, teori pemahaman bahasa, bahasa dan otak, pemerolehan bahasa Secara lebih rinci Musfiroh pun berpendapat (2002: 8) bahwa Psikolingusitik meliputi a. Hubungan antara bahasa dan otak, logika, dan pikiran b. Proses bahasa dalam komunikasi: produksi, persepsi dan komprehensi c. Permasalahan makna d. Persepsi ujaran dan kognisi e. Pola tingkah laku berbahasa f. Pemerolehan bahasa pertama dan kedua g. Proses berbahasa pada individu abnormal (Musfiroh, 2002: 8) Karena psikologi merupakan bagian dari psikolinguistik, untuk mempermudah pemahman selanjutnya perlu dibicarakan ranah psikologi.

2. Ranah Psikologi

Menurut Utami Munandar (Syah, 2004: VI) hakikat pendidikan adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan setiap peserta didik mengembangkan bakat, minat, dan kemampuannya secara optimal dan utuh (mencakup matra kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan demikian, pembelajaran bahasa pun ditujukan untuk mencapai ranah kognirif, afektif, dan psikomotor secara utuh. Istilah cognitive berasal dari cognition yang padanannya knowing berarti mengetahui. Dalam arti yang luas cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan.. (Neisser dalam Syah, 1995: 65; 2004: 22). Dalam perkembangan selanjutnya istilah kognitiflah yang menjadi populer sebagai salah satu domain, ranah/wilayah/bidang psikologis manusia yang meliputi perilaku mental manusia yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pemecahan masalah, pengolahan informasi, kesengajaan, dan keyakinan. Menurut Chaplin (Syah, 1995: 65; 2004: 22) ranah ini berpusat di otak yang juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa. Ranah kognitif yang berpusat di otak merupakan ranah yang yang terpenting Ranah ini merupakan sumner sekaligus pengendali ranahranah kejiwaan lainnya, yaitu ranah efektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa). Dalam kaitan ini Syah (2004: 22) mengemukakan bahwa tanpa ranah kognitif sulit dibayangkan seorang siswa dapat berpikir. Tanpa kemampuan berpikir mustahil siswa tersebut dapat memahami dan meyakini faedah materi-materi pelajaran yang disajikan kepadanya. Afektif adalah ranah Psikologi yang meliputi seluruh fenomena perasaan seperti cinta, sedih, senang, benci, serta sikapsikap tertentu terhadap diri sendiri dan lingkungannya. Psikomotor adalah ranah Psikologi yang segala amal jasmaniah yang konkret dan mudah diamati baik kuantitas maupun kualitasnya karena sifatnya terbuka (Syah, 1995: 85; 2004: 52).

3. Peran Psikolinguistik dalam Pembelajaran Bahasa

Siswa adalah subjek dalam pembelajaran. Karena itu, dalam hal ini siswa dianggap sebagai organisme yang beraktivitas untuk mencapai ranah-ranah psikologi, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor. Kemampuan menggunakan bahasa baik secara reseptif (menyimak dan membaca) ataupun produktif (berbicara dan menulis) melibatkan ketiga ranah tadi. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Garnham (Nababan, 1992: 60-61) terhadap aktivitas berbicara ditemukan berbagai berbicara yang menyimpang (kurang benar) dengan pengklaifikasian kesalahan sebagai berikut. Berbicara yang Menyimpang Tipe Ucapan yang Seharusnya Kesalahan antisipasi penerusan pengurangan/ haplology penambahan pertukaran penggantian percampuran “the new Mel Brooks film …” “practical classes …” “never lets …” “better of than …” “on a table around you …” “engineering job …” “hilarityhipterics …” “the new Bel …” “practical kr…” “nets …” “better off-wise than …” “round a table on you …” “engineering degree …” “hilarics …” Nababan (1992: 60-61) Menurut Garnham penyebab kesalahan yang dilakukan oleh pembicara di antaranya adalah kesaratan beban (overloading), yaitu perasaan waswas (menghadapi ujian atau pertemuan dengan orang yang ditakuti) atau karena penutur kurang menguasai materi, terpengaruh oleh perasaan afektif, kesukaran melafal kata-kata, dan kurang menguasai topik. Dari penyebab kesalahan-kesalahan tadi, dapat kita klasifikasikan berdasarkan ranah Psikologi. Penyebab kesalahan berupa perasaan waswas berkaitan dengan ranah afektif. Penyebab kesalahan berupa kurang menguasai materi atau topik berkaitan dengan ranah kognitif, dan penyebab kesalahan berupa kesukaran melafalkan kata berkaitan dengan ranah psikomotor. Contoh-contoh kesalahan dan penyebab kesalahan yang telah dijelaskan tadi menunjukkan bahwa peran psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa sangat penting. Tujuan umum pembelajaran bahasa, yaitu siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik dalam berbahasa lisan ataupun berbahasa tulis. Agar siswa dapat berbahasa Indonesia yang baik dan benar diperlukan pengetahuan akan kaidahkaidah bahasa. Kaidah-kaidah bahasa dipelajari dalam linguistik. Untuk dapat menggunakan bahasa secara lancar dan komunikastif siswa tidak hanya cukup memahami kaidah bahasa, tetapi diperlukan kesiapan kognitif (penguasaan kaidah bahasa dan materi yang akan disampaikan), afektif (tenang, yakin, percaya diri, mampu mengeliminasi rasa cemas, ragu-ragu, waswas, dan sebagainya), serta psikomotor (lafal yang fasih, keterampilan memilih kata, frasa, klausa, dan kalimat). Dengan demikian, jelaslah bahwa betapa penting peranan Psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa.

C. Kesimpulan

Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari perilaku berbahasa, baik prilaku yang tampak maupun perilaku yang tidak tampak: resepsi, persepsi, pemerolehan bahasa, dan pemproduksian bahasa serta proses yang terjadi di dalamnya. Contoh perilaku yang tampak dalam berbahasa adalah perilaku manusia ketika berbicara dan menulis atau ketika dia memproduksi bahasa, sedangkan contoh prilaku yang tidak tampak adalah perilaku manusia ketika memahami yang disimak atau dibaca sehingga menjadi sesuatu yang dimilikinya atau memproses sesuatu yang akan diucapkan atau ditulisnya atau ketika di amemahami bahasa. Peran Psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa sangat penting karena dengan memamahami psikolinguistik seorang guru memahami proses yang terjadi dalam diri siswa ketika siswa menyimak, berbicara, membaca, ataupun menulis sehingga manakala kemampuan dalam keterampilan berbahasa bermasalah, garu dapat melihat dari sudut pandang psikologi sebagai alternative solusinya.
sumber: http://educare.e-fkipunla.net Generated: 26 July, 2009, 06:28

Monday, March 9, 2015

SINTAKSIS BAHASA INDONESIA

Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama. Manaf (2009:3) menjelaskan bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur internal kalimat. Struktur internal kalimat yang dibahas adalah frasa, klausa, dan kalimat. Jadi frasa adalah objek kajian sintaksis terkecil dan kalimat adalah objek kajian sintaksis terbesar.
1. Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 2003:222). Perhatikan contoh-contoh berikut.
  1. bayi sehat
  2. pisang goreng
  3. baru datang
  4. sedang membaca
Satuan bahasa bayi sehat, pisang goreng, baru datang, dansedang membaca adalah frasa karena satuan bahasa itu tidak membentuk hubungan subjek dan predikat. Widjono (2007:140) membedakan frasa berdasarkan kelas katanya yaitu frasa verbal, frasa adjektiva, frasa pronominal, frasa adverbia, frasa numeralia, frasa interogativa koordinatif, frasa demonstrativa koordinatif, dan frasa preposisional koordinatif. Berikut ini dijelaskan satu persatu jenis frasa.
1.1.      Frasa verbal
Frasa verbal adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata kerja. Frasa verbal terdiri dari tiga macam seperti yang dijelaskan berikut ini.
1.1.1.      Frasa verbal modifikatif (pewatas) yang dibedakan menjadi.
1.1.1.1. Pewatas belakang, seperti contoh berikut ini.
  1. Ia bekerja keras sepanjang hari.
  2. Orang itu bekerja cepat setiap hari.
1.1.1.2. Pewatas depan, seperti contoh berikut ini.
  1. Kami akan menyanyikan lagu kebangsaan.
  2. Mereka pasti menyukai makanan itu.
1.1.2.      Frasa verbal koordinatif yaitu dua verba yang disatukan dengan kata penghubung dan atau atau, seperti contoh berikut ini.
  1. Mereka mencuci dan menjemur pakaiannya.
  2. Kita  pergi atau menunggu ayah.
1.1.3.      Frasa verbal apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan. Contohnya adalah sebagai berikut.
  1. Aie Pacah, tempat tinggal saya, akan menjadi pusat pemerintahan kota Padang.
  2. Usaha Pak Ali, berdagang kain, kini menjadi grosir.
1.2.      Frasa Adjektival
Frasa adjektival adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata sifat atau keadaan sebagai inti (yang diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan sepertiagak, dapat, harus, kurang, lebih, paling, dan sangat. Frasa adjektival mempunyai tiga jenis seperti yang dijelaskan berikut ini.
1.2.1.      Frasa adjektival modifikatif (membatasi), contohnya adalah sebagai berikut.
  1. Tampan nian kekasih barumu.
  2. Hebat benar kelakuannya.
1.2.2.      Frasa adjektival koordinatif (menggabungkan), contohnya adalah sebagai berikut.
  1. Setelah pindah, dia aman tentram di rumah barunya.
  2. Dia menginginkan pria yang tegap kekar untuk menjadi suaminya.
1.2.3.      Frasa adjektival apositif seperti contoh berikut ini.
  1. Srikandi cantik, ayu rupawan, diperistri oleh Arjuna.
  2. Skripsi yang berkualitas, terpuji dan terbaik, diterbitkan oleh Universitas.
1.3.      Frasa Nominal
Frasa nominal adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas sebuah kata benda. Frasa nominal dibagi menjadi tiga jenis seperti yang dijelaskan berikut ini.
1.3.1.      Frasa nominal modifikatif (mewatasi), misalnya rumah mungil, hari minggu, bulan pertama. Contohnya seperti berikut ini.
  1. Pada hari minggu layanan pustaka tetap dibuka.
  2. Pada bulan pertama setelah menikah, mereka sudah mulai bertengkar.
1.3.2.      Frasa nominal koordinatif (tidak saling menerangkan), misalnya hak dan kewajiban, dunia akhirat, lahir bathin, serta adil dan makmur. Contohnya seperti berikut ini.
  1. Seorang PNS harus memahami hak dan kewajiban sebagai aparatur negara.
  2. Setiap orang menginginkan kebahagiaan dunia akhirat.
1.3.3.      Frasa nominal apositif, contohnya seperti berikut ini.
  1. Anton, mahasiswa teladan itu, kini menjadi dosen di Universitasnya.
  2. Burung Cendrawasih, burung langka dari Irian itu, sudah hampir punah.
1.4.      Frasa adverbial
Frasa adverbial adalah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa adverbial dibagi dua jenis yaitu.
1.4.1.      Frasa adverbial yang bersifat modifikatif (mewatasi), misalnya sangat pandai, kurang pandai, hampir baik, dan pandai sekali. Contoh dalam kalimat seperti berikut ini.
  1. Dia kurang pandai bergaul di lingkungan tempat tinggalnya.
  2. Kemampuan siswa saya dalam mengarang berada pada kategori hampir baik.
1.4.2.      Frasa adverbial yang bersifat koordinatif  (tidak saling menerangkan), contohnya seperti berikut ini.
  1. Jarak rumah ke kantornya lebih kurang dua kilometer.
1.5.      Frasa Pronominal
Frasa pronominal adalah frasa yang dibentuk dengan kata ganti. Frasa pronominal terdiri dari tiga jenis yaitu seperti berikut ini.
1.5.1.      Frasa pronominal modifikatif, contohnya seperti berikut.
  1. Kami semua dimarahi guru karena meribut.
  2. Mereka berdua minta izin karena mengikuti perlombaan.
1.5.2.      Frasa pronominal koordinatif, contohnya seperti berikut.
  1. Aku dan kau suka dancow.
  2. Saya dan dia sudah lama tidak bertegur sapa.
1.5.3.      Frasa pronominal apositif, contohnya seperti berikut.
  1. Kami, bangsa Indonesia, menyatakan perang terhadap korupsi.
  2. Mahasiswa, para pemuda, siap menjadi pasukan anti korupsi.
1.6.      Frasa Numeralia
Frasa numeralia adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa numeralia terdiri dari dua jenis yaitu.
1.6.1.      Frasa numeralia modifikatif, contohnya seperti di bawah ini.
  1. Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban.
  2. Orang itu menyumbang pembangunan jalan dua juta rupiah.
1.6.2.      Frasa numeralia koordinatif, contohnya seperti di bawah ini.
  1. Lima atau enam orang bertopeng melintasi kegelapan pada gang itu.
  2. Entah tiga, entah empat kali dia sudah meminjam uang saya.
1.7.      Frasa Introgativa koordinatif
Frasa introgativa koordinatif adalah frasa yang berintikan pada kata tanya. Contohnya seperti berikut ini.
  1. Jawaban apa atau siapa merupakan ciri subjek kalimat.
  2. Jawaban mengapa atau bagaimana merupakan pertanda jawaban prediket.
1.8.      Frasa Demonstrativa koordinatif
Frasa demonstrativa koordinatif adalah frasa yang dibentuk dengan dua kata yang tidak saling menerangkan. Contohnya seperti berikut ini.
  1. Saya bekerja di sana atau di sini sama saja.
  2. Saya memakai baju ini atau itu tidak masalah.
1.9.      Frasa Proposional Koordinatif
Frasa proposional koordinatif dibentuk dari kata depan dan tidak saling menerangkan. Contohnya seperti berikut.
  1. Perjalanan kami dari dan ke Bandung memerlukan waktu enam jam.
  2. Koperasi dari, oleh dan untuk anggota.
2. Klausa
Klausa adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung unsur predikatif (Keraf, 1984:138). Klausa berpotensi menjadi kalimat. (Manaf, 2009:13) menjelaskan bahwa yang membedakan klausa dan kalimat adalah intonasi final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan intonasi final, sedangkan klausa tidak diakhiri intonasi final. Intonasi final itu dapat berupa intonasi berita, tanya, perintah, dan kagum.
Widjono (2007:143) membedakan klausa sebagai berikut.
2.1. Klausa kalimat majemuk setara
Dalam kalimat majemuk setara (koordinatif), setiap klausa memiliki kedudukan yang sama. Kalimat majemuk koordinatif dibangun dengan dua klausa atau lebih yang tidak saling menerangkan. Contohnya sebagai berikut.
Rima membaca kompas, dan adiknya bermain catur.
Klausa pertama Rima membaca kompas. Klausa kedua adiknya bermain catur. Keduanya tidak saling menerangkan.
2.2. Klausa kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat dibangun dengan klausa yang berfungsi menerangkan klausa lainnya. Contohnya sebagai berikut.
Orang itu pindah ke Jakarta setelah suaminya bekerja di Bank Indonesia.
Klausa orang itu pindah ke Jakarta sebagai klausa utama (lazim disebut induk kalimat) dan klausa kedua suaminya bekerja di Bank Indonesia merupakan klausa sematan (lazim disebut anak kalimat).
2.3. Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat
Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan bertingkat, terdiri dari tiga klausa atau lebih. Contohnya seperti berikut ini.
  1. Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi.
Kalimat di atas terdiri dari tiga klausa yaitu.
1)      Dia pindah ke Jakarta (klausa utama)
2)      Setelah ayahnya meninggal (klausa sematan)
3)      Ibunya kawin lagi (klausa sematan)
  1. Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal. (Kalimat majemuk bertingkat)
  2. Ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi. (Kalimat majemuk setara)
3. Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran (Widjono:146). Manaf (2009:11) lebih menjelaskan dengan membedakan kalimat menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang mempunyai ciri sebagai berikut: (1) satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal berupa sebuah klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek dan prediket, baik unsur fungsi itu eksplisit maupun implisit; (2) satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi atau tidak diselingi oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang berupa intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi kagum. Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau titik koma (;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!).
3.1.      Ciri-ciri kalimat
Widjono (2007:147) menjelaskan ciri-ciri kalimat sebagai berikut.
  1. Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
  2. Sekurang-kurangnya terdiri dari atas subjek dan prediket.
  3. Predikat transitif disertai objek, prediket intransitif dapat disertai pelengkap.
  4. Mengandung pikiran yang utuh.
  5. Mengandung urutan logis, setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi (subjek, prediket, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya.
  6. Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas.
  7. Dalam paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan.
3.2.      Fungsi sintaksis dalam kalimat
Fungsi sintaksis pada hakikatnya adalah ”tempat” atau ”laci” yang dapat diisi oleh bentuk bahasa tertentu (Manaf, 2009:34). Wujud fungsi sintaksis adalah subjek (S), prediket (P), objek (O),pelengkap (Pel.), dan keterangan (ket). Tidak semua kalimat harus mengandung semua fungsi sintaksis itu. Unsur fungsi sintaksis yang harus ada dalam setiap kalimat adalah subjek dan prediket, sedangkan unsur lainnya, yaitu objek, pelengkap dan keterangan merupakan unsur penunjang dalam kalimat. Fungsi sintaksis akan dijelaskan berikut ini.
3.2.1.      Subjek
Fungsi subjek merupakan pokok dalam sebuah kalimat. Pokok kalimat itu dibicarakan atau dijelaskan oleh fungsi sintaksis lain, yaitu prediket. Ciri-ciri subjek adalah sebagai berikut:
  1. jawaban apa atau siapa,
  2. dapat didahului oleh kata bahwa,
  3. berupa kata atau frasa benda (nomina)
  4. dapat diserta kata ini atau itu,
  5. dapat disertai pewatas yang,
  6. tidak didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain,
  7. tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat diingkarkan dengan kata bukan.
Hubungan subjek dan prediket dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.
  1. Adik bermain.
S         P
  1. Ibu memasak.
S        P
3.2.2.      Predikat
Predikat merupakan unsur yang membicarakan atau menjelaskan pokok kalimat atau subjek. Hubungan predikat dan pokok kalimat dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.
  1. Adik bermain.
S        P
Adik adalah pokok kalimat
bermain adalah yang menjelaskan pokok kalimat.
  1. Ibu memasak.
S        P
Ibu adalah pokok kalimat
memasak adalah yang menjelaskan pokok kalimat.
Prediket mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  1. bagian kalimat yang menjelaskan pokok kalimat,
  2. dalam kalimat susun biasa, prediket berada langsung di belakang subjek,
  3. prediket umumnya diisi oleh verba atau frasa verba,
  4. dalam kalimat susun biasa (S-P) prediket berintonasi lebih rendah,
  5. prediket merupakan unsur kalimat yang mendapatkan partikel –lah,
  6. prediket dapat merupakan jawaban dari pertanyaan apa yang dilakukan (pokok kalimat) atau bagaimana (pokok kalimat).
3.2.3.      Objek
Fungsi objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba transitif pengisi predikat dalam kalimat aktif. Objek dapat dikenali dengan melihat verba transitif pengisi predikat yang mendahuluinya seperti yang terlihat pada contoh di bawah ini.
  1. Dosen menerangkan materi.
S              P               O
menerangkan adalah verba transitif.
  1. Ibu menyuapi adik.
S         P          O
Menyuapi adalah verba transitif.
Objek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  1. berupa nomina atau frasa nominal seperti contoh berikut,
    1. Ayah membaca koran.
S           P           O
Koran adalah nomina.
  1. Adik memakai tas baru.
S          P            O
Tas baru adalah frasa nominal
  1. berada langsung di belakang predikat (yang diisi oleh verba transitif) seperti contoh berikut,
    1. Ibu memarahi kakak.
S         P           O
  1. Guru membacakan pengumuman.
S             P                    O
  1. dapat diganti enklitik –nya, ku atau –mu, seperti contoh berikut,
    1. Kepala sekolah mengundang wali murid.
S                     P                 O
  1. Kepala sekolah mengundangnya.
S                      P          O
  1. objek dapat menggantikan kedudukan subjek ketika kalimat aktif transitif dipasifkan, seperti contoh berikut,
    1. Ani membaca buku.
S        P           O
  1. Buku dibaca Ani.
S        P     Pel.
3.2.4.      Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat. Pelengkap (pel.) bentuknya mirip dengan objek karena sama-sama diisi oleh nomina atau frasa nominal dan keduanya berpotensi untuk berada langsung di belakang predikat. Kemiripan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada contoh berikut.
  1. Bu Minah berdagang sayur di pasar pagi.
S              P            pel.         ket.
  1. Bu Minah menjual sayur di pasar pagi.
S              P         O           ket.
Pelengkap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  1. pelengkap kehadirannya dituntut oleh predikat aktif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks ber dan predikat pasif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks di- atauter-, seperti contoh berikut.
    1. Bu Minah berjualan sayur di pasar pagi.
S             P           Pel.        Ket.
    1. Buku dibaca Ani.
S       P      Pel.
  1. pelengkap merupakan fungsi kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba dwitransitif pengisi predikat seperti contoh berikut.
    1. Ayah membelikan adik mainan.
S            P            O        Pel.
membelikan adalah verba dwitransitif.
  1. pelengkap merupakan unsur kalimat yang kehadirannya mengikuti predikat yang diisi oleh verba adalah, ialah, merupakan, dan menjadi, seperti contoh berikut.
    1. Budi menjadi siswa teladan.
S        P               Pel.
    1. Kemerdekaan adalah hak semua bangsa.
S               P                 Pel.
  1. dalam kalimat, jika tidak ada objek, pelengkap terletak langsung di belakang predikat, tetapi kalau predikat diikuti oleh objek, pelengkap berada di belakang objek, seperti pada contoh berikut.
    1. Pak Ali berdagang buku bekas.
S            P               Pel.
    1. Ibu membelikan Rani jilbab.
S           P            O     Pel.
  1. pelengkap tidak dapat diganti dengan pronomina –nya, seperti contoh berikut.
    1. Ibu memanggil adik.
S          P           O
Ibu memanggilnya.
S          P         O
    1. Pak Samad berdagang rempah.
S               P            Pel.
Pak Samad berdagangnya (?)
  1. satuan bahasa pengisi pelengkap dalam kalimat aktif tidak mampu menduduki fungsi subjek apabila kalimat aktif itu dijadikan kalimat pasif seperti contoh berikut.
    1. Pancasila merupakan dasar negara.
S               P                Pel.
    1. Dasar negara dirupakan pancasila (?)
3.2.5.      Keterangan
Keterangan adalah unsur kalimat yang memberikan keterangan kepada seluruh kalimat. Sebagian besar unsur keterangan merupakan unsur tambahan dalam kalimat. Keterangan sebagai unsur tambahan dalam kalimat dapat dilihat pada contoh berikut.
  1. Ibu membeli kue di pasar.
S        P        O   Ket. tempat
  1. Ayah menonton TV tadi pagi.
S          P         O  Ket. waktu
Keterangan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  1. umumnya merupakan keterangan tambahan atau unsur yang tidak wajib dalam kalimat, seperti contoh berikut.
    1. Saya membeli buku.
S         P          O
  1. Saya membeli buku di Gramedia.
S          P          O   Ket. tempat
  1. keterangan dapat berpindah tempat tanpa merusak struktur dan makna kalimat, seperti contoh berikut.
    1. Dia membuka bungkusan itu dengan hati-hati.
S         P                O                  Ket. cara
  1. Dengan hati-hati dia membuka bungkusan itu.
Ket. cara        S         P                O
  1. keterangan diisi oleh adverbia, adjektiva, frasa adverbial, frasa adjektival, dan klausa terikat, seperti contoh berikut.
    1. Ali datang kemarin.
S     P      Ket. waktu
  1. Ibu berangkat kemarin sore.
S        P          Ket. waktu
Manaf (2009:51) membedakan keterangan berdasarkan maknanya seperti dijelaskan berikut.
  1. Keterangan tempat
Keterangan tempat adalah keterangan yang mengandung makna tempat. Keterangan tempat dimarkahi oleh preposisi di, ke, dari (di) dalam, seperti contoh berikut.
  1. Ayah pulang dari kantor.
S        P     Ket, tempat
  1. Irfan bermain bola di lapangan.
S         P         O   Ket. tempat
  1. Keterangan waktu
Keterangan waktu adalah keterangan yang mengandung makna waktu. Keterangan waktu dimarkahi oleh preposisi pada, dalam, se-, sepanjang, selama, sebelum, sesudah. Selain itu ada keterangan waktu yang tidak diawali oleh preposisi, misalnyasekarang, besok, kemarin, nanti. Keterangan waktu dalam kalimat seperti contoh berikut.
  1. Dia akan datang pada hari ini.
S           P          Ket. waktu
  1. Dia menderita sepanjang hidupnya.
S          P           Ket. waktu
  1. Keterangan alat
Keterangan alat adalah keterangan yang mengandung makna alat. Keterangan alat dimarkahi oleh preposisi dengan dan tanpa. Keterangan alat dalam kalimat seperti contoh berikut.
  1. Ibu menghaluskan bumbu dengan blender.
S           P                 O         Ket. alat
  1. Kue itu dibuat tanpa cetakan.
S         P       Ket. alat
  1. Keterangan cara
Keterangan cara adalah keterangan yang berdasarkan relasi antarunsurnya, bermakna cara dalam melakukan kegiatan tertentu. Keterangan cara dimarkahi oleh preposisi dengan, secara, dengan cara, dengan jalan, tanpa. Pemakaian keterangan cara dalam kalimat seperti contoh berikut.
  1. Dia memasuki rumah kosong itu dengan hati-hati.
S         P                   O                    Ket. cara
  1. Habib mengendarai sepedanya dengan pelan-pelan.
S              P                 O              Ket. cara
  1. Keterangan tujuan
Keterangan tujuan adalah keterangan yang dalam hubungan antar unsurnya mengandung makna tujuan. Keterangan tujuan dimarkahi oleh preposisi agar, supaya, untuk, bagi, demi. Pemakaian keterangan tujuan dalam kalimat seperti contoh berikut.
  1. Arif giat belajar agar naik kelas.
S          P            Ket. tujuan
  1. Adonan itu diaduk supaya cepat kembang.
S               P            Ket. tujuan
  1. Keterangan penyerta
Keterangan penyerta adalah keterangan yang berdasarkan relasi antarunsurnya yang membentuk makna penyerta. Keterangan penyerta dimarkahi oleh preposisi dengan, bersama, besertaseperti yang terdapat dibawah ini.
  1. Mahasiswa pergi studi banding bersama dosen.
S           P               Pel        Ket. Penyerta
  1. Orang itu pindah bersama anak isterinya.
S           P             Ket. penyerta
  1. Keterangan perbandingan
Keterangan perbandingan adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna perbandingan. Keterangan perbandingan dimarkahi oleh preposisi seperti, bagaikan, laksana, seperti contoh berikut ini.
  1. Dia gelisah seperti cacing kepanasan.
S       P          Ket. Perbandingan
  1. Suara orang itu keras bagaikan halilintar.
S             P    Ket. Perbandingan
  1. Keterangan sebab
Keterangan sebab adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna sebab. Keterangan sebab dimarkahi oleh konjungtor sebab dan karena, seperti contoh berikut.
  1. Sebagian besar rumah rusak karena gempa.
S                    P       Ket. sebab
  1. Rakyat semakin menderita karena harga beras semakin naik.
S                  P                               Ket. sebab
  1. Keterangan akibat
Keterangan akibat adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna akibat. Keterangan akibat dimarkahi oleh konjungtor sehingga dan akibatnya, seperti contoh berikut ini.
  1. Dia sering berbohong sehingga temannya tidak percaya kepadanya.
S               P                                    Ket. Akibat
  1. Hutan lindung ditebang akibatnya sering terjadi tanah longsor.
S                 P                         Ket. Akibat
10.  Keterangan syarat
Keterangan syarat adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna syarat. Keterangan syarat dimarkahi oleh konjungtor jika dan apabila, seperti contoh berikut ini.
  1. Saya akan datang jika dia mengundang saya.
S            P                     Ket. Syarat
  1. Jika para pemimpin Indonesia jujur, rakyat akan sejahtera.
Ket. Syarat                         S              P
11.  Keterangan pengandaian
Keterangan pengandaian adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna pengandaian. Keterangan pengandaian dimarkahi oleh konjungtor andaikata, seandainyadan andaikan, seperti contoh berikut ini.
  1. Andaikan bulan bisa ngomong, dia tidak akan bohong.
Ket. Pengandaian             S               P
  1. Seandainya saya orang kaya, saya akan membantu orang miskin.
Ket. pengandaian           S                P                    O
12.  Keterangan atributif
Keterangan atributif adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna penjelasan dari suatu nomina. Keterangan atibutif dimarkahi oleh konjungtor yang, seperti contoh berikut ini.
  1. Mahasiswa yang indeks prestasinya paling tinggi mendapat
Ket. Atributif (S)                                P
beasiswa.
O
  1. Guru yang berbaju hijau itu adalah wali kelas saya.
Ket. Atributif (S)            P                O
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.
Manaf, Ngusman Abdul, 2009. Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa Indonesia. Padang: Sukabina Press.
Widjono HS. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.