Thursday, February 23, 2012

Standar Kepala Sekolah Yang Dominan Tetapi Tidak Mendominasi

Pemimpin berfungsi menggerakkan orang-orang. Pemimpin  adalah yang menyebabkan organisasi berkembang. Manajer adalah administrator, mengurusi anggaran, memonitor kegiatan yang sedang berproses, dan mengukur hasil yang dicapai.
Manajer adalah orang yang melaksanakan fungsi kerja sama dengan orang-orang, sementara pemimpin menghubungkan antara yang memimpin dengan bawahan sehingga membuat organisasi berkembang dan bersinergi (Michael, Macooby. 2009).
Kepala sekolah adalah pemimpin sekaligus berfungsi sebagai manajer. Ukuran kinerjanya ditentukan oleh tingkat kepiawaiaannya menguasai ilmu pengetahuan dalam memotivasi orang-orang, menggerakan orang-orang untuk mengembangkan dirinya dan bekerja sama untuk mencapai tujuan.
Sebagai manajer kepala sekolah mengembangkan perencanaan agar sekolah dapat mewujudkan keunggulan sekoah sehingga dapat beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi sesuai dengan kebutuhan pengembangan mutu sumber daya manusia. Poros utama pekerjaannya adalah memfasilitasi siswa belajar melalui peningkatan efektivitas guru mengajar.
Apakah Kompetensi Kepala Sekolah
Kompetensi adalah kemampuan yang ditunjukkan dengan didasari ilmu pengetahuan, kemampuan, atau keahlian dalam area subyek tertentu yang kriterianya ditetapkan (http://searchcio-midmarket.techtarget.com.)  Kepala sekolah harus menunjukkan kemampuan memimpin dan mengelola sekolah,  menjadi orang paling menentukan  keunggalan sekolah. Hasil studi mengenai efektivitas sekolah menyatakan bahwa penentu utama kemajuan sekolah adalah kepala sekolah. Jika sekolah itu gagal, maka itu adalah kegagalan kepala sekolah. Namun demikian, kepala sekolah yang efektif selalu karena adannya dukungan staf yang efektif pula.
Masalah Dalam Menerapkan Standar Kompetensi
Dalam menerapan standar nasional pendidikan, salah satu komponen yang perlu ditetapkan standarnya adalah kepala sekolah sebagai bagian dari tenaga kependidikan. Bagaimana kepala sekolah menerapkan standar dalam mengembangkan kompetensi kepemimpinannya pada tingkat satuan pendidikan? Karena kepala sekolah sebagai pimpinan, maka ia harus berperan untuk menetapkan standar pada dirinya sendiri dengan menggunakan rujukan standar nasional pendidikan atau menetapkan standar yang lebih tinggi dari itu.
Standar Kompetensi Kepala Sekolah
Kompetensi  minimal yang  wajib kepala sekolah miliki menurut Permendiknas Nomor 13  tahun  2007 terhimpun pada dalam lima kompetensi (1)  kepribadian, (2)  manajerial, inovatif,   bekerja keras, dan (3) kewirausahaan, (4) supervisi dalam rangka meningkatkan mutu profesi pendidik, dan memiliki kompetensi (5) sosial.
Kepribadian berindikator berakhlak mulia, menjadi teladan, berkepribadian  sebagai pemimpin, memiki keinginan kuat mengembangkan diri, terbuka, mengendalikan diri dalam menghadapi masalah, dan memiliki bakat sebagai pemimpin pendidikan.
Kepala sekolah memiliki kecakapan manajerial memiliki  berbagai indikator cakap membuat  rencana, mengembangkan sekolah sesuai kebutuhan, memanfaatkan sumber daya secara optimal, mengelola perubahan untuk mendukung pembelajaran efektif, mengembangkan sekolah yang kondusif dan inovatif, memanfaatkan sumber daya manusia dan sarana secara optimal, membangun hubungan , mengelola peserta didik, mengembangkan kurikulum yang akuntabel, transparan, dan efisien, mengelola sistem informasi dengan manfaatkan teknologi, melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan.
Kepala sekolah menciptakan inovasi dan bekerja keras sebagai kompetensi kewirausahaan. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses, mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala, Dan, memiliki naluri kewirausahaan dalam mengembangkan kegiatan produksi atau jasa.
Kepala sekolah berkompeten dalam melaksanakan supervisi akademik dan manajerial. Menggunakan  teknik dan pendekatan yang tepat dalam rangka meningkatkan mutu profesi pendidik.
Memiliki kompetensi sosial meliputi mampu bekerja sama, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan memiliki kepekaan terahdap orang atau kelompok lain.
Indikator  Kepemimpinan Kepala Sekolah Efektif
David Conley dan  Paul Goldman (1994) sebagaimana dikutif Lasway (1995)  bahwa kepala sekolah yang efektif adalah yang berperan sebagai pemimpin fasilitif. Yang mengembangkan kecakapan kolektif dalam meningkatkan daya adaptasi sekolah, memecahkan masalah, dan meningkatkan kinerja.  Kata kuncinya ada pada kata memeranakan kepemimpinan kolektif dan berperan sebagai teladan pada seluruh level kegiatan. Conley and Goldman mengingatkan bahwa kepala sekolah harus berkomunikasi dengan jelas, penuh perhatian, dan berhati-hati dalam menetapkan target kinerja.
Stephen R. Covey dalam The Seven Habits of Highly Effective People (1989)  mengingatkan kita agar  memulai dengan akhir sesuatu dengan pengertian dan tujuan  yang jelas. Ini berarti mengetahui hendak ke mana, lebih memahami di mana berada. Kepala sekolah perlu mengidentifikasi  tujuan dan sasaran dan menentukan strategi yang tepat agar sumber daya manusia, sarana, dana, dan waktu dapat digunakan secara efektif dan efisien.
Hasil identifikasi Colleen Seremet (2007) Departemen Pendidikan Maryland, USA, terdapat 5 keterampilan kepala sekolah yang menentukan keberhasilan memfasilitasi siswa berprestasi, yaitu:
  • Meningkatkan kerja sama dalam  pemecahan masalah dan berkomunikasi secara terbuka.
  • Mengumpulkan, menganalisis, dan menggunakan data dalam mengidentifikasi kebutuhan sekolah
  • Menggunakan data untuk mengidentifikasi dan merencanakan perubahan yang dibutuhkan dalam pengembangan program peningkatan mutu pengajaran
  • Melaksanakan dan memantau rencana perbaikan sekolah
  • Berpikir sistematis dalam menetapkan fokus yang jelas untuk meraih prestasi siswa sebagai tujuan sekolah.
Keberhasilan menerapkan keterampilannya perlu didukung dengan keyakinan yang mendasari  pikirannya harus memiliki sejumlah keyakinan yang menguatkan komitmen untuk  melaksanakan tugas dengan baik. Pada prinsipnya kepala sekolah yakin bahwa:
  • Siswa belajar adalah tujuan fundamental sekolah.
  • Seluruh siswa dapat meraih prestasi belajar dengan standar yang tinggi.
  • Pemecahaan masalah efektif jika berkolaborasi dengan seluruh staf dan pemangku kepentingan lainnya.
  • Mengoleksi dan menganalisis data secara berkesinambungan.
  • Pengambilan kuputusan berbasis data
  • Belajar seumur hidup adalah prinsip untuk dirinya sendiri maupun bagi yang lain.
  • Fokus dan memastikan seluruh tindakan mengarah pada pencapaian tujuan.
  • Menetapkan mutu sumber daya manusia dan mutu kinerja sekolah pada level dengan kriteria yang tinggi.
Berbekal keyakinan saja tidak cukup. Kepala sekolah memerlukan pengetahuan. Maryland menetapkan pengetahuan minimal yang kepala sekolah kuasai adalah ;
  • Hubungan antara penilaian siswa untuk meningkatkan mutu hasil belajar dengan peningkatan mutu mengajar.
  • Sumber informasi, pengumpulan data, dan analisis data strategis
  • Perbaikan proses perencanaan sekolah.
  • Standar isi, inti tujuan pembelajaran, dan hasil pelajar
  • Panduan pengembangan kurikulum
  • Evaluasi dan strageti penilaian.
  • Strategi memonitor pendidik dalam meningkatan pemahaman dan kemajuan belajar siswa.
  • Melakukan penelitian berbasis praktik pelaksanaan tugas terbaik.
  • Prinsip-prinsip  Dimensi Belajar, Konstruktivisme, dan Multiple Kecerdasan
  • Kolaborasi memecahkan masalah dan membangun konsensus
  • Memahari standar bangunan
  • Menguasai penerapan sistem berpikir
  • Memahami proses perubahan sistem, organisasi, dan individu.
  • Strategi berkomunikasi dengan efektif
  • Menguasai teknologi sebagai alat mengorganisir dan menganalisis data dalam memantau kemajuan atau kinerja.
Indikator Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah
Merujuk pada sejumlah keterampilan sebagaimana dikemukakan oleh  Colleen Seremet maupun Lasway, maka terdapat sejumlah indikator mutu kepala sekolah
Kinerja 1: Meningkatkan kerja sama dalam  pemecahan masalah dan berkomunikasi secara terbuka
  • Mengembangkan kerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan perbaikan sekolah.
  • Mengkomunikasikan data prestasi siswa kepada seluruh pemangku kepentingan.
  • Menyediakan waktu untuk memecahkan masalah secara kolaboratif.
  • Menunjukkan proses kerja sama kelompok yang efektif
  • Menunjukkan keterampilan membangun konsensus dalam upaya perbaikan sekolah
  • Mengkomunikasikan visi, misi, dan tujuan sekolah secara berkelanjutan kepada seluruh pemangku kepentingan.
  • Menghargai dan merayakan kontribusi dari warga sekolah pada peningkatan mutu perbaikan sekolah.
  • Memelihara dan mengembangkan kemampuan kepemimpinan.
  • Mengevaluasi keterampilan kolaboratif dengan staf dan mendukung kebutuhdasar pengembangan staf.
Kinerja 2: Mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan data dalam mengidentifikasi kebutuhan sekolah
Dalam proses mengumpulkan, menganalisis  dan menggunakan data untuk memberi instruksi atau menetapkan keputusan. Kepala sekolah memerlukan  masukan dari konstituen utama (guru, administrator, orangtua, dan siswa) untuk memastikan bahwa semua persepsi dan sikap terwakili dalam proses ini.
Indikator kinerja utama yang menunjukkan kepemimpinan yang efektif dalam hal ini ialah; Kepala sekolah …
  • memastikan bahwa data yang dikumpulkan berguna untuk menilai kinerja belajar siswa.
  • melibatkan seluruh staf dalam menganalisis data prestasi siswa.
  • mengidentifikasi proses  dan hasil yang diinginkan.
  • melibatkan staf dan pemangku kepentingan lainnya dalam merumuskan dan memperjelas masalah.
  • memfasilitasi identifikasi prioritas kebutuhan berdasarkan hasil analisis data.
  • menggunakan model penetapan  keputusan berbasis data.
  • meminta staf mengindentifikasi data yang aka digunakan dalam pengembilan keputusan.
  • mengevaluasi perkembangan kompetensi guru.
  • mengembangkan staf.
  • menggunakan teknologi dalam mengelola dan menganalisis data.
Kinerja 3: Menggunakan data untuk mengidentifikasi dan merencanakan perubahan yang dibutuhkan dalam pengembangan program peningkatan mutu pengajaran.
Pada ranah ini terdapat indikator kinerja utama yang menunjukkan kepemimpinan yang efektif, yaitu kepala sekolah;
  • memastikan bahwa rencana perbaikan sekolah didasarkan pada analisis data dan klarifikasi masalah.
  • memfasilitasi pengembangan rencana perbaikan dengan tujuan, bukti pencapaian, dan strategi yang jelas.
  • mengidentifikasi dengan staf pengetahuan dan keterampilan yang pendidik yang diperlukan untuk peningatan dan berbaikan mutu pengajaran.
  • memastikan bahwa rencana perbaikan sekolah berdasarkan hasil identifikasi sehingga kepala sekolah menetapkan strategi sebagai tonggak meraih kemajuan menuju sasaran
  • mengembangkan staf untuk mendukung kebutuhan mewujudkan tujuan setiap langkah pelaksanaan.
  • memastikan pengawasan kurikulum, pengajaran, penilaian  terstruktur secara sistematis.
  • memberikan kesempatan kepada staf untuk belajar memperbaiki strategi berbasis penelitian
  • memberikan kesempatan kepada menerapkan strategi  berbasis data.
Kinerja 4: Melaksanakan dan memantau  rencana perbaikan sekolah

Indikator kinerja utama yang menunjukkan kepemimpinan yang efektif, kepala sekolah;
  • memfasilitasi pengembangan kalender pendidikan sebagai basis pengaturan waktu dan perbaikan sekolah sehingga dapat memastikan kalender pendidikan dapat ditinjau ulang secara berkala.
  • mengevaluasi secara teratur untuk mempelajari dampak dari proses terhadap perbaikan prestasi siswa.
  • memonitor sistematis pengumpulan dan analisis data oleh staf untuk menilai apakah kemajuan yang terwujud sesuai dengan tujuan yaitu member peluang belajar kepada seluruh siswa.
  • mengumpulkan dan menggunakan data sebagai  bahan pengambilan keputusan perbaikan mutu pembelajaran sehingga dapat mengintervensi perubahan bidang akademik untuk individu dan kelompok siswa secara berkelanjutan.
  • menggunakan berbagai alat termasuk teknologi untuk memantau pencapaian program.
  • mengenali indikator kunci keberhasilan
  • memfasilitasi penggunaan data untuk terus mengevaluasi dan merevisi rencana perbaikan sekolah
  • memanfaatkan seluruh  sumber daya keuangan, manusia, waktu, sarana, dan peluang pengembangan staf untuk perbaikan mutu sekolah.
  • mengelola waktu secara efektif dengan sistem penjadwalan untuk kegiatan rapat staf, evaluasi penggunaan waktu, melakukan pelatihan dalam rangka peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan dalam meningkatkan perbaikan sekolah.
  • mendukung staf dalam membuat melaksanakan perbaikan pembelajaran yang dalam mendukung upaya perbaikan sekolah
Kinerja 5: Menggunakan sistem pemikiran untuk menetapkan fokus yang jelas pada prestasi siswa mencapai tujuan

Sekolah yang efektif memiliki skala prioritas sehingga dapat mengelola kalender pendidikan, mengevaluasi,  dan melakukan perbaikan dalam penggunaan waktu. Indikator kinerja utama yang menunjukkan kepemimpinan yang efektif, kepala sekolah dapat….
  • mengelola sumber daya untuk mendukung program prioritas perbaikan sekolah.
  • mengelola  sumber daya untuk meningkatkan perbaikan kinerja sekolah, pengelolaan kelas, dan siswa belajar.
  • mengidentifikasi proses kunci utama yang mempengaruhi mutu produk belajar siswa.
  • mengidentifikasi tolok ukur kinerja dan indikator yang menghubungkan proses instruksional kunci untuk tujuan-tujuan pembelajaran.
  • berkomunikasi dengan para pengambil keputusan di luar sekolah
  • memastikan bahwa tujuan sekolah diselaraskan ke sekolah tujuan distrik
  • membantu menginformasikan perencanaan kabupaten/kota dengan mengidentifikasi kebutuhan sekolah
Evaluasi Efektivitas Kinerja Kepala Sekolah

Banyaknya indikator kinerja memerlukan sistem pemantauan mutu, masalah selanjutnya adalah apa yang sebaiknya menjadi prioritas dalam evaluasi kinerja. Leithwood merekomendasikan agar evaluasi kinerja kepala sekolah meliputi (1) perencanaan (merumuskann  prosedur, kebijakan, dan tujuan); (2) bagaimana kepala sekolah menghimpun data dan menggunakan data (3) melaksanakan kegiatan dan  tindak lanjut dari hasil analisis umpan balik untuk melakukan perbaikan pada rencana berikutnya.
William Harrison dan Kent Peterson (1986) seperti yang dikemukan oleh David Peterson (1981) memperoleh data bahwa hanya 58% kepala sekolah yang yakin bahwa mereka telah menetapkan target kinerja sebelum evaluasi dilaksanakan pada tiap tahun.
David Peterson juga mengutip catatan hasil penelitian Ronald Lindahl (1986) yang mendapatkan data bahwa sesungguhnya pada kepala sekolah yang memiliki reputasi yang baik dalam melaksanakan tugasnya resisten atau kurang suka terhadap evaluasi terhadap kinerjanya, mereka khawatir proses evaluasi akan menurunkan reputasi yang telah diraihnya.
Hasil studi tersebut  menunjukkan bahwa tidak banyak kepala sekolah yang mentapkan  target mutu sekali pun mereka memahami bahwa hal tersebut penting. Mereka juga kurang suka dievaluasi karena khawatir mendapatkan nilai hasil evaluasi yang kurang baik. Kepala sekolah yang  telah menyandang reputasi baik, pada dasarnya tidak suka dievaluasi.
Kesimpulan
Kepala sekolah yang efektif sekurang-kurangnya memiliki 5 kompetensi utama. Kesempurnaanya ditentukan oleh tingkat penguasaan ilmu dan keterampilan untuk mempraktekan dalam pelaksanaan tugas di sekolah. Menerapkan keterampilannya dalam merumuskan  tujuan, mendefiniskan peningkatan mutu, dan  menetapkan indikator dan kriteria kinerjanya. Keterampilan utama dalam menerapkan standar yang harus kepala sekolah kuasai adalah mengevaluasi proses pelaksanaan tugas dan hasil yang dicapainya. Hasil evaluasi itu diolah dan direflesikan dalam bentuk data. Dengan data kepala sekolah dapat memastikan seberapa tingkat kesesuaian antara yang dapat ia wujudkan dengan kriteria standar yang ditetapkannya.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa  kepala sekolah tidak selalu siap memenuhi kriteria mutu yang ditetapkan dalam standar dan  tidak menyukai dievaluasi.
Kondisi nyata itu memberi pelajaran bahwa kendala utama dalam menerapkan standar kepala sekolah adalah sebagian kepala sekolah tidak mempersiapkan dirinya memenuhi standar. Pengalaman menyatakan bahwa sebagian kepala sekolah tidak begitu suka dievaluasi apalagi harus mengevaluasi dirinya sendiri.
Hambatan psikologis ini sesungguhnya menjadi kendala yang umum dalam  upaya meningkatkan mutu kinerja melalui penerapan standar.
Referensi:
Collin Seremet, 2009, Indicator For Effective Principal Leadership In Improving Student Achievement, http://mdk12.org/process/leading/p_indicators.html
Lashway, Larry , 1995. What is Facilitative Leadership? http://www.ericdigests.org/1996-1/leadership.htm
Leithwood, Kenneth; Paul T. Begley; and J. Bradley Cousins. 1994. Developing Expert Leadership for Future Schools. London: Falmer Press.
Michael Maccoby, 2009. http://maccoby. com/Articles/UtdbMal.shtml, 2009)
Peterson, David, 1991. http://www.ericdigests.org/pre-9219/principals.htm
Stephen R. Covey, 1989. The 7 Habits Of Highly Effective People: Powerful Lessons in Personal Change, Franklin Covey. Co

Tuesday, February 21, 2012

Keterampilan Menyimak


Menyimak selalu digunakan dalam kehidupan manusia karena manusia selalu dituntut untuk menyimak, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam keluarga, manusia selalu dituntut untuk menyimak. Pemerolehan bahasa seorang anak juga berawal dari menyimak ujaran di lingkungan keluarga.
Peran penting penguasaan keterampilan menyimak sangat tampak di lingkungan sekolah. Siswa mempergunakan sebagian besar waktunya untuk menyimak pelajaran yang disampaikan guru. Keberhasilan siswa dalam memahami serta menguasai pelajaran diawali oleh kemampuan menyimak yang baik. Berdasarkan hal–hal tersebut keterampilan menyimak perlu dikuasai secara baik.
1)      Pengertian Menyimak         
            Menyimak merupakan suatu keterampilan berbahasa yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia sehari-hari, baik di lingkungan formal maupun informal. Dengan bahasa orang dapat melakukan komunikasi dengan orang lain tentang berbagai hal yang kita temukan dalam kehidupan dengan orang lain tentang berbagai hal yang kita temukan dalam kehidupan.
            Pengertian menyimak menurut Tarigan (1987:28) adalah sebagai berikut.
Menyimak adalah proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Pengertian menyimak menurut Akhadiah (dalam Sutari, 1998:19) ialah “suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya”. Menyimak mempunyai arti yang sama dengan mendengarkan. Mendengarkan menurut Subyantoro dan Hartono (2003:1-2) adalah memberikan pengertian bahwa “mendengarkan adalah kegiatan mendengar yang dilakukan dengan sengaja, penuh perhatian terhadap apa yang didengar”. Dari beberapa pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan menyimak adalah proses kegiatan menangkap, memahami makna lisan, sehingga dapat merespon dengan baik.
2)      Menyimak Sebagai Suatu Aspek Keterampilan Berbahasa
            Menyimak merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa itu sendiri mencakup empat aspek, yaitu:
1)      Keterampilan menyimak (listening skills)
2)      Ketrampilan berbicara (speaking skills)
3)      Keterampilan membaca (reading skills)
4)      Keterampilan menulis (writing skills)
Menurut Dawson (dalam Tarigan, 1987:20), "Keempat keterampilan berbahasa pada dasarnya merupakan satu kesatuan atau merupakan catur tunggal".
3)      Tujuan Menyimak
            Meyimak mempuyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tarigan (1994:56) menyebutkan, “tujuan umum menyimak adalah menangkap, memahami, atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan”.
Tujuan khusus menyimak oleh Tarigan (1994:56) mengemukakan sebagai berikut: 1) menyimak untuk belajar; 2) menyimak untuk memperoleh keindahan audial; 3) menyimak untuk mengevaluasi; 4) menyimak untuk mengapresiasi simakan; 5) menyimak untuk mengkomunikasikan ide-idenya sendiri; 6) menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi; 7) menyimak untuk memecahkan masalah secara secara kreatif dan analisis; 8) menyimak untuk meyakinkan.
Berikut ini penulis mendeskripsikan tujuan-tujuan menyimak sebagaimana telah dikemukana sebelumnya.
1)      Ada orang yang menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara; dengan perkataan lain, disebut menyimak untuk belajar.
2)      Ada orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama sekali dalam bidang seni); disebut menyimak untuk menikmati keindahan audial.
3)      Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat menilai apa-apa yang dia simak itu (baik-buruknya); disebut menyimak untuk mengevaluasi.
4)      Ada orang yang menyimak agar dia dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (misalnya: pembacaan cerita, pembecaan puisi, diskusi, panel); disebut menyimak untuk mengapresiasi simakan.
5)      Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan kepada orang lain dengan lancar dan tepat; disebut menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide.
6)      Ada pula orang yang menyimak dengan maksud dan tujuan agar dia dapat membedakan bunyi-bunyi denga tepat. Mana bunyi yang membedakan arti,  mana bunyi yang tidak membedakan arti; biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicaraan asli; disebut menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi.
7)      Ada lagi orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga; disebut menyimak untuk memecahkan masalah.
8)       Ada orang yang tekun menyimak sang pembicara untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan; disebut menyimak untuk meyakinkan.  
Berdasarkan tujuan-tujuan menyimak tersebut, maka menyimak yang dilaksanakan dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dari materi yang diperdengarkan. Selain itu, bertujuan untuk mengkomunikasikan ide-idenya sendiri.
4)      Proses Menyimak
Keterampilan menyimak tidak hanya bersifat menerima saja, tetapi juga menyeleksi, mengevaluasi, merespon bahan simakan. Loban (dalam Tarigan, 1987:59) membagi proses menyimak ke dalam lima tahap yaitu: 1) tahap mendengar; 2) tahap memahami; 3) tahap menginterpretasi; 4) tahap mengevaluasi; 5) tahap menanggapi.
Berikut ini penulis mendeskripsikan proses menyimak sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya.
1)      Tahap mendengar (hearing). Dalam tahap ini penyimak baru menangkap gelombang bunyi yang tanpa makna.
2)      Tahap memahami (understanding). Pada tahap ini penyimak sudah mampu memahami pesan yang disampaikan oleh pembicara.
3)      Tahap menginterpretasi (interpretating). Dalam tahap ini penyimak tidak berkutat pada tataran mendengar dan memahami saja, akan tetapi mulai menginterpretasikan makna yang tersurat maupun yang tersirat.
4)      Tahap mengevaluasi (evaluating). Pada tahap ini penyimak mulai melakukan penilaian terhadap pesan yang di sampaikan oleh pembicara.
5)      Tahap menanggapi (responding). Pada tahap ini penyimak menerima gagasan yang disampaikan pembicara melalui proses menyerap, dan menerima gagasan atau ide yang disampaikan oleh pembicara.
6)      Ragam Menyimak
Tujuan menyimak adalah untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan sang pembicara melalui ujaran. Inilah yang merupakan tujuan umum. Di samping tujuan umum, terdapat pula berbagai tujuan khusus, yang menyebabkan adanya aneka ragam menyimak. Seperti yang diutarakan oleh Tarigan (1994:35-46 ) adalah sebagai berikut.
Ø  Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu dibawah bimbingan langsung dari seorang guru. Jenis-jenis menyimak ekstensif yaitu: 1) menyimak sosial (social listening);  2) menyimak sekunder (secondary listening); 3) menyimak estetik (aesthetik listening); 4) menyimak pasif  (Tarigan, 1994:35).
Berikut ini penjelasan masing-masing jenis menyimak ekstensif sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya.
1)      Menyimak sosial (social listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkrama mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang.
2)      Menyimak sekunder (secondary listening) adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan (casual listening) dan secara ekstensif (extensive listening).
3)      Menyimak estetik (aesthetik listening) ataupun yang disebut menyimak apresiatif (appreciation listening) adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak ekstensif.
4)      Menyimak pasif adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan kurang teliti.
Ø  Menyimak Intensif
Jika menyimak ekstensif lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara lebih bebas dan lebih umum serta tidak perlu dibawah bimbingan langsung para guru, maka menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu. Jenis-jenis menyimak intensif menurut Tarigan (1994:40) yaitu: 1) menyimak kritis (critikal listening); 2) menyimak konsentratif (concebtrative listening); 3) menyimak kreatif (creative listening); 4) menyimak eksploratif; 5)  menyimak interogatif (interrogative listening).
Berikut ini penjelasan masing-masing jenis menyimak intensif sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya.
1)      Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupa untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara, dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat.
2)      Menyimak konsentratif adalah sejenis menyimak telaah.
3)      Menyimak kreatif adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan.
4)      Menyimak eksploratif, adalah menyimak yang bersifat menyelidiki adalah sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit.
5)      Menyimak interogatif adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara, karena sang penyimak akan mengajukan sebanyak pertanyaan.
Ragam menyimak diklasifikasikan berdasarkan berbagai faktor. Dalam penelitian ini ragam menyimak yang diterapkan adalah: a) berdasarkan sumber suara yang disimak maka menyimak berita yang dilakukan termasuk menyimak antar pribadi; b) berdasarkan taraf aktivitas menyimak maka termasuk menyimak aktif; c) berdasarkan taraf hasil simakan termasuk menyimak kreatif dan berdasarkan tujuan menyimak termasuk menyimak informatif (Tarigan, 1994: 46).