Thursday, March 19, 2015

CATATAN KAKI DAN DAFTAR PUSTAKA

Dalam penulisan karya tulis, kita menggunakan data yang diperoleh dari berbagai sumber, baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Berdasarkan isinya, sumber tertulis dapat dibagi menjadi tiga.
1. Ilmiah, seperti buku-buku, artikel ilmiah, dan laporan penelitian.
2. Nonilmiah, seperti berita di surat kabar atau majalah.
3. Sastra, seperti karya prosa, puisi, dan drama

Penggunaan sumber karya tulis dapat dinyatakan dengan daftar pustaka (bibliografi) dan catatan kaki (footnote). Daftar pustaka dalam karangan ilmiah merupakan hal yang wajib dituliskan. Hal ini berhubungan erat dengan rujukan dan kutipan yang diuraikan pada bagian-bagian sebelumnya pada karangan ilmiah tersebut. Sementara catatan kaki tidak harus selalu ada dalam sebuah karangan ilmiah.

Cara penulisan daftar pustaka dan catatan kaki berbeda. Daftar pustaka dituliskan pada akhir karangan ilmiah dalam halaman tersendiri, sedangkan catatan kaki dituliskan pada tiap lembar/ halaman yang bersangkutan.

1. Penulisan Daftar Pustaka

Penulisan daftar pustaka memiliki aturan sebagai berikut.
a. semua sumber dalam daftar pustaka ditulis dengan nama urutan abjad huruf atau nama pengarang 
    (setelah dibalik).
b. Sumber yang berupa buku ditulis dengan urutan: nama pengarang(dibalik). tahun terbit. judul 
    buku. kota tempat buku diterbitkan: nama penerbit.
c. Sumber yang berupa majalah/ surat kabar, ditulis dengan urutan: nama majalah/ surat kabar, 
    tanggal, bulan, tahun, nomor edisi (majalah), judul artikel, dan nomor halaman.
d. Judul buku ditulis dengan huruf kapital, digarisbawahi atau dicetak miring atau dicetak tebal.
e. Apabila nama pengarang terdiri atas dua kata/ lebih, kata akhir dari nama tersebut diletakkan di 
    muka dan ditandai dengan tanda koma (,), tanpa gelar akademik.
    Contoh: Ajip Rosidi ditulis Rosidi, Ajip.
f.  Apabila pengarang terdiri atas dua orang atau tiga orang, nama-namanya ditulis semua. Akan 
    tetapi jika lebih dari tiga orang, ditulis satu orang dan diberi singkatan, et, al. atau dkk.
g. Gelar akademik tidak perlu dicantumkan.
h. Bila ada dua atau lebih sumber pengarangnya sama, penulisannya urut berdasarkan tahun atau 
    tanggal terbitnya, dan nama pengarang urutan berikutnya cukup diberi tanda garis.
i.  Bila ada dua sumber atau lebih sumber yang pengarangnya sama, penulisannya urut berdasarkan 
    tahun atau tanggal terbitnya, dan nama pengarang urutan berikutnya cukup diberi tanda garis.
j.  Tanda baca yang digunakan untuk memisahkan unsur-unsur dalam penulisan sumber yang berupa 
    buku adalah tanda titik (.), kecuali antara unsur tempat penerbit dan nama penerbit dengan tanda 
    titik dua (:), sedangkan tanda baca yang digunakan untuk memisahkan unsur-unsur dalam 
    penulisan sumber berupa majalah atau surat kabar adalah tanda koma (,).
k  Diakhiri tanda titik.

Contoh penulisan daftar pustaka:
Moeliono, Anton M(ed). 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

2. Penulisan Catatan Kaki


Catatan kaki adalah keterangan-keterangan atas teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan. Catatan ini memberikan informasi singkat sesungguhnya yang terdapat pada tulisan. Dengan catatan kaki, seorang penulis sesungguhnya telah memberikan penghargaan atas karya orang lain. Hubungan antara catatan kaki dengan teks dinyatakan dengan nomor-nomor penunjukkan yang sama. Selain menggunakan nomor-nomor penunjukkan, hubungan itu dapat dinyatakan dengan menggunakan tanda asterik atau tanda bintang (*).

a. Unsur-unsur catatan kaki
    1) Nama pengarang (editor, penerjemah)
    2) Judul buku 
    3) Nama atau nomor seri (jika ada)
    4) Data publikasi (jilid, nomor cetakan, kota penerbit, nama penerbit, tahun terbit)
    5) Nomor halaman

b. Aturan penulisan catatan kaki
    1) Urutannya: Nama pengarang, judul buku, nama penerbit, kota terbit, tahun terbit, dan nomor 
         halaman.
    2) Nama pengarang ditulis lengkap, tidak boleh dibalik, dan tanpa gelar akademik.
    3) Judul buku, masing-masing kata ditulis dengan huruf kapital, dicetak miring, digaris bawah, 
         atau dicetak tebal.
    4) Tanda baca yang digunakan untuk memisahkan unsur-unsur dalam catatan kaki adalah koma (,).
    5) Harus disediakan ruang atau tempat secukupnya pada kaki halaman tersebut sehingga margin di 
         bawah tidak boleh lebih sempit dari 3 cm sesudah diketik baris terakhir dai catatan kaki.
    6) Sesudah baris terakhir dari teks, dalam jarak 3 spasi harus dibuat sebuah garis, mulai dari 
         margin kiri sepanjang 15 ketikkan dengan huruf pika atau 18 ketikkan dengan huruf dite (--).
    7) Dalam jarak dua spasi dari jenis tadi, dalam jarak 5-7 ketikkan dari margin kiri nomor 
         penunjukkan.
    8) Langsung sesudah nomor penunjukkan, setengah spasi ke bawah mulai diketik baris pertama 
        dari catatan kaki.
    9) Jarak antarbaris dalam catatan kaki adalah spasi rapat, sedangkan jarak antarcatatan kaki pada 
        halaman yang sama (kalau ada) adalah dua spasi.
  10) Baris kedua dari tiap catatan kaki selalu dimulai dari margin kiri.

c. Istilah-istilah yang sering digunakan dalam catatan kaki.
   1) Ibid, singkatan dari ibidan, artinya sama dengan di atas.
       Untuk catatan kaki yang sumbernya sama dengan catatan kaki yang tepat di atasnya. Ditulis 
       dengan huruf besar, digarisbawahi, diikuti tanda koma, lalu nomor halaman. 
       Contoh: Ibid; halaman 10

   2) op.cit., singkatan dari opere citato, artinya dalam karya yang telah dikutip.
       Digunakan untuk catatan kaki dari sumber yang pernah dikutip tetapi sudah disisipi catatan kaki 
       lain dari sumber yang lain. Urutan nama penulisan pengarang, op.cit, nomor halaman.

   3) loc. cit., singkatan dari loco citato, artinya tempat yang telah dikuti[.
       Seperti di atas tetapi dari halaman yang sama. Urutan penulisan nama tempat yang telah dikutip, 
       seperti di atas tetapi dari halaman yang sama. Urutan penulisannya nama pengarang loc. cit 
       (tanpa nomor halaman).

Contoh penulisan catatan kaki.

Footnote merupakan catatan yang menyebutkan sumber dari suatu kutipan. Footnote atau catatan kaki adalah daftar keterangan khusus yang ditulis di bagian bawah setiap lembaran atau akhir bab karangan ilmiah. Catatan kaki biasa digunakan untuk memberikan keterangan dan komentar, menjelaskan sumber kutipan atau sebagai pedoman penyusunan daftar bacaan/bibliografi.

Fungsi Catatan Kaki (Footnote)

Beberapa fungsi catatan kaki (footnote) adalah sebagai berikut:
  1. Untuk menunjukkan atau menguatkan evidensi (pembuktian) semua pernyataan dan keterangan tentang sesuatu yang harus dikuatkan penjelasannya. Keterangan pada footnote adalah menunjukkan tempat dimana evidensi tersebut didapatkan.
  2. Untuk menunjukkan adanya peminjaman atau pengambilan dari bahan yang digunakan. (Untuk fakta-fakta yang bersifat umum tidak perlu diberi footnote).
  3. Untuk memperluas diskusi suatu masalah tertentu di luar konteks dan teks.
  4. Untuk memberi keterangan atau petunjuk. Misalnya untuk menunjukkan bahan dalam lampiran, atau persoalan-persoalan yang sudah di bahas dalam halaman, sub-bab, atau bab dalam karya ilmiah yang bersangkutan.

Unsur-unsur Catatan Kaki (Footnote)

Catatan kaki (footnote) terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut:
  1. Nama penulis/pengarang, penterjemah, dan editor ditulis lengkap tanpa gelar kesarjanaan. Untuk penulis yang bukan penulis asli tetap dicantumkan seperti penulis asli, dengan tambahan keterangan di belakang nama tersebut, seperti penyusun, penyadur, penterjemah, dan editor.
  2. Judul buku/tulisan ditulis selengkap-lengkapnya, huruf pertama judul dengan besar kecuali kata sambung dan kata depan.
  3. Tahun penerbitan, tahun berapa sumber kutipan atau referensi diterbitkan atau dipublikasikan.
  4. Nomor halaman, dalam footnote - nomor halaman disingkat “hal” kemudian diikuti dengan nomor halaman yang dikutip dengan sela satu ketukan.

Ketentuan Kutipada pada Catatan Kaki (Footnote)

Ketentuan penulisan sumber pustaka diwujudkan dalam bentuk kutipan dan catatan kaki (footnote) adalah sebagi berikut:
  1. Setiap kutipan baik kutipan langsung maupun kutipan yang tidak langsung harus diberi nomor pada akhir kutipan dengan angka arab yang diketik setengah spasi di atas garis ketikan teks naskah. Nomor kutipan harus berurut sampai akhir bab. Kutipan atas pendapat yang bersumber pada tulisan orang lain yang dirujuk dalam naskah essay harus disebutkan sumbernya dengan menggunakan catatan kaki (footnote). Catatan kaki ini menunjukkan dan menginformasikan sumber kutipan. Catatan kaki dapat digunakan pula untuk memberikan komentar mengenai sesuatu yang dikemukakan di dalam teks.
  2. Penulisan catatan kaki dilakukan dengan mencantumkan nama, tahun terbit, judul buku, nama penerbit, kota, dan halamannya. Jika nama pengarang terdiri dari 2 (dua) orang, maka keduanya harus dicantumkan dalam catatan kaki. Jika nama pengarang terdiri dari 3 (tiga) orang atau lebih, maka cukup nama akhir dari pengarang pertama yang ditulis dan di belakangnya ditulis "et all" (artinya dengan orang lain) bagi tulisan dan penulis dari luar Indonesia atau menggunakan "dkk." (dan kawan-kawan) jika tulisan atau penulis dari Indonesia, tetapi dalam daftar pustaka harus dicantumkan semua nama pengarangnya. Judul buku dalam catatan kaki harus diketik dengan cetak miring. Penulisan halaman disingkat dengan "hlm".
  3. Penulisan catatan kaki dapat dilakukan pula dengan menggunakan singkatan ibidop. cit., dan loc. cit.
    • Ibid merupakan singkatan dari ibidem yang artinya dalam halaman yang sama. Ibid digunakan dalam catatan kaki apabila kutipan diambil dari sumber yang sama dan belum disela oleh sumber lain.
    • Op.cit. merupakan singkatan dari opera citato yang artinya dalam keterangan yang telah disebut. Op.cit digunakan dalam catatan kaki untuk menunjuk kepada sumber yang sudah disebut sebelumnya secara lengkap, tetapi telah disela dengan sumber lain dan halamannya berbeda.
    • Loc.cit. merupakan singkatan dari loco citato yang artinya pada tempat yang sama telah disebut. Loc.cit. digunakan dalam catatan kaki apabila hendak menunjukkan kepada halaman yang sama dari sumber yang sama yang sudah disebut terakhir, tetapi telah disela oleh sumber lain.
  4. Penggunaan ibid tidak perlu menuliskan nama pengarangnya karena penggunaan ibid tersebut hanya dilakukan ketika sumber yang telah dikutip belum disela dengan sumber lainnya. Sebaliknya, penggunaan op.cit. dan loc.cit. tetap harus menuliskan nama pengarangnya yang diikuti dengan tulisan op.cit. atau loc.cit.

Contoh Penulisan Catatan Kaki (Footnote)

Berikut ini berbagai contoh penulisan catatan kaki (footnote) yang berasal dari berbagai bentuk sumber kutipan:
Sumber Buku
1 Budi Martono, Penyusutan dan Pengamanan Arsip Vital dalam manajemen Kearsipan (Jakarta: Pustaka sinar Harapan, 1994), hlm. 16.
Sumber artikel dalam terbitan berkala (majalah ilmiah, jurnal)
1 Gemala Rabi’ah Hatta, "Rekam Medis dan Kesehatan (Medical Records) dalam Kedudukannya sebagai Penunjang Kesehatan Nasional", dalam Berita Arsip Nasional, No. 26, Juni 1988 (Jakarta: ANRI, 1988), hlm. 8.
Sumber artikel dalam sebuah buku (kumpulan karangan)
1 David Roberts, "Managing Records in Special Formats", dalam Judith Ellis (ed.), Keeping Archives (Victoria: D.W. Thorpe, 1993), hlm. 387.
Sumber Makalah Seminar
1 Machmoed Effendhie, "Arsip Sebagai Sumber Informasi dalam Pengambilan Keputusan", Makalah seminar Apresiasi Kearsipan Pejabat Eselon III dan IV Kabupaten Sleman, 11 September 2001, hlm. 14.
Sumber Terbitan Pemerintah
1 Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 1979 tentang Penyusutan Arsip, pasal 6.
Sumber Terbitan Organisasi
1 Developing and Oprating a Records retention Programme, ARMA, 1986, hlm. 52.
Sumber Lisan
1 Wawancara dengan Mudjono NA, tanggal 13 Oktober 2003 di Kantor Kepatihan Yogyakarta.
Sumber Karya Ilmiah Tidak diterbitkan (LTA, Skripsi, Tesis, Disertasi, dll.)
1 Erna Handayani dkk., "Perubahan Pengelolaan Arsip Aktif dari Sentralisasi ke desentralisasi di P.T. Sari Husada", LTA D-III Kearsipan Fakultas Ilmu Budaya, UGM, 2000, hlm. 28.

Singkatan-singkatan Penting dalam Catatan Kaki (Footnote)

Dalam penulisan catatan kaki (footnote) biasanya terdapat istilah-istilah yang disingkat guna efisiensi penulisan istilah. Berikut ini istilah penting yang biasa di singkat di dalam penulisan catatan kaki (footnote):
Tunggu update selanjutnya...
SUMBER REFERENSITeam Dosen STMIK AMIKOM Yogyakarta, Pedoman Penyusunan Proposal dan Laporan Skripsi Jurusan Teknik Informatika dan Sistem Informasi STMIK Amikom Yogyakarta, Vol.5, 2013. | Pengumuman Lomba Essay Mahasiswa Hukum Sekolah Vokasi UGM, 2012. | Nurlaila Alfatihah, Ahmad Abady Darban (ed.), Footnote (Catatan Kaki), Elisa UGM, 2009. | Wikipedia, Catatan Kaki, (available onlinehttp://id.wikipedia.org/wiki/Catatan_kaki, January 11, 2014.

Wednesday, March 18, 2015

Bunyi dan Alat Ucap Manusia

      Alat Ucap
Alat ucap adalah organ pada tubuh manusia yang berfungsi dalam pengucapan bunyi. Organ-organ yang terlibat antara lain adalah paru-paru, laring, faringrongga hidungrongga mulutbibirgigilidahalveolumpalatumvelum, dan uvula.
Alat-alat ucap manusia yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi bahasa (fon) dibedakan menjadi tiga bagian yakni:
1.         Artikulator
Artikulator ialah alat-alat bicara manusia yang dapat bergerak secara leluasa dan dapat menyentuh bagian-bagian alat ucap yang lain (titik artikulasi) serta dapat membentuk bermacam-macam posisi. Alat bicara semacam ini terletak di bagian bawah atau rahang bawah.
Alat-alat ucap yang termasuk artikulator antara lain:
a.         bibir bawah (labium);
b.         gigi bawah (dentum);
c.          ujung lidah (apeks);
d.         depan lidah (front of the tongue);
e.         tengah lidah (lamino);
f.          belakang lidah (dorsum); dan
g.         akar lidah.
2.         Titik Artikulasi
Titik artikulasi ialah alat-alat bicara manusia yang menjadi pusat sentuhan dan bersifat statis. Alat-alat ini terdapat di bagian atas atau rahang atas. Alat-alat ucap yang termasuk pada bagian ini antara lain:
a.         bibir atas (labium);
b.         gigi atas (dentum);
c.           lengkung kaki gigi atas (alveolum);
d.         langut-langit keras (palatum);
e.         langit-langit lunak (velum); dan
f.          anak tekak (uvula).
3.         Alat-alat Lain
Alat-alat lain yang dimaksudkan ialah alat bicara selain artikulator dan titik artikulasi yang dapat menunjang proses terjadinya bunyi bahasa. Yang termasuk alat-alat lain antara lain:
a.         hidung (nose);
b.          rongga hidung (nasal cavity);
c.           rongga mulut (oral cavvity);
d.          pangkal kerongkongan (faring);
e.         katup jakun (epiglotis);
f.          pita suara;
g.         pangkal tenggorokan (laring);
h.         batang tenggorokan (trachea);
i.           paru-paru;
j.           sekat rongga dada (diafragma);
k.         saraf diafragma;
l.           selaput rongga dada (pleural cavity); dan
m.       bronchus.
Di dalam fonetik, posisi alat bicara manusia dibagi menjadi tiga bagian yaitu alat pernafasan, tenggorokan, dan rongga supragotal. Bagian pertama mengatur keluar dan masuknya udara; bagian kedua bekerja sebagai sumber bunyi bahasa; bagian ketiga berfungsi sebagai resonator. Ketiga bagian alat bicara itu selalu bekerja sama dalam pembentukan bunyi bahasa. Bila satu di antaranya bekerja tidak sebagaimana mestinya, maka seluruh bagian alat ucap itu akan merasakan akibatnya.
Alat bicara manusia antara satu dengan yang lain saling berhubungan untuk membentuk bunyi bahasa. Dengan demikian fungsi masing-masing alat bicara kemungkinan ada sangkut pautnya dengan alat lain. Berikut ini adalah fungsi-fungsi yang dimaksud:
1.        Paru-paru
Paru-paru mempunyai tugas bersama dengan diafragma untuk menghembuskan udara ke luar sehingga menimbulkan bunyi bahasa. Paru-paru biasa disebut sebagai motor penggerak alat bicara.
2.        Pita Suara
Pita suara ini tempatnya di bawah jakun yang terdiri atas sepasang pita. Di tengah-tengah pita suara ini ada celah yang bisa melebar dun menyempit. Celah pits suara ini lebih dikenal dengan sebutan glotis. Pita suara manusia dapat berubah-ubah posisinya, antara lain sebagai berikut ini.
a.       Posisi terbuka lebar
Posisi seperti ini tidak menghasilkan bunyi bahasa dart terjadi pada pernafasan normal saja.
b.      Posisi agak menyempit
Posisi seperti ini akan menghasilkan bunyi tak bersuara, misalnya: [p], [t], [k], [c].
c.       Posisi menyempit
Posisi ini akan menghasilkan bunyi bahasa bersuara, misalnya [b], [d], [g], [j].
d.      Posisi tertutup
Posisi ini akan menghasilkan bunyi bahasa hamzah atau glotal stop, misalnya [h], dan [?].
3.        Laring
Di dalam alert ini terdapat pita suara (vocal cord) yang melintang dari arah depan ke belakang. Dengan demikian fungsi alat ini ialah untuk meneruskan aliran udara yang berhembus dari paru-paru ke faring.
4.        Faring
Fungsi alat ini yang utama ialah meneruskan aliran udara dari Pita suara. Akan tetapi alat ini bisa membentuk bunyi bahasa hamzah setelah bersentuhan dengar akar lidah (radik) sehingga bunyi senacam ini disebut bunyi faringal.
5.        Lidah
Lidah merupakan salah satu artikulator yang sangat penting di dalam proses pembentukan bunyi bahasa. Pentingnya lidah ini bisa dilihat dari bunyi yang dihasilkannya bisa berupa vokal dan, konsonan. Vokal dihasilkan oleh gerak perpindahan posisi lidah tanpa bersentuhan tiengan titik artikulasi. Jika gerak-gerak perpindahan posisi ini bersentuhan dengan titik artikulasi, maka akan menghasilkan bunyi konsonan.
6.        Bibir
Ada beberapa bunyi bahasa yang dihasilkan oleh sentuhan baik secara langsung atau tidak oleh bibir manusia. Bunyi [p, b] terjadi karena sentuhan antara bibir bawah dengan bibir atas sehingga aliran udara tertahan sebentar. Selanjutnya aliran udara tersebut dihembuskan sampai terdengarnya bunyi tersebut. Bunyi [p,b] dalam fonetik disebut bunyi bilabial, sebab terjadi karena sentuhan kedua bibir yaitu bibir atas dan bibir bawah. Selain itu, kedua bunyi itu dapat dinamai stop bilabial.

 Lambang Bunyi
Alat ucap manusia menghasilkan lambang-lambang bunyi yang bermacam-macam. Setiap bunyi yang dihasilkannya memiliki ciri tersendiri yang dapat dijelaskan proses pengucapannya. Setiap lambang bunyi tersebut disimbolkan dengan bentuk huruf dalam bahasa tulis dan fonem untuk bahasa lisan.
Lambang-lambang bunyi tersebut dapat dihasilkan oleh adanya arus ujaran yang masuk ke rongga mulut dan memengaruhi pergerakan pita suara serta getaran di sekitarnya yang kemudian menimbulkan efek-efek bunyi. Jika arus yang keluar tidak mendapatkan hambatan atau rintangan, akan menimbulkan bunyian yang dikelompokkan menjadi kelompok vokal, yaitu /a/, /i/, /u/, /e/, /ε/, /o/. Bentuk ucapan e ada yang lemah / / dan e lebar atau /ε/, bentuk gabungan disebut diftong. Diftong adalah gabungan dua vokal yang menimbulkan bunyi luncuran lain. Contoh diftong ialah: au, ai, oi yang dibaca (aw), (ay), (oy). 
Contoh kalimat:
1.    Harimau (harimaw) itu berhasil ditangkap penduduk.
2.    Mereka bermain voli pantai. (pantay).
3.    Para buruh memboikot (memboykot) pertemuan itu.
Proses bunyi ujar yang dihasilkan karena arus ujaran yang keluar mendapat hambatan disebut konsonan. Proses itu terdiri atas hal-hal berikut:
1.    Bilabial, bila bunyi ujar yang dihasilkan dengan mempertemukan kedua bibir, seperti b, p, m.
2.    Laringal, bila bunyi ujar yang terjadi karena pita suara terbuka agak lebar. Contoh: h.
3.    Velar, apabila bunyi ujar yang dihasilkan oleh lidah bagian belakang (artikulator) dan langit-langit lembut (titik artikulasi), seperti k, g, ng, kh, q.
4.    Labio dental, bila bunyi ujar yang dihasilkan dengan mempertemukan gigi atas (titik artikulasi) dengan bibir bawah (artikulator); seperti f, v, w.
5.    Alpico interdental/dental, bila bunyi ujar yang dihasilkan oleh ujung lidah (artikulator) dengan daerah lengkung gigi (titik artikkulator), seperti t, d, n.
6.    Spiral, bila bunyi ujar yang dihasilkan dari udara yang keluar dari paru-paru yang mendapat halangan getaran lidah. Contoh: s, z, sy.
7.    Uvular, bila bunyi getar lain yang dihasilkan oleh anak tekak sebagai artikulator dengan lidah bagian belakang sebagai titik artikulasinya. Contoh: r-tidak jelas
8.    Apikal, bila bunyi getar yang dihasilkan dengan mendekatkan lidah ke langit-angit lembut atau lengkung kaki gigi dengan sistem getar menimbulkan bunyi ujar. Contoh: r-jelas.
       
Artikulasi dapat diartikan dengan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia. Ilmu yang mempelajari alat ucap manusia dan tata bunyi yang
dihasilkannya disebut fonologi. Alat ucap manusia menghasilkan lambang-lambang
bunyi yang bermacam-macam. Setiap bunyi yang dihasilkannya
memiliki ciri tersendiri yang dapat dijelaskan proses pengucapannya.
Setiap lambang bunyi tersebut disimbolkan dengan bentuk huruf dalam
bahasa tulis dan fonem untuk bahasa lisan.
Lambang-lambang bunyi tersebut dapat dihasilkan oleh adanya arus
ujaran yang masuk ke rongga mulut dan memengaruhi pergerakan pita
suara serta getaran di sekitarnya yang kemudian menimbulkan efek-efek
bunyi. Jika arus yang keluar tidak mendapatkan hambatan atau rintangan,
akan menimbulkan bunyian yang dikelompokkan menjadi kelompok vokal,
yaitu a, i, u, e, o (berjumlah lima huruf), tetapi diucapkan dengan enam
fonem /a/, /i/, /u/, /e/,//, /o/. Bentuk ucapan e ada yang lemah /ə/ dan e
lebar atau //, bentuk gabungannya disebut dengan diftong. Diftong adalah
gabungan dua vokal yang menimbulkan bunyi luncuran lain. Contoh
diftong ialah: au, ai, oi yang dibaca (aw), (ay), (oy).
Contoh kalimat:
1. Harimau (harimaw) itu berhasil ditangkap penduduk.
2. Mereka bermain voli pantai. (pantay)
3. Para buruh memboikot (memboykot) pertemuan itu.

       Proses bunyi ujar yang dihasilkan oleh karena arus ujaran yang
keluar mendapat hambatan disebut konsonan. Proses itu terdiri atas
hal-hal berikut.
1. Bilabial, bila bunyi ujar yang dihasilkan dengan mempertemukan
    kedua bibir; seperti b, p, m.
2. Laringal, bila bunyi ujar yang terjadi karena pita suara terbuka agak
    lebar. Contoh : h.
3. Velar, apabila bunyi ujar yang dihasilkan oleh lidah bagian belakang
    (artikulator) dan langit-langit lembut (titik artikulasi), seperti k, g,
     ng, kh, q.
4. Labio dental, bila bunyi ujar yang dihasilkan dengan mempertemukan
    gigi atas (titik artikulasi) dengan bibir bawah (artikulator); seperti
    f, v, w.
5. Alpico interdental/dental, bila bunyi ujar yang dihasilkan oleh ujung
    lidah (artikulator) dengan daerah lengkung gigi (titik artikulator),
    seperti t, d, n.
6. Spiral, bila bunyi ujar yang dihasilkan dari udara yang keluar dari
     paru-paru yang mendapat halangan getaran lidah. Contoh : s, z, sy.
7. Uvular, bila bunyi getar lain yang dihasilkan oleh anak tekak
     sebagai artikulator dengan lidah bagian belakang sebagai titik
     artikulasinya. Contoh : r – tidak jelas.
8. Apikal, bila bunyi getar yang dihasilkan dengan mendekatkan lidah
ke langit-langit lembut atau lengkung kaki gigi dengan sistem getar
menimbulkan bunyi ujar. Contoh : r – jelas.
Di samping bentuk gabungan vokal yang menimbulkan bunyi
luncuran, pada konsonan terdapat bunyi atau fonem yang memiliki bentuk
pengucapan yang lebih dari satu. Namun, perbedaan pelafalannya tak
memengaruhi arti. Misalnya, pada fonem /p/ pada kata panen merupakan
lafal terbuka dan biasanya penempatannya di awal kata, sedangkan lafal
    tertutup pada kata atap terdapat pada akhir kata ini disebut dengan alofon.
Demikian pula pada fonem /b/ akan dibaca [b] jika di awal kata, namun
dilafalkan /p/ bila berada di akhir kata.
Contoh:
- [lembab] dilafalkan [lembap>]
- [jawab] dilafalkan [jawap>]
- [adab] dilafalkan [ adap>]
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Semenjana Kelas X
Mokhamad Irman, dkk.