A.
Kata Umum
Kata umum adalah kata-kata yang pemakaiannya dan
maknanya bersifat umum dan luas. Bidang dan obyek yang dicakup oleh kata umum
itu luas dan tidak secara spesifik merujuk atau merepresentasikan bidang atau
obyek tertentu. Jenis kata umum tidak memiliki pertalian yang erat dengan
obyeknya. Sebagai akibatnya, kata umum kurang memberi daya imajinasi kepada
audiens atau pembaca. Citra dalam pikiran audiens/ pembaca masih samar.
Contoh:
1.
Ibu menanam pohon di
halaman.
2.
Andri memberikan bunga kepada
Isti.
3.
Pak Budi membeli 10 ekor ikan di pasar.
Kata “pohon” dan “bunga” dalam kalimat itu tidak serta
merta membangkitkan citra pohon yang dimaksudkan oleh penutur. Bayangan dan
pemahaman setiap pembaca mengenai kata “pohon” itu jadi samar dan beranekaragam
tergantung dari pengalaman pihak pembaca terhadap jenis pohon yang pernah
dijumpainya di halaman. Dampak ikutannya, kata umum “pohon” itu jadi kurang
memiliki daya sugesti dan daya impresi. Pesan yang disampaikan penutur jadi
kurang kuat dan impresi (kesan) yang ditinggalkan dalam hati dan pikiran rekan
bicaranya juga jadi dangkal.
Dalam relasi makna, kata umum tergolong hipernim. Dari aspek
ini, kata umum juga disebutsuperordinat. Sifat
keumuman kata umum ini berguna dalam abstraksi, generalisasi, dan kategorisasi,
sehingga kata ini sering digunakan dalam karya tulis eksposisi. Penggunaan kata
umum dalam karya tulis deskripsi atau narasi lebih dibatasi, mengingat kata
umum kurang memberi daya imajinasi,sugesti, dan impresi kepada pembaca.
B.
Kata Khusus
Kata Khusus adalah kata-kata yang pemakaiannya dan
maknanya bersifat spesifik dan sempit dan yang merujuk kepada pengertian
kongkret dan tertentu. Bidang, ruang lingkup, dan obyek yang dicakup oleh kata
khusus itu sempit dan dia secara spesifik merujuk atau merepresentasikan
bidang, ruang lingkup, atau obyek yang sempit, di samping juga hanya meliputi
aspek tertentu saja.
Jenis kata
khusus memiliki pertalian yang erat dengan obyeknya. Sebagai akibatnya, kata
khusus memberi daya imajinasi kepada audiens atau pembaca. Citra dalam pikiran
audiens/ pembaca tidak samar.
Komunikator lebih tepat menggunakan
kata khusus bila ingin memperoleh pengertian yang lebih pas dengan apa yang dia
maksudkan.
Contoh:
No
|
Kata Umum
|
Kata Khusus
|
1
|
Ibu
menanam pohon di halaman.
|
Ibu
menanam pohon Mangga di halaman.
|
2
|
Andri
memberikan bungakepada Isti.
|
Andri
memberikan Melati kepada Isti.
|
3
|
Pak Budi
membeli 10 ikan di pasar.
|
Pak Budi
membeli 5 ekor Gurame, 3 ekor Mujaher, dan 2 ekorNila di
pasar.
|
Sebagaimana nampak dalam contoh tersebut, kata khusus
memiliki daya sugesti dan daya impresi yang lebih kuat dan lebih dalam daripada
kata umum. Selain itu, informasi yang disampaikan kepada pembaca juga jelas dan
merujuk pada obyek/ subyek tertentu. Begitu mendengar atau membaca “pohon
Mangga” atau “Melati”, maka seketika muncul citra obyek yang direpresentasikan
oleh kedua kata itu.
Dalam relasi makna, kata khusus tergolong hiponim. Dari aspek ini, kata umum juga disebut subordinat. Sifat kekhususan kata khusus ini sangat
bermanfaat dalam karya tulis narasi, deskripsi, dan argumentasi yang memang
membutuhkan deskripsi obyek. Karya-karya Sastra dan kitab-kitab suci juga
mengeksploitasi kata khusus, misalkan saja untuk simbolisasi dan untuk
memperkuat impresi dan pesan yang disampaikan dan memperdalam penghayatan.
Hubungan antara kata umum kata khusus itu bersifat
relatif. Maksudnya, suatu kata tertentu bisa merupakan kata khusus dari kata
lain yang lebih umum; dan kata yang lebih umum itu bisa menjadi kata khusus
untuk kata lainnya lagi. Relativitas kata umum dan kata khusus ini menciptakan
gradasi kata.
Contoh, “Honda” adalah kata khusus relatif terhadap kata umum “sepeda
motor”. “Sepeda motor” adalah kata khusus relatif terhadap kata umum
“kendaraan”. Demikian seterusnya. Untuk contoh lebih lengkap mengenai
relativitas kata umum dan kata khusus, lihat pada tabel di bawah ini.
Contoh:
←Lebih umum ——————————– Lebih khusus→
|
||||
Kendaraan
|
Kendaraan bermotor
|
Kendaraan bermotor roda dua
|
Sepeda motor
|
Honda
|
7. KALIMAT EFEKTIF, CIRI – CIRI, DAN CONTOH
KALIMAT EFEKTIF
A.
Pengertian
Kalimat
adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri
dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang
mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam
wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut,
disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan
berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!). Sekurang-kurangnya kalimat
dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S)
dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan
itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa
dengan kalimat.
Efektif
mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna jika dipakai
pada sasaran yang tepat. Pengertian efektif dalam kalimat adalah dan ketepatan
penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan tertentu
pula. Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa :
1.
Kalimat efektif adalah kalimat
yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis
saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan
daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)
2.
Kalimat efektif adalah kalimat
yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara
tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan:2001)
3.
Kalimat efektif adalah kalimat yang
memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin:
1989)
4.
Kalimat efektif dipahami sebagai
kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami
oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)
5.
Kalimat efektif di pahami sebagai
sebuah kalimat yang dapat membantu menjelaskan sesuatu persoalan secara lebih
singkat jelas padat dan mudah di mengerti serta di artikan. (ARIF HP:
2013)
Dari beberapa uraian di
atas dapat diambil kata kunci dari definisi kalimat efektif yaitu sesuai kaidah
bahasa, jelas, dan mudah dipahami. Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang
sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau
pembaca.
v Kalimat efektif syarat-syarat sebagai berikut:
1.
Secara tepat mewakili pikiran
pembicara atau penulisnya.
2.
Mengemukakan pemahaman yang sama
tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca
atau penulisnya.
v Ciri-Ciri Kalimat Efektif :
1.
KESATUAN
GAGASAN
Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur
lain (O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.
Di dalam keputusan itu merupakan
kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.
Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan).
Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan).
2.
KESEJAJARAN
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat- predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat- predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah :
·
Kakak menolong anak itu dengan
memapahnya ke pinggir jalan
·
Anak itu ditolong kakak dengan
dipapahnya ke pinggir jalan.
3.
KEHEMATAN
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata
yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud
kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata
mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.
4.
PENEKANAN
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
a)
Mengubah posisi dalam kalimat,
yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan
lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
b)
Menggunakan partikel; penekanan
bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
c)
Menggunakan repetisi, yakni
dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang
tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan
sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
d)
Menggunakan pertentangan, yakni
menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian
kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan
menyeluruh.
5.
KELOGISAN
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam
kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda
mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
Contoh kalimat efektif :
Saran yang di kemukakannya kami akan
pertimbangkan ( tidak efektif )
Seharusnya : Saran yang dikemukakannya
akan kami pertimbangkan.