A.
Tugas Perkembangan Masa Kanak-kanak
Awal
Secara
kronologis (menurut urutan waktu), masa kanak-kanak (early childhood) adalah masa perkembangan dari usia 1 atau 2 tahun
hingga 5 atau 6 tahun. Perkembangan biologis pada masa-masa ini berjalan pesat,
tetapi secara sosiologis ia masih sangat terikat oleh lingkungan dan
keluarganya. Oleh karena itu, fungsionalisasi lingkungan keluarga pada fase ini
penting sekali untuk mempersiapkan anak terjun ke dalam lingkungan yang lebih
luas terutama lingkungan sekolah.
Masa kanak-kanak
sering disebut masa estetika, masa indera, dan masa menentang orang tua.
Disebut estetika karena pada masa ini merupakan saat terjadinya perasaan
keindahan. Disebut masa indera, karena pada masa ini indera berkembang pesat
dan merupakan kelanjutan dari perkembangan selanjutnya. Berkat kepesatan
perkembangan itulah, dia senang mengadakan eksplorasi. Kemudian disebut dengan
masa menentang. Masa itu disebut juga Masa Raja Kecil atau Masa Trotz Alter
dengan sikap egosentris karena merasa dirinya berada di pusat lingkungan, yang
ditampilkan anak dengan sikap senang menentang atau menolak sesuatu yang datang
dari orang di sekitarnya. Perkembangan seperti itu antara lain disebabkan oleh
kesadaran anak, bahwa dirinya mempunyai kemauan dan kehendak sendiri, yang
dapat berbeda dengan orang lain. Kesadaran itu merupakan awal dari usaha untuk
mewujudkan diri (self realization) sebagai satu diri (individu), dengan
menunjukkan bahwa dirinya tidak sama dengan orang lain.
Anak-anak
pada masa ini bersifat meniru, banyak bermain dengan lelakon (sandiwara) atau
khayalan, yang kadang-kadang dapat membantu dalam mengatasi
kekurangan-kekurangannya dalam kenyataan. Kegiatan yang bermacam-macam
itu akan memberikan ketrampilan dan pengalaman-pengalaman terhadap si anak.
Firman Allah SWT
dalam surat Al Baqarah ayat 132 yaitu
Dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu
kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai
anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah
kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". (QS. Al Baqarah 2:132).
Tugas-tugas Perkembangan pada Fase ini Meliputi :
1.
Belajar Berjalan
Belajar berjalan terjadi pada usia antara 9 sampai 15 bulan, pada usia
ini tulang kaki, otot dan susunan syarafnya telah matang untuk belajar
berjalan.
2.
Belajar Memakan Makanan Padat
Hal ini terjadi pada tahun kedua, sistem alat-alat pencernaan makanan
dan alat-alat pengunyah pada mulut telah matang untuk hal tersebut.
3.
Belajar Berbicara
Yaitu mengeluarkan suara yang berarti dan menyampaikannya kepada orang
lain dengan perantaraan suara itu, diperlukan kematangan otot-otot dan syarat
dari alat-alat bicara. Ada dua pendapat mengenai cara permulaan anak dalam
belajar berbicara, yaitu:
a) Pendapat pertama, mengemukakan bahwa bayi mulai belajar bicara dengan
jalan mengeluarkan macam-macam suara yang tidak berarti (meraban). Kemudian
orang disekitarnya mengajarkan kepadanya nama-nama atau kata-kata tentang
sesuatu secara teratur dalam situasi tertentu sampai anak belajar
mengasosiasikan (menghubung-hubungkan) suara-suara tertentu dengan benda atau situasi
(prilaku) tertentu. Misalnya, suara “bapak” yang diucapkan anak secara
kebetulan, kemudian oleh orang di sekitarnya diulanginya apabila sang ayah
hadir di dekatnya, maka terjadilah asosiasi antara “bapak” dengan orangnya.
b) Pendapat kedua, justru sebaliknya, menurut teori ini suara bayi tidaklah
searah kebetulan tetapi mempunyai arti baginya karena suara-suara itu
mengekspresikan (menyatakan) perasaan-perasaannya. Perkembangan selanjutnya
dari belajar bahasa ini terjadi dengan jalan meniru (imitasi).
4.
Belajar Buang Air Kecil dan Buang Air Besar
Tugas ini dilakukan pada tempat dan waktu yang sesuai dengan norma
masyarakat. Sebelum usia 4 tahun, anak pada umumnya belum dapat mengatasi
(menahan) ngompol karena perkembangan syaraf yang mengatur pembuangan belum
sempurna. Untuk memberikan pendidikan kebersihan terhadap anak usia di bawah 4
tahun, cukup dengan pembiasaan saja, yaitu setiap kali mau buang air, bawalah
anak ke WC tanpa banyak memberikan penerangan kepadanya.
5.
Belajar Mengenal Perbedaan Jenis Kelamin
Melalui observasi (pengamatan) anak dapat melihat tingkah laku, bentuk
fisik dan pakaian yang berbeda antara jenis kelamin yang satu dengan yang
lainnya. Dengan cara tersebut, anak dapat mengenal perbedaan anatomis pria dan
wanita, anak menaruh perhatian besar terhadap jenis kelamin (sex) itu berjalan
normal, maka orang tua perlu memperlakukan anaknya, baik dalam memberikan alat
mainan, pakaian, maupun aspek lainnya sesuai dengan jenis kelamin anak.
6.
Mencapai Kesetabilan Jasmaniah Fisiologis
Keadaan jasmani anak sangat labil apabila dibandingkan dengan orang
dewasa, anak cepat sekali merasakan perubahan suhu sehingga temperatur badannya
mudah berubah. Perbedaan variasi makanan yang diberikan dapat merubah kadar
garam dan gula dalam darah dan air di dalam tubuh. Untuk mencapai kesetabilan
jasmaniah, bagi anak diperlukan waktu sampai usia 5 tahun. Dalam proses
mencapai kesetabilan jasmaniah ini, orang tua perlu memberikan perawatan yang
intensif, baik menyangkut pemberian makanan yang bergizi maupun pemeliharaan
kebersihan.
7.
Membentuk Konsep-Konsep (Pengertian)
Sederhana Kenyataan Sosial dan Alam
Pada mulanya dunia ini bagi anak merupakan suatu keadaan yang kompleks
dan membingungkan. Lama kelamaan anak dapat mengamati benda-benda atau
orang-orang di sekitarnya. Perkembangan lebih lanjut, anak menemukan
keteraturan dan dapat membentuk generalisasi (kesimpulan) dari berbagai benda
yang pada umumnya mempunyai ciri yang sama. Anak belajar bahwa bayangan
tertentu dengan suara tertentu yang nyaring memenuhi kebutuhannya disebut
“orang”, ”ibu” , “ayah”. Anak belajar bahwa benda-benda khusus dapat
dikelompokan dan diberi satu nama, seperti kucing, ayam, kambing, burung dapat
disebut binatang. Untuk mencapai kemampuan tersebut (mengenal
pengertian-pengertian) diperlukan kematangan sistem syaraf, pengalaman dan
bimbingan dari orang dewasa.
8.
Belajar Mengadakan Hubungan Emosional dengan Orang Tua, Saudara, dan Orang Lain.
Anak mengadakan hubungan dengan orang-orang yang ada disekitarnya
menggunakan berbagai cara yaitu isyarat, menirukan dan menggunakan bahasa. Cara
yang diperoleh dalam belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang lain,
sedikit banyaknya akan menentukan sikapnya di kemudian hari. Apakah ia bersikap
bersahabat, bersikap dingin, introvert, extrovert dan sebagainya. Misalnya,
apabila anak memperoleh pergaulan dengan orang tuanya itu menyenangkan, maka
cenderung akan bersikap ramah dan ceria.
9.
Belajar Mengadakan Hubungan Baik dan Buruk,
Yang Berarti Mengembangkan Kata Hati
Anak kecil dikuasai oleh hedonisme naif, dimana kenikmatan dianggapnya baik, sedangkan penderitaan
dianggapnya buruk (hedonisme adalah aliran yang menyatakan bahwa manusia dalam
hidupnya bertujuan mencari kenikmatan dan kebahagiaan). Apabila anak bertanbah
besar ia harus belajar pengertian tentang baik dan buruk, benar dan salah,
sebab sebagai makhluk sosial (bermasyarakat), manusia tidak hanya
memperhatikankepentingan/kenikmatan sendiri saja, tetapi juga harus
memperhatikan kepentingan orang lain. Anak mengenal pengertian baik dan buruk,
benar dan salah ini dipengaruhi oleh pendidikan yang diperolehnya. Pada mulanya
anak belajar apa yang dilarang itu berarti buruk atau salah dan apa yang diperbolehkan
itu berarti baik atau benar. Pengalaman ini merupakan permulaan pembentukan
kata hati anak. Perkembangan selanjutnya terjadi melalui nasihat, bimbingan,
buku-buku bacaan dan analisis pikiran sendiri. Sesuatu yang penting dalam
mengembangkan kata hati anak adalah suri teladan dari orang tua dan
bimbingannya. Hal ini lebih baik daripada penggunaan hukuman dan ganjaran,
meskipun dalam situasi tertentu masih tetap diperlukan.
Dengan
demikian, belajar berbicara, membedakan jenis kelamin, mengadakan hubungan
emosional, belajar konsep (pengertian) dapat dikatakan sebagai tugas
perkembangan masa anak-anak awal yang berkaitan dengan segi perkembangan
psikososialnya yang selanjutnya berguna bagi terciptanya hubungan sosial menuju
tahap-tahap perkembangan selanjutnya.
B. Ciri-ciri
Masa Kanak-kanak
Awal
Masa kanak-kanak awal yang berlangsung pada usia
kurang lebih 2 sampai 6 tahun mempunyai ciri-ciri, sebagaimana digambarkan oleh
orang tua, pendidik atau guru, dan psikolog, sebagai berikut.
Adapun
ciri-ciri masa kanak-kanak awal adalah :
1.
Menurut orang tua, masa kanak-kanak awal merupakan :
a)
Masa yang mengandung
masalah atau usia sulit
b)
Masa bermain.
2.
Menurut pendidik, masa kanak-kanak awal merupakan masa atau usia pra
sekolah atau preschool age.
3.
Menurut psikolog, masa kanak-kanak awal merupakan ;
a)
Masa negatif.
b)
Masa usia
belajar berkelompok.
c)
Masa menjelajah.
d)
Masa bertanya.
e)
Masa meniru.
f)
Masa kreatif
Dengan demikian ciri-ciri
masa kanak-kanak awal tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lain.
Adapun kekurangan dari salah satu ciri-ciri tersebut merupakan suatu kondisi
yang harus diperhatikan sunguh-sungguh oleh orang tua ataupun masyarakat.
C. Perkembangan
yang Terjadi
pada Periode ini dari Segi Perkembangan
Fisik
Perkembangan fisik
meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh (seperti: pertumbuhan otak, sistem
saraf, organ-organ indrawi, pertambahan tinggi dan berat, hormon dll), dan
perubahan-perubahan dalam cara-cara individu dalam menggunakan tubuhnya
(seperti perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan seksual), serta
perubahan dalam kemampuan fisik (seperti penurunan fungsi jantung, penglihatan
dan sebagainya.
Masa kanak-kanak awal
terjadi pada rentang usia 2 – 6 tahun, masa ini sekaligus merupakan masa prasekolah,
dimana anak umumnya masuk Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak. Pada masa
kanak-kanak awal, rata-rata anak bertambah tinggi 6,25 cm setiap tahun, dan
bertambah berat 2,5 – 3,5 kg setiap tahun. Pada usia 6 tahun berat harus kurang
lebih mencapai tujuh kali berat pada waktu lahir.
Keterampilan umum
yang sering dilakukan anak biasanya menyangkut keterampilan tangan dan kaki.
Keterampilan dalam aktivitas makan dan berpakaian sendiri biasanya dimulai pada
masa bayi dan disempurnakan pada masa kanak-kanak awal. Kemajuan terbesar
keterampilan berpakaian antara usia 1,5 dan 3,5 tahun. Pada saat anak-anak
mencapai usia TK, mereka sudah harus dapat mandi dan berpakaian sendiri,
mengikat tali sepatu dan menyisir rambut dengan sedikit bantuan atau tanpa bantuan
sama sekali. Antara usia 5 dan 6 tahun sebagian besar anak-anak sudah pandai
melempar dan menangkap bola. Mereka dapat menggunakan gunting, dapat membentuk
tanah liat, bermain membuat kue-kue dan menjahit, mewarnai dan menggambar
dengan pensil atau krayon. Mereka juga sudah dapat menggambar orang.
Keterampilan kaki
dapat dilakuan anak dengan belajar gerakan-gerakan kaki. Antar usia 3 – 4 tahun
anak dapat mempelajari sepeda roda tiga dan berenang. Keterampilan kaki lain
yang dikuasai anak adalah lompat tali, keseimbangan tubuh dalam berjalan di
atas dinding atau pagar, sepatu roda, bermain sepatu es, menari. Usia 5 atau 6
tahun anak belajar melompot dan berlari cepat, dan mereka sudah dapat memanjat.
a)
Tinggi
dan Berat
Saat masa anak-anak awal, anak-anak
bertumbuhmakin besar, persentase pertumbuhan dalam tinggi dan berat berkurang
setiap tahun.Selama masa ini, baik laki-laki maupun perempuan terlihat makin
langsing, sementara batang tubuh mereeka makin panjang. Tinggi rata-rata anak
bertumbuh 2,5 inci dan berat bertambah antara 2,5 hingga 3,5 kg setiap tahunnya
b)
Perkembangan
Otak
Pertumbuhan otak selama masa awal
anak-anak disebabkan oeh pertambahan jumlah dan ukuran urat saraf yang berujung
di dalam dan di antara daerah-daerah otak. Beberapa pertambahan ukuran otak
juga disebabkan oleh pertambahan myelination, yaitu suatu proses dimana sel-sel
urat saraf ditutup dan disekat dengan suatu lapisan sel-sel lemak.
c)
Perkembangan
Motorik
Perkembangan fisik pada masa anak-anak
ditandai dengan berkembangnya keterampilan motorik, baik kasar maupun halus.
Sekitar usia 3 tahun, anak sudah dapat berjalan dengan baik, dan sekita usia 4
tahun anak hampir menguasai cara berjalan orang dewasa. Usia 5 tahun sudah
terampil menggunakan kakinya untuk berjala dengan berbagai cara, seperti maju
dan mundur, jalan pelan dan cepat, melompat dan berjingkrak, berlari kesana
kemari, memanjat, dan sebagainya. Anak usia 5 tahun juga dapat melakukan
tindakan-tindakan tertentu secara akurat.
d)
Perkembangan
Gizi
Makanan anak-anak harus mengandung
proporsi yang seimbang antara lemak, karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.
Makan terlalu banyak manisan seringkali merupakan factor penyumbang bagi
masalah makanan pada masa awal anak-anak.
e)
Penyakit
dan Kesehatan
Penyebab kematian anak paling sering ialah
diare. Terapi rehidrasi oral bisa digunakan untuk mencegah kematian akibat
diare. Kebanyakan kekurangan gizi dan kematian anak dapat dicegah dengan
tindakan pengasuhan yang dapat diupayakan dan didasarkan atas pengetahuan yang
tersedia.
D. Perkembangan
yang Terjadi
pada Periode Ini dari Segi Perkembangan
Kognitif
Seiring dengan meningkatnya kemampuan anak
untuk mengeksplorasi lingkungan, karena bertambah besarnya koordinasi dan
pengendalian motorik yang disertai dengan meningkatnya kemampuan untuk bertanya
dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti orang lain, maka dunia
kognitif anak berkembang pesat, makin kreatif, bebas, dan imajinatif.
a)
Pemikiran Praoperasional
Sesuai dengan teori
kognitif Piaget, maka perkembangan kognitif pada masa awal anak-anak dinamakan
tahap praoperasional yang berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun. Pemikiran
praoperasional tidak lain adalah suatu masa tunggu yang singkat bagi pemikiran operasional,
sekalipun label ”praoperasional” menekankan bahwa anak pada tahap ini
belum berpikir secra operasional.
Pada masa kanak-kanak
awal, anak berpikir konvergen menuju ke suatu jawaban yang paling mungkin dan
paling benar terhadap suatu persoalan. Menurut teori Piaget, anak pada masa
kanak-kanak awal berada pada tahap perkembangan praoperasional (2–7 tahun),
istilah praoperasional menunjukkan pada pengertian belum matangnya cara kerja
pikiran. Pemikiran pada tahap praoperasional masih kacau dan belum
terorganisasi dengan baik, yang sering dikatakan anak belum mampu menguasai
operasi mental secara logis.
Adapun ciri-ciri
berpikir pada tahap praoperasional adalah semakin berkembangnya fungsi
simbolis, tingkah laku imitasi langsung maupun tertunda, cara berpikirnya masih
egosentris, centralized atau terpusat pada satu dimensi saja, serta cara
berpikir yang tak dapat dibalik dan terarah statis.
Pada usia ini, anak
(peserta didik) berada dalam periode “praoperasional” yang dalam menyelesaikan
persoalan, ditempuh melalui tindakan nyata dengan jalan memanipulasi benda atau
obyek yang bersangkutan. Peserta didik belum mampu menyelesaikan persoalan
melalui cara berpikir logik sistematik. Kemampuan mengolah informasi dari
lingkungan belum cukup tinggi untuk dapat menghasilkan transformasi yang tepat.
b)
Pemrosesan Informasi
·
Perhatian : perhatian anak secara dramatis meningkat
selama masa awal anak-anak. Salah satu kekurangan dalam perhatian ialah anak
cenderumemperhatikan ciri yang menonjol daripada yang relevan.
·
Memori (ingatan) : peningkatan yang signifikan dalam
ingatan jangka pendek terjadi selama masa awal anak-anak. Meningkatnya
penggunaan pelatihan dan kecepatan pemrosesan berkaitan dengan peningkatan
ingatan anak-anak.
·
Analisis tugas : dengan membuat tugas lebih menarik
dan sederhana, penelit menunjukan bahwa beberapa aspek perkembangan kognitif
anak terjadi lebih awal daripada yang diperkirakan.
·
Teori pikiran anak : anak-anak mengembangan suatu
kesadaran bahwa pikiran itu ada, berhubungan dengan dunia fisik, terpisah dari
dunia fisik, bisa berupa obyek secara akurat, dan secara aktif menengahi
interpretasi tentang realitas dan emosi yang dialami.
c)
Bahasa
Perkembangan bahasa yang
cepat dianggap sebagai hasil perkembangan simbolisasi. Schaerlaekens (1977),
membedakan perkembangan bahasa pada awal anak-anak ini atas tiga yaitu periode
pra-lingual (kalimat satu kata), periode lingual-awal (kalimat dua kata) dari 1
hingga 2,5 tahun, dan periode differensiasi (kalimat tiga kata dengan
bertambahnya diferensiasi pada kelompok kata dan kecakapan verbal.
Perkembangan bahasa dipengaruhi
Teori Belajar sosial, yakni anak belajar bahasa dengan model-model yang ada di
lingkungannya. Melalu imitasi dan respon dari lingkungan, akhirnya anak
menguasai keterampilan bicara. Namun menurut Chomsky, perkembangan bahasa anak
juga terjadi karena faktor pembawaan; bahwa anak lahir sudah disertai dengan
LAD (Language Aquisition Device) yang membuat anak sering
mengekspresikan sesuatu dengan kata yang tidak ditemukan dari lingkungannya.
d)
Teori Vygotsky
Zone
of Proximal Development (ZPD) ialah istilah vygotsky untuk tugas-tugas yang cukup sulit untuk
dikuasai sendiri oleh anak-anak, tetapi yang bisa dikuasai dengan bimbingan dan
bantuan orang dewasa atau anak-anak yang lebih terampil. Bahasa dan pemikiran
berkembang secara mandiri dan kemudian bergabung, penggabungan ini terjadi
antara usia 3 dan 7 tahun dan mencangkup berbicara dengan diri sendiri. Teori ini menekankan
bagaimana pikiran anak berkembang dalam konteks dunia sosial budaya.
e)
Pendidikan Masa Awal Anak-anak
Taman kanak-kanak yang
terpusat pada anak meliputi pendidikan anak secaramenyeluruh, dengan penekanan
pada variasi individual, proses belajar, dan pentingnya permainan dalam
perkembangan. Pengaruh pendidikan masa awal anak-anak terhadap perkembangan
anak sulit dievaluasi, pengaruh menyeluruh tampaknya positif, tetapi
ukuran-ukuran hasil mengungkapkan bidang-bidang dimana kompetensi social lebih
positif dan yang lain kurang positif.
E. Perkembangan
yang Terjadi
pada Periode Ini dari Segi Perkembangan
Psikososial
Dalam uraian berikut akan dibahas beberapa
aspek penting perkembangan psikososial yang terjadi pada awal anak-anak, di
antaranya adalah:
1.
Perbedaan
Keluarga dan Pengasuhan
Selama tahun-tahun prasekolah, hubungan
dengan orang tua atau pengasuhnya merupakan dasar bagi perkembangan emosional
dan sosial anak. Studi klasik tentang hubungan orang tua dan anak yang
dilakukan olea Diana Baumrind, 1972 (dalam Lerner & Haultsch, 1983)
merekomendasikan tiga tipe pengasuhan yang dikaitkan dengan aspek-aspek yang
berbeda dalam tingkah laku sosial anak, yaitu otoritatif, otoriter, dan permisif.
a) Pengasuhan otoritatif (authoritative parenting) adalah salah
satu gaya pengasuhan yang memperlihatkan pengawasan ekstra ketat terhadap
tingkah laku anak-anak, tetapi mereka juga bersikap responsive, menghargai dan
menghormati pemikiran, perasaan, serta mengikutsertakan anak dalam pengambilan
keputusan.
b) Pengasuhan otoriter (authoritarian parenting) adalah suatu
gaya pengasuhan yang membatasi dan menuntut anak untuk mengikuti
perintah-perintah orang tua.
c)
Pengasuhan Permisif (permissive Parenting) Gaya pengasuhan
permisif dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu: pertama, pengasuhan
permissive indulgent yaitu suatu gaya pengasuhan di mana orang tua sangat
terlibat dalam kehidupan anak, tetapi menetapkan sedikit batas atau kendali
atas mereka. Kedua, pengasuhan permissive indifferent, yaitu suatu gaya
pengasuhan di mana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak.
Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang permissive indifferent cenderung
kurang percaya diri, pengendalian diri yang buruk, dan rasa harga diri yang
rendah.
2.
Relasi
Teman Sebaya
Perkembangan psikososial dan kepriadian
sejak usia prasekolah hingga akhir masa sekolh ditandai oleh semakin meluasnya
pergaulan sosial, terutama dengan teman sebaya. Teman sebaya (peer) sebagai
kelompok sosial sering didefinisikan sebagai semua orang yang memiliki kesamaan
sosial atau yang memiliki kesamaan cirri-ciri, seperti kesamaan tingkat usia
(Hetherington & Parke, 1981). Akan tetapi belakangan teman sebaya
didefinisikan lebih ditekankan pada kesamaan tingkah laku atau psikologis
(Lewis & Rosenblum, 1975).Salah satu fungsi kelompok teman sebaya yang
paling penting ialah menyediakan suatu sumber informasi dan perbandingan
tentang dunia di luar keluarga
3.
Permainan
Permainan adalah salah satu bentuk
aktivitas sosial yang dominan pada masa awal anak-anak. Sebab, anak-anak
menghabiskan lebih banyak waktunyadiluar rumah bermain dengan teman-temannya
disbanding terlibat dengan aktivitas lain. Hetherington & Parke (1979)
mendefinisikan permainan bagi anak-anak adalah suatu bentuk aktivitas yang
menyenangkan yang dilakukan semata-semata untuk aktivitas sendiri, bukan karena
ingin memperoleh sesuatu yang dihasilkan dari aktivitas tersebut.
Permainan tidak bisa dipisahkan dari dunia anak. Dan merupakan bagian
penting dalam perkembangan tahun-tahun pertama masa ini. Bentuk-bentuk
permainan yang biasa dilakukan anak pada periode ini adalah :
·
Memasuki tahun kedua, anak suka bermain sendirian.
·
Akhir tahun ketiga, anak mulai bermain dengan anak lain.
·
Pada tahun keempat, anak-anak cenderung bermain pada kelompok khusus
dalam permainan imajinatif dan bangunan.
·
Pada usia kelima, anak menyukai permainan yang memungkinkan untuk saling
mengungguli.
a)
Fungsi Permainan
Hetherington & Parke menyebutkan tiga
fungsi utama dari permainan, yaitu:
·
Fungsi kognitif
permainan membantu perkembangan anak.
·
Fungsi sosial permainan dapat
menigkatkan perkembangan sosial anak.
·
Fungsi emosi permaian
memungkinkan anak untuk memecahkan sebagian dari masalah emosionalnya, belajar
mengatasi kegelisahan dan konflik batin.
b)
Jenis-jenis Permainan
Parten (dalam Johnson & Medinnus,
1974), meninjau pemainan anak dari sudut tingkah laku sosial. Berdasarkan
observasinya terhadap anak-anak berusia 2 hingga 5 tahun, Parten menemukan 6
kategori permainan anak-anak, yaitu:
·
Permainan unoccupied.
·
Permainan solitary.
·
Permainan onlooker.
·
Permainan parallel.
·
Permainan assosiative.
·
Permainan cooperative.
Sementara itu, para pakar teori kognitif
mengidentifikasi 4 macam permainan yang berkembang sejalan dengan tahap-tahap
perkembangan kognitif (Sifert & Hoffnung, 1994). Keempat macam permainan
itu adalah:
·
Permainan fungsional.
·
Permainan konstruktif.
·
Permainan dramatic.
·
Permainan dengan aturan.
4.
Televisi
Televisi tidak hanya memberi pengaruh yang
negative tapi televisi juga dapat memberikan pengaruh yang positif dengan cara
menyajikan program-program pendidikan yang menambah pengetahun anak. Anak-anak
prasekolah rata-rata menonton tv 4 jam sehari, hingga 80% pertunjukan
prime-time tv mengandung episode kekerasan, tetapi banyak pakar menyimpulan
bahwa kekerasan tv dapat mempengaruhi perilaku agresi dan antisocial pada
anak-anak. Perilaku prasosial di
tv diasosiasikan dengan meningkatnya perilaku positif pada anak-anak.
5.
Diri
Pemahaman diri adalah representasi
kognitif diri anak, substansi dan isi konsep diri anak.Pemahaman ini memberi
landasan rasional bagi identitas. Bila bentuk awalpemahaman diri terjadi pada
kira-kira usia 18 bulan dalam bentuk pengakuan diri, maka pada masa awal
anak-anak diri yang fisik dan aktif menjadi bagian dari pemahaman diri.
6.
Gender
Gender merupakan salah satu aspek penting yang
mempengaruhi perkembangan sosial pada masa awal anak-anak. Istilah gender
dimaksudkan sebagai tingkah laku dan sikap yang diasosiasikan dengan laki-laki
atau perempuan. Kebanyakan anak mengalami sekurang-kurangnya tiga tahap dalam
perkembangan gender (Shepherd-Look, 1982). Pertama, anak mengembangkan
kepercayaan tentang identitas gender, yaitu rasa laki-laki atau
perempuan.Kedua, anak mengembangkan keistimewaan gender, sikap tentang jenis
kelamin mana yang mereka kehendaki.Ketiga, mereka memperoleh ketetapan gender,
suatu kepercayaan bahwa jenis kelamin seseorang ditentukan secara biologis,
permanen, serta tak berubah-ubah.
7.
Perkembangan Moral
Perkembangan moral adalah perkembangan
yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain (Santrock, 1995). Dalam
tahap ini, anak secara otomatis mengikuti peraturan tanpa berfikir ataupun
menilai. Anak sebaiknya cenderung dilatih untuk berdisiplin, karena ini
merupakan cara mengajarkan berperilaku moral sesuai yang diterima kelompoknya.
Perkembangan moral peserta didik masih berada pada
tingkatan moralitas yang baku. Peserta didikbelum sampai pada pemilihan kaidah
moral sendiri secara nalar. Perkembangan nilai dan sikap sangat diperngaruhi
oleh situasi yang berlaku dalam keluarga.
Nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga akan diadopsi oleh peserta didik
melalui proses imitasi dan identifikasi. Keterkaitan peserta didik dengan
suasana dan lingkungan keluarga sangat besar.
Aspek perkembangan
moral pada masa kanak-kanak awal mencakup konsep anak tentang persahabatannya
dan kewajiban-kewajiban tertentu dari persahabatan, keadilan dan kejujuran,
kepatuhan, otoritas, serta hukum-hukum sosial dan adat. Beberapa teori tentang perkembangan moral:
a) Teori
psikoanalisa tentang perkembangan moral.
Dalam menggambarkan perkembangan moral,
teori psikoanalisa dengan pembagian struktur kepribadian manusia menjadi tiga,
yaitu id., ego dan superego. Menurut teori psikoanalisa klasik Freud, semua
orang mengalami konflik Oedipus. Konflik ini akan menghasilkan pembentukan
struktur kepribadian yang dinamakan Freud sebagai superego. Ketika seorang anak
mengalami Oedipus maka perkembangan moral mulai.
b) Teori
belajar-sosial tentang perkembangan moral.
Teori belajar-sosial melihat tingkah laku
moral sebagai respons atas stimulus. Dalam hal ini, proses-proses penguatan,
penghukuman, dan peniruan digunakan untuk menjelaskan perilaku moral anak-anak.
c)
Teori
kognitif Piaget tentang perkembangan moral.
Melibatkan prinsip-prinip dan
proses-proses yang sama dengan pertumbuhan kognitif yang ditemui dalam teorinya
tentang perkembangan intelektualnya. Bagi Piaget, perkembangan moral
digambarkan melalui aturan permainan.
d) Teori Kohlberg tentang perkembangan moral.
Teori Kohlberg tentang perkembangan moral
merupakan perluasan, modifikasi, dan redefinisi atas teori Piaget. Teori ini
didasarkan atas analisinya terhadap hasil wawancara dengan anak laki-laki
usia 10 hingga 16 tahun yang dihadapkan pada dilema moral, dimana mereka harus
memilih antara tindakan menaati peraturan atau memenuhi kebutuhan hidup
dengan cara yang bertentangan dengan peraturan.
8.
Perkembangan
Emosi
Emosi yang meninggi pada awal masa kanak-kanak ditandai oleh ledakan
amarah yang kuat, ketakutan yang hebat dan iri hati yang tidak masuk akal.
Penyebab emosi ini adalah akibat lamanya bermain, tidak mau tidur siang, dan
makan terlalu sedikit.
Di antara beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain ; kecerdasan,
anak yang cerdas lebih aktif dalam menjelajahi lingkungannya dan lebih banyak
bertanya daripada anak yang kecerdasannya lebih rendah. Perbedaan seks, dalam
emosi terutama karena tekanan sosial untuk mengungkapkan emosi sesuai dengan
kelompoknya. Besarnya keluarga juga sangat mempengaruhi sering dan kuatnya rasa
cemburu dan iri hati.
Lingkungan sosial rumah memainkan peranan yang penting dalam menimbulkan
sering dan kuatnya rasa marah anak-anak, misalnya bila ada tamu di rumah. Jenis
disiplin dan metode latihan anak juga mempengaruhi frekuensi dan intensitas
ledakan amarah anak. Semakin orang tua otoriter, semakin besar kemungkinan anak
bereaksi dengan amarah.
Emosi
yang umum pada awal masa kanak-kanak adalah :
·
Amarah
·
Takut
·
Cemburu
·
Ingin tahu
·
Iri hati
·
Gembira
·
Sedih
·
Kasih sayang
9.
Perkembangan
Sosial -Emosional
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim sosio-psikologis
keluarganya. Jika di lingkungan keluarga tercipta suasana yang harmonis, saling
memperhatikan, saling membantu (bekerja sama) dalam menyelesaikan tugas-tugas
keluarga atau anggota keluarga, dan konsisten dalam melaksanakan aturan, maka
anak akan memiliki kemampuan atau penyesuaian sosial dalam hubungan dengan
orang lain.
Pola perilaku sosial pada anak antara lain; meniru, persaingan, kerja
sama, simpati, empati (mengerti perasaan dan emosi orang lain dan membayangkan
dirinya pada kondisi orang lain tersebut), dukungan sosial, membagi/ berbagi,
perilaku akrab.
Sedangkan perilaku tidak sosial antara lain; negativisme, agresif,
perilaku berkuasa, mementingkan diri sendiri, merusak, pertentangan seks
(sering kali laki-laki berperilaku agresif melawan anak perempuan), prasangka.
Perkembangan sosial
emosional terintegrasi dengan perkembangan aspek lainnya seperti perkembangan
kognitif dan perkembangan motorik.
·
Dalam bermain anak
mengalami perubahan dari permaianan solitair, paralel, sampai ke permainan
asosiatif. Dari bermain, anak belajar sejumlah peraturan sosial.
·
Menurut perkembangan
psikososial Erikso berada pada tahap perkembangan otonomi vs rasa malu dan
ragu-ragu, serta perkembangan inisiatif vs rasa bersalah
·
Perkembangan diri di
awali dari perasaan secara fisik kemudian berkembang menjadi perasaan yang
lebih bersifat psikologis
·
Anak-anak populer
terbukti memiliki keterampilan sosial lebih tinggi dibanding dengan anak yang
kurang populer. Anak yang populer terlibat dalam hubungan dengan teman sebaya
yang lebih kompleks, dan hal ini lebih menguntungkan dan meningkatkan lagi bagi
perkembangan kognitifnya
·
Anak-anak yang
mengalmi konflik dan tidak mampu menyatakan secara verbal akan mencoba
menyelesaikan konfliknya dengan kekuatan fisik
·
Perilaku prososial
dapat berkembang apabila anak diajarkan untuk berpikir dengan cara sudut
pandang orang lain, hal ini dapat diperoleh melalui permainan sosiodrama
·
Anak mengalami
perkembangan emosi dari senang, marah, malu, kecewa dan sebagainya. Pada masa
ini anak tidak hanya perlu belajar bagimana cara mengekspresikan emosinya,
tetapi juga perlu belajar mengendalikannya
·
Anak masa kanak-kakak
awal sering mengembangkan stereotipe tentang gender yang salah, seperti anak
perempuan tidak boleh menjadi polisi. Pendidik mempunyai peran penting untuk
mengajarkan anak sadar akan gendernya sendiri, menentang berkembangnya
sterotipe tentang gender yang salah, serta mendorong anak-anak bermain secara
lintas gender
10.
Perkembangan
Kesadaran Beragama
Pengenalan agama sudah dapat dilakukan sejak dini. Pengetahuan anak
tentang agama berkembang sejalan dengan pengalamannya dalam mendengarkan
ucapan-ucapan orang tuanya, melihat sikap dan perilaku orang tuanya dalam
beribadah, selanjutnya mereka meniru dari apa yang telah dilihat maupun
didengarnya.
Jadi perkembangan-perkembangan tersebut menjadi salah satu bagian yang
erat hubungannya dengan perkembangan psikososial anak.
v Implikasi Tugas
Perkembangan pada Pendidikan
1.
Anak perlu mengenal secara fisik adanya perbedaan
jenis kelamin antara anak perempuan dengan anak laki-laki. Selain itu anak
perlu diajarkan perilaku dalam batas-batas yang disetujui masyarakat sesuai
peran jenisnya
2.
Anak-anak perlu diperkenalkan pada keterampilan sosial
sederhana seperti kapan mengatakan terima kasih, maaf, tolong dsb. Selain itu,
juga diajarkan membedakan apa yang benar dan apa yang salah, nilai kejujuran,
keadilan, persahabatan, tingkah laku prososial dan tanggung jawab sosial.
3.
Anak diperkenalkan pada konsep-konsep sederhana
tentang realitas alam, baik mengenai benda hidup maupun benda mati, serta cara
kerja atau berfungsinya benda-benda tersebut.
v Implikasi Bagi Bimbingan dan Konseling dalam
Keluarga
Seperti penjelasan diatas, Perkembangan masa
anak-anak awal adalah perkembangan yang terjadi saat anak berusia sekitar 2
sampai 6 tahun. Dimana pada saat usia tersebut, anak-anak lebih sering
menghabiskan waktu bersama keluarga. Selama tahun-tahun tersebut pula, hubungan
dengan orang tua atau pengasuhnya merupakan dasar bagi perkembangan emosional
dan sosial anak. Dan yang menjadi topik penting dalam tahun-tahun tersebut
adalah kasih sayang orang tua terhadap anak dan bagaimana cara orang tua dalam
mengasuh anak.
Sebagai calon konselor kita diharapkan mampu
menerapkan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan masa anak-anak awal tersebut dalam
pelayanan yang akan kita berikan nantinya. Adapaun pelayanan yang tepat dalam
pokok bahasan ini dalah pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam keluarga. Kita
diharapkan mampu mengarahkan orang tua agar dapat secara tepat dalam
pengasuhannya terhadap anak-anak. Kita juga harus bisa merekomendasikan gaya
atau tipe pengasuhan yang baik untuk diterapkan orang tua.
Kesemua hal tersebut dilakukan agar anak-anak
dapat mencapai tujuan perkembangannya yang optimal, dengan kasih sayang
dan perlakuan yang tepat dari orang tua.
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Awal Anak
Pada masa pekembangan, yang merentang dari masa bayi hingga usia lima
atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah. Selama
masa ini, anak-anak kecil belajar semakin mandiri dan menjaga diri mereka
sendiri, mengembangkan keterampilan kesiapan bersekolah (mengikuti perintah,
mengidentifikasi huruf), dan meluangkan waktu berjam-jam untuk bermain dengan
teman-teman sebaya. Jika telah memasuki kelas satu sekolah dasar, maka secara
umum mengakhiri masa awal anak anak.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan, yang merajuk pada
aliran psikologi diantaranya:
1.
Aliran Nativisme (Pembawaan/ hereditas)
Pada aliran nativisme di
kemukakan bahwa manusia yang baru dilahirkan telah memiliki bakat dan
pembawaan, baik karena berasal dari keturunan orang tuanya maupun karena di
takdirkan seperti itu. Artinya bahwa dalam perkembangan seseorang hanya
dipengaruhi oleh faktor keturunan saja sedangkan factor pengalaman dan
pendidikan tidak berpengaruh dalam perkembangan tersebut. Misalnya apabila seorang
anak yang kedua orang tuanya memiliki potensi kecerdasan di sekolahnya maka
anak tersebutpun juga akan mempunyai potensi kecerdasan seperti yang di miliki
oleh orang tuanya juga. Sebagai contoh apabila di sekolah sewaktu di beri
pelajaran oleh gurunya, anak tersebut akan lebih cepat menangkap pelajaran
tersebut. Jadi faktor ini sangat berpengaruh dalam perkembangan anak.
2.
Aliran Empirisme (Lingkungan)
Aliran empirisme merupakan aliran
yang mengemukakan bahwa factor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan
seseorang sedangkan faktor bakat tidak ada pengaruhnya. Pengalaman dan
lingkungan hidup sangat berperan penting dalam perkembangan anak karena semua ini
dapat mempengaruhinya. Misalnya seorang anak dari keluarga baik-baik namun
dalam bergaul di lingkungan sekolah anak tesebut berteman dengan anak-anak yang
nakal maka secara perlahan-perlahan anak tersebut akan ikut menjadi anak yang
nakal, apabila tidak ada pengawasan atau pengarahan dari orang tuanya.
3.
Aliran Konvergensi (Persesuaian)
Aliran kovergensi merupakan
aliran yang mengemukakan bahwa dalam perkembangan factor hereditas (pembawaan)
dan limgkungan sama-sama penting. Antara factor hereditas dan lingkungan saling
mempengaruhi perkembangan anak. Misalnya Apabila seorang anak mempunyai
keturunan potensi kecerdasan yang baik dalam lingkungan sekolah dan apabila
kecerdasan ini tidak dilatih dan di dalam lingkungan sekolahnya anak tersebut
bergaul dengan teman-teman yang pemalas maka lama-kelamaan anak tersebut akan
menjadi malas belajar sehingga kecerdasannya pun juga akan menurun. Jadi factor
lingkungan juga berperan penting dalam perkembangan anak. Faktor pembawaan dan
lingkungan menjadi sumber timbulnya setiap perkembangan tingkah laku dan kedua
factor ini tidak berfungsi secara terpisah melainkan saling berhubungan.
4.
Aliran Konstruktivisme
Pada aliran ini merupakan suatu
aliran yang menekankan bahwa pengetahuan yang di peroleh merupakan bentukan
atau konstruksi dari diri sendiri. Artinya bahwa pengetahuan tersebut bukan
dari hasil seseorang meniru dari realitas dan bukan juga gambaran dari dunia
kenyataan yang ada.
Adapun implikasi pembelajaran teori
implikasi sebagai berikut.
a)
Tujuan pendidikan menurut teori
belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap
persoalan yang dihadapi.
b) Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang
memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta
didik. Selain itu, latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui
belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
c)
Peserta didik diharapkan selalu
aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah
berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang
kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
5.
Aliran Behaviorisme
Pada aliran ini menekankan bahwa
tingkah laku seseorang terbentuk karena hasil dari pengalaman. Pengalaman ini
merupakan sebagai hasil dari belajar karena seseorang dianggap telah belajar
apabila seseorang tersebut telah menunjukan perubahan perilakunya. Misalnya
implikasi dalam pembelajaran yaitu, apabila guru memberikan pelajaran kepada
siswanya maka siswa tersebut akan memberikan respon yang berupa reaksi atau
tanggapan siswa terhahap pelajaran yang di berikan oleh guru tersebut. Artinya
bahwa anak dalam bertindak berdasarkan pengalaman-pengalaman yang mereka
peroleh.
6.
Aliran Gestalt
Pada aliran ini seseorang dalam
memperoleh pengetahuan yang di dapat dengan memandang sensasi secara
keseluruhan suatu objek yang memiliki struktur atau pola-pola tertentu. Aplikasi teori Gestalt dalam
proses pembelajaran antara lain :
a)
Pengalaman
tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam
perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan
tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau
peristiwa.
b) Pembelajaran yang bermakna (meaningful
learning); kebermaknaan unsur-unsur
yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses
pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu
yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah,
khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya.
Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas
dan logis dengan proses kehidupannya.
c)
Perilaku
bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan
hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya
dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan
efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena
itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan
membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d) Prinsip ruang hidup (life
space); bahwa perilaku individu
memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan
dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
e) Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam
situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi
dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam
situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain
dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan
prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun
ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi
apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan
dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah
dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu
peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang
diajarkannya.
7.
Aliran Humanistik
Pada aliran ini menekankan pada
pentinngnya kesadaran aktualisasi pada diri dan hal-hal yang bersifat positif
pada seseorang.Aliran ini selalu mendorong peningkatan kualitas diri manusia
melalui penghargaan terhadap potensi-potensi yang ada. Misalnya dalam sekolah
apabila ada suatu anak yang pintar, rajin dan baik maka anak tersebut akan
memperoleh penghargaan dari gurunya akibat dari tingkah lakunya.
8.
Aliran Kognitif
Pada teori kognitif menekankan
proses belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi
dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
Teori ini menyebutkan bahwa seseorang yang mempunyai suatu pengalaman dan
pengetahuan dalam dirinya dan pengalaman dan pengetahuan itersebut tertata
dalam bentuk struktur kognitif. Proses belajar akan berjalan baik bila materi
pelajaran yang baru beradaptasi secara bersama-sama dengan struktur kognitif
yang telah dimiliki oleh siswa. Adapun implikasi pembelajaran dalam aliran kognitif sebagai berikut.
a) Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu
apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu.
b) Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks.
c)
Belajar dengan memahami akan jauh
lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa pengertian penyajian
Dalam pembelajaran guru harus memehami karakter siswa dan mengerti bahwa
anak-anak bukan sebagai orang dewasa yang cepat dalam proses berfikirnya dan
guru tersebut harus menciptakan pembelajaran yang bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Arfinurul.
2010. Perkembangan Emosi pada Remaja.
[tersedia] http://arfinurul.blog.uns.ac.id. (14 Nopember 2012).
Atkinson, L. Rita dkk. 1991. Pengantar Psikologi. Jakarta:
PT Gelar Aksar Pratama.
Billimham, Katherine A.
1982. Developmental Psychology for The Heah Care Professions : Part 1
– Prenatal Through Adolescent Development. Colorado : Westview
Press, Inc.
Bimo Walgito. 2000. Pengantar
Psikologi Umum. Yogyakarta : Yasbit Fakultas Psikologi Universitas Gajah
Mada.
Branca, Albert A. 1965. Psychology
: The Science of Behavior. Boston : Allyn and Bacon, inc.
Dirgagunarsa, Singgih.
1988. Pengantar Psikologi. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung :
Rosdakarya.
F.J. Monks, dkk. 2002. Psikologi
Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Gunarsa, D. 1986. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Jakarta : PT. BK Gunung Mulia
Hardy, Malcolm dan
Heyes, Steve. 1988. Pengantar Psikologi. Jakarta : Erlangga.
Hurlock, B. Elizabeth. 1993. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
1980. Psikologi Perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan.
Edisi ke lima. Jakarta : Erlangga
1997.
Perkembangan Anak : Jilid 1. (Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa
dan Muslichah Z.) Jakarta : Erlangga.
1997.
Perkembangan Anak : Jilid 2 (Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa dan
Muslichah Z.) Jakarta : Erlangga.
1997.
Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
(Alih Bahasa : Istiwidayanti dan Soedjarwo) Jakarta : Erlangga.
Hymovich, Debra P. and
Chamberlin, Robert W. 1980. Child and Family Development : Implications
for Primary Health Care. New York : Mc Graw Hill Book Company.
Jeff and Cindi. 2006.
“Oh Baby, Bond with Me” http:// www.envisagedesign.
com/ohbaby/ index/html (diakses 15 Maret 2006).
Kartini Kartono. 1992. Psikologi
Wanita Jilid 2 : Mengenal Wanita sebagai Ibu dan Nenek. Bandung : CV Mandar
Maju.
Kartono, K. 1979. Psikhologi Anak. Bandung : Alumni
Kasiram, M. 1983. Ilmu
Jiwa Perkembangan. Surabaya : Usaha Nasional.
Monk, dkk. 2002. Psikologi Perkembangan : pengantar dalam
berbagai bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Nugraha,
Ari. 2012. Psikologi Perkembangan.
[tersedia] http://the-arinugraha-centre.blogspot.com. (25
Desember 2012).
Perry, Bruce D. 2001. Bonding
Attachment in Maltreated Children : Consequences of Emotional Neglect in
Childhood. Booklet.
Sarlito Wirawan Sarwono. 2001. Psikologi
Remaja. Jakarta: Radja Grafindo Persada.
.
2002. Psikologi Remaja. Jakarta : PT Remaja Grafindo Persada.
Sujanto, Agus. 1986. Psikologi Deskripsi. Jakarta: Aksara Baru.
Syamsu Yususf, L.N.
2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Tarigan, Rosdiana S.
2006. “11 Perilaku Sulit Si Prasekolah. ” Nakita No. 367/Th VIII/15 April
2006.
Yusuf, S. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Zulkifli, L. 1992. Psikologi Perkembangan. Bandung
: PT Remaja Rosda Karya