Thursday, April 30, 2015

PENGERTIAN EKONOMI SYARIAH

Pengertian Ekonomi Syariah atau Pengertian Ekonomi Islam menurut M.A. Manan adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai islam.

Menurut Muhammad Abdullah abdullah al-'ArabiPengertian Ekonomi Syariah atau Pengertian Ekonomi Islam ialah sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang kita simpulkan dari alquran dan sunnah, dimana merupakan bangunan perekonomian yang didirikan di atas landasan dasar-dasar tersebut sesuai tiap lingkungan dan masa.

Prof. Dr. Zainuddin Ali mengemukakan bahwa Pengertian Ekonomi Syariah atau Pengertian Ekonomi Islam merupakan kumpulan norma hukum yang bersumber dari alquran dan hadist yang mengatur perekonomian umat manusia.

Menurut Dr. MardaniPengertian Ekonomi Syariah atau Pengertian Ekonomi Islam yaitu usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh orang per orang atau kelompok orang atau badan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum dalam rangka memenuhi kebutuhan yang bersifat komersial dan tidak komersial menurut prinsip syariah.

Dari pengertian ekonomi syariah diatas, dapat disimpulkan bahwaPengertian Ekonomi Syariah atau Pengertian Ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang bersumber dari wahyu yang transendental (alquran dan hadist) dan sumber interpretasi dari wahyu yang disebut dengan ijtihad.


| Ruang Lingkup Ekonomi Syariah atau Ruang Lingkup Ekonomi Islam |

Bila kita perhatikan cakupan bab dan pasal kompilasi hukum ekonomi syariah, maka ruang lingkup ekonomi syariah meliputi aspek ekonomi sebagai berikut : ba'i, akad-akad jual beli, syirkah, mudharabah, murabahah, muzara'ah dan musaqah, khiyar, istisna, ijarah, kafalah, hawalah, rahn, wadi'ah, gashb dan itlaf, wakalahshulhu, pelepasan hak, ta'min, obligasi, syariah mudharabah, pasar modal, reksadana syariah, sertifikasi bank Indonesia syariah, pembiayaan multi jasa, qardh, pembiayaan rekening koran syariah, dana pensiun syariah, zakat dan hibah, dan akuntansi syariah.

Bila kita perhatikan Undang-undang Peradilan Agama No. 7 Tahun 1989, maka dapat diketahui bahwa ruang lingkup ekonomi syariah meliputi : Bank syariah, asuransi syariah, lembaga keuangan mikro syariah, reasuransi syariah, obligasi syariah, surat berjangka menengah syariah, reksadana syariah, sekuritas syariah, pegadaian syariah, pembiayaan syariah, dana pensiun lembaga keuangan syariah dan bisnis syariah.
Manfaat Ekonomi Syariah atau Manfaat Ekonomi Islam |

Manfaat ekonomi syariah atau manfaat ekonomi islam, sebagai berikut :

1. Manfaat ekonomi syariah atau manfaat ekonomi islam yaitu mewujudkan integritas seorang muslim yang kaffah (menyeluruh), sehingga islamnya tidak lagi parsial. Apabila ada seorang muslim yang masih bergelut dan mengamalkan ekonomi konvensional yang mengandung unsur riba, berarti islamnya belum kaffah (menyeluruh), sebab ajaran ekonomi syariah diabaikannya.

2. Manfaat ekonomi syariah atau manfaat ekonomi islam yaitu menerapkan dan mengamalkan ekonomi syariah atau ekonomi islam melalui bank syariah, asuransi-asuransi syariah, pegadaian syariah, reksadana syariah akan mendapatkan keuntungan di dunia dan di akhirat. Keuntungan di dunia berupa keuantungan bagi hasil dan keuntungan akhirat adalah terbebasnya dari unsur riba. Selain itu, seorang muslim yang mengamalkan ekonomi syariah atau ekonomi islam akan mendapatkan pahala karena telah mengamalkan ajaran islam dan meninggalkan aktivitas riba.

3. Manfaat ekonomi syariah atau manfaat ekonomi islam yaitu praktik ekonomi syariah berdasarkan islam bernilai ibadah, hal ini bernilai ibadah karena telah mengamalkan syariat Allah SWT.

4. Manfaat ekonomi syariah atau manfaat ekonomi islam yaitu mengamalkan ekonomi syariah melalui bank syariah, asuransi syariah dan juga BMT, berarti mendukung lembaga ekonomi umat islam itu sendiri.

5. Manfaat ekonomi syariah atau manfaat ekonomi islam yaitu mengamalkan ekonomi syariah atau ekonomi islam dengan membuka tabungan, deposito atau pun menjadi nasabah asuransi syariah, secara otomatis akan mendukung upaya pemberdayaan ekonomi umat islam itu sendiri untuk mengembangkan usaha-usaha kaum muslim.

6. Manfaat ekonomi syariah atau manfaat ekonomi islam yaitu mengamalkan ekonomi syariah atau ekonomi islam berarti mendukung gerakan amar ma'ruf nahi mungkar, oleh karena dana yang terkumpul tersebut hanya boleh dimanfaatkan untuk usaha-usaha atau proyek-proyek halal. Bank syariah tidak akan mau membiayai usaha-usaha haram, seperti usaha pabrik minuman keras, usaha narkoba dan narkotika, usaha perjudian, hotel yang digunakan untuk kemaksiatan atau tempat hiburan yang bernuansa mungkar seperti diskotik dan sebagainya.

Sekian pembahasan mengenai pengertian ekonomi syariah atau pengertian ekonomi islam, ruang lingkup ekonomi syariah atau ruang lingkup ekonomi islam dan manfaat ekonomi syariah atau manfaat ekonomi islam, semoga tulisan saya mengenai pengertian ekonomi syariah atau pengertian ekonomi islam, ruang lingkup ekonomi syariah atau ruang lingkup ekonomi islam dan manfaat ekonomi syariah atau manfaat ekonomi islam dapat bermanfaat.

Sumber : Buku dalam penulisan pengertian Ekonomi Syariah, Ruang Lingkup Ekonomi Syariah dan Manfaat Ekonomi Syariah :

- Mardani, 2011. Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia. Penerbit PT Refika Aditama : Bandung.

Tuesday, April 28, 2015

Membaca Cepat Permulaan

Membaca cepat bukan membaca dengan cepat tanpa ada yang terserap dari isi bacaan karena tujuan membaca adalah memahami isi bacaan yang dibaca. Yang dimaksud membaca cepat pemahaman adalah membaca dengan waktu yang lebih cepat dari membaca normal namun tetap dapat memahami isi bacaan sekurang-kurangnya 60 persen. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan mengubah pola membaca yang salah yang sudah menjadi kebiasaan dengan sistem membaca yang baru. Cara lama yang harus dihilangkan itu meliputi hal-hal berikut.
1. membaca dengan suara nyaring atau melafalkan kata per kata.
2. membaca dengan menunjukkan jari pada bacaan.
3. membaca dengan menggerakkan kepala mengikuti baris bacaan.
4. membaca dengan melihat kembali ke bacaan sebelumnya/regresi.
5. membaca dengan menggerakkan bibir.
6. membaca dengan melafazkan dalam batin atau pikiran kata-kata yang dibaca atau subvokalisasi.
Semua cara lama tersebut menjadi penghambat membaca dalam waktu yang cepat. Untuk melatih kecepatan membaca, Anda dapat melakukan pengukuran waktu lamanya membaca. Sebelumnya, Anda menentukan target lamanya membaca untuk panjangnya bacaan atau jumlah kata dalam bacaan. Walaupun ukuran kecepatan yang ideal setiap orang bergantung pada jenis bacaan dan tujuan membaca, tapi untuk tahap awal, Anda dapat mengambil ukuran membaca cepat pemula, yaitu membaca dengan kecepatan 120 – 150 kpm (kata per menit). Caranya seperti berikut :
1. Carilah bacaan ringan yang banyaknya lebih kurang 300 kata. Atau jika bacaan panjang hitunglah setiap kata dalam bacaan hingga jumlah 300 kata (Lihat cara perhitungannya dalam penjelasan selanjutnya).
2. Sebelum membaca, catatlah dulu waktu mulai setepat-tepatnya.
3. Selesai membaca, catatlah waktunya.
4. Hitung berapa menit dan detik lamanya membaca.
5. Jika belum sampai target, ulangilah kembali dari awal pada bacaan yang lain.
6. Setelah mencapai target waktu, cobalah menguraikan kembali hal yang sudah dibaca dengan bahasa sendiri untuk mengukur tingkat ingatan dan pemahaman.
Rumus mengukur kecepatan membaca dengan ukuran satuan kata per menit (kpm).
Rumus kpm, ialah:
Jumlah kata yang dibaca
–––––––––––––––––––––– X 60 = jumlah kpm (kata per menit)
Jumlah detik untuk membaca
Jika seseorang membaca 300 kata dalam 1 menit atau 120 detik, kecepatan membacanya:
300
––– X 60 = 150 kpm
120
Untuk menghitung jumlah kata dalam bacaan yang dibaca, hitung jumlah kata dalam lima baris dahulu lalu bagi lima. Hasilnya merupakan jumlah rata-rata per baris dari bacaan itu. Lalu hitung jumlah baris yang dibaca dan kalikan dengan jumlah rata-rata tadi, hasilnya merupakan jumlah kata yang dibaca. Misalnya:
Jumlah kata per lima baris 50 kata : 5. Jadi jumlah per baris 10 kata
Jumlah baris dalam bacaan yang dibaca 30.
Maka, jumlah kata yang dibaca adalah 30 X 10 = 300 kata
Bacalah wacana di bawah ini yang berjumlah ........
Waktu mulai: pukul ... lebih ... menit ... detik.
Perkembangan zaman yang diikuti oleh perkembangan teknologi membuat semua berjalan serbacepat. Teknologi informasi pun berkembang demikian pesat menjadi sarana penyebaran informasi bagaikan tak terikat ruang dan waktu. Segala kejadian di mana pun dapat tersebar demikian cepat dalam hitungan detik. Berbagai sarana baik cetak maupun elektronik berlomba-lomba menyuguhkan aneka informasi yang bermanfaat dengan sajian instan. Segala bentuk informasi tertulis yang tercetak pun tak kalah pesatnya. Puluhan buku setiap harinya dicetak dan terbit. Belum lagi satu buku habis masa promosinya sudah terbit buku-buku baru yang lainnya. Sebagai siswa, Anda tertuntut untuk dengan cepat pula mengetahui informasi yang berkembang. Siswa tidak lagi hanya berpedoman pada apa yang didapat dari sekolah, namun ia secara mandiri juga dapat menggali informasi melalui aktivitas membaca dari berbagai media yang berkembang. Mengimbangi pesatnya arus informasi yang tersebar, daya atau kemampuan menyerap informasi dari membaca juga harus ditingkatkan. Membaca dengan cara lama harus diubah dengan pola baru, yaitu membaca cepat pemahaman atau membaca efektif agar proses penyerapan ilmu atau informasi juga dapat dilakukan dengan cepat.

SUMBER : http://hamdannawawi.blogspot.com/2011/11/membaca-cepat-permulaan.html

Memahami Informasi Lisan dalam Konteks Bermasyarakat

A. Mengidentifikasi Sumber Informasi dan mencatatnya
Informasi ialah penerangan, keterangan, atau pemberitahuan tentang sesuatu hal. Sumber informasi dapat diperoleh dari :
1.    Nara Sumber , yaitu orang yang ahli dalam suatu bidang, orang ersebut para pejabat, pemerintah,, tokoh-tokoh masyarakat.
2.    Buku, yaitu buku pribadi buku di perpustakaan, hasil penelitian,
3.    Media massa yaitu televisi, surat kabar, majalah, tabloid, brosur.
4.    Internet, yaitu media komunikasi melalui komputer, merupakan alat informasi yang paling modern.
Cara mencatat hal-hal penting dari sumber informasi :
1.    Simaklah secara cermat informasi tersebut.
2.    Tulislah hal-hal yang penting (intisarinya). Carilah pikiran utama setiap uraian. Pikiran utama ialah isi yang menjiwai uraian.
3.    Tulislah sumber  dan data informasi tersebut.

Sesuatu disebut sumber informasi jika memenuhi kriteria di bawah ini :
1.    Berisi informasi bersifat objektif, masuk akal, dan faktual.
2.    Mudah didapat dan dikenal oleh umum.
3.    Keberadaannya resmi atau diakui.
4.    Dapat berupa media cetak atau elektronik.
5.    Dapat ditelaah, dikaji dan dijadikan ilmu.
6.    Dapat berbentuk arsip, dokumentasi, dan peninggalan sejarah yang memang telah diteliti kebenarannya.
7.    Dapat berupa nara sumber.

Sesuatu tidak dapat di sebut sumber informasi jika memenuhi kriteria berikut :
1.    Sarananya belum dikenal secara umum.
2.    Berisi hal-hal yang tidak masuk akal dan tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
3.    Masih berisi asumsi, opini,, yang perlu dikaji lagi secara ilmiah.
4.    Sumber informasi tidak akurat dan tidak tetap, selalu berubah-ubah.
Dalam kegiatan menyimak, sumber informasi yang digunakan sebagai bahan simakan yang berbentuk rekaman atau uraian lisan. Melalui informasi yang didengarnya, siswa melakukan penyimakan. Di bawah ini diuraikan bentuk dan jenis-jenis sumber informasi. 

Tertulis/cetak
  • Kamus 
  • Buku ilmu pengetahuan 
  • Buku pelajaran 
  • Ensiklopedia 
  • Teks atau naskah
 Lisan
  • Rekaman siaran televisi 
  • Rekaman radio
  • Rekaman wawacara
  • Rekaman pidato 
  • Pembacaan wacana/teks/naskah langsung
Narasumber
  • Hasil tanya jawab 
  • Hasil wawancara 
  • Pengamatan/observasi
 
B. Jenis Sifat Informasi
1.    Informasi bersifat faktual ialah informasi yang berisi fakta-fakta, peristiwa nyata yang benar-benar terjadi dan dapat dibuktikan.
Contoh fakta :
 -Pulau Jawa dihuni oleh sekitar seratus juta penduduk.
 -Dengan kelima anaknya, ia menghuni rumah tipe 21

  • Fakta umum yaitu informasi yang berisi fakta yang masih umum, belum teruraikan secara khusus tentang nama tempat, objek peristiwa, pelaku dan sebagainya.

Contoh :
 -Ayah baru pulang dari luar negeri dan sekarang mereka sedang menjemputnya di bandara.
 -Paman membeli sepeda motor

  • Fakta khusus, yaitu informasi yang berisi kejadian atau peristiwa yang dijelaskan secara terperinci atau detail.

Contoh :
 -Ayah baru pulang dari Cina dan ibu, adik serta paman sedang menjemputnya di bandara Soekarno-Hatta.
 -Paman membeli sepeda motor supra fit

2.    Informasi bersifat opini atau konsep.
Informasi bersifat opini ialah informasi yang masih berupa pendapat, pikiran atau pendirian seseorang tentang sesuatu.
Konsep ialah ide atau pengertian peristiwa yang diabsrakkan dari peristiwa konkret.
Contoh opini :
-Lebih baik rumah itu di cat hijau muda.
-Nanti sore mungkin hujan turun.

3.    Informasi bersifat pemerian/perincian
Informasi bersifat pemerian ditulis dalam bentuk penjelasan khusus yang menyamping (horizontal) atau berbentuk satuan ke bawah secara vertikal. Uraian khusus berupa penyebutan berbentuk kata atau frasa umumnya ditulis secara horizontal atau melebar dari kiri ke kanan. Namun ada juga perincian yang berupa unsur-unsur atau bagian yang berbentuk kalimat.
Contoh rincian berbentuk kalimat ditulis berbentuk satuan-satuan secara vertikal.

Proses untuk mempelajari unsur-unsur suatu bahasa meliputi:
a)    Pengenalan lambang-lambang bunyi,
b)    Pengenalan lafal dan tanda baca,
c)    Pemahaman kosakata bersifat kekrabatan, dan
d)    Pemahaman terhadap bentuk kata, frasa, kata tugas, klausa, dan perubahan makna.

Contoh perincian berbentuk kata yang ditulis secara horizontal. Masing-masing unsurnya dipisahkan oleh tanda koma (,)
Untuk keperluan lomba otomotif, Kiki harus menyiapkan oli, mur, baut, dan onderdil lainnya.   

C. Ragam Bahasa, Laras Bahasa, dan Bahasa Baku
Ragam  bahasa  ialah  variasi  bahasa  yang  berbeda-beda  menurut penutur dan cara penyampaiannya. Variasi ini sering disebut langgam, laras, atau gaya. Menurut pemakaiannya kita juga dapat merasakan perbedaan laras antara   bahasa   berita, bahasa laporan, bahasa keilmuan, bahasa hukum, bahasa prosa, bahasa gaul dan sebagainya.
Dari segi penutur, ragam bahasa dibedakan menurut daerah,pendidikan dan sikap.
a.    Variasi menurut daerah, disebut logat/dialek. Misal: orangBatak, Bali, Jakarta, Tegal.
b.    Variasi  menurut  pendidikan,  ragam  orang  berpendidikan  dan  tidak berpendidikan.
Misal : kata eksekusi, fleksibel
c.    Variasi menurut sikap penutur, dibedakan antara ragam resmi, dan ragam santai/ gaul.
d.    Situasi pemakaian, sikap dan hubungan sosial penutur
Berdasarkan hal ini, timbul ragam formal, semiformal, dan nonformal. Ragam formal digunakan pada situasi formal seperi di kantor, dalam rapat, seminar. Ragam semiformal dan nonformal biasa dipakai pada situasi seperti di warung, di kantin, sedangkan ragam nonformal relatif sama dengan ragam informal hanya pilihan katanya lebih luwes dan bebas.
Contoh :
1.       Kalau soal itu, saya nggak tau persis. (informal/semiformal)
2.       Emangnya kamu nggak dikasih kupon. (semiformal)
3.       Kalau soal itu, ogut nggak tau deh. (nonformal)
4.       Emangnya situ nggak ngantor, mas. (nonformal)

D. Membedakan proses dan hasil
Informasi yang kita simak ada yang berisi proses dan ada pula yang berisi  hasil. Kata berimbuhan pe-an sering  dipakai untukmenandai informasi proses dan kata berakhiran –an seringdipakai untuk menandai hasil. Penanda  lain  ialah peng-eksplisitan  kata  proses untuk  informasi yang berisi proses dan kata hasiluntuk informasi yang berisi hasil. Namun demikian  tidak  semua proses  dan  hasil memiliki  penanda khusus  seperti  diatas. Dalam banyak  hal  antara  proses  dan hasil  hanya dapat  dikenali  dari  logika  urutan  maknanya.  
Secara gramatikal, uraian proses ditandai oleh penggunaanbentukan kata dasar(nomina, verba, atau ajektiva) dengan imbuhan pe-an. Untuk uraian hasil ditandai oleh akhiran-an yang dilekatkan pada kata dasar verba.
Dalam  kenyataan,  proses selalu mendahului hasil. Penyajian yangalamiah mengikuti urutan proses hasil. Akan tetapi dalam retorikamungkin saja hasil dikemukakan lebih dulu dan proses menyusul.
Contoh:
(1)  Tahu  yang  masih  mengandung  air  dibungkus  kain  tipis  lalu  ditindih pemberat sehingga air yang terperangkap dalam pori-poritahu keluar dan tahu menjadi lebih padat.(proses – hasil).
(2). Perampas sepeda motor itu akhirnya tertangkap setelah melalui kejar mengejar dengan polisi selama dua jam lebih. (hasil - proses).

Contoh penanda proses
-       Pengevakuasian korban gempa di kepulauan Nias berlangsung dua hari
Pengevakuasian = pe-an + evakuasi(verba) =  proses mengevakuasi        
-       Pemutihan kepemilikan KTP di kelurahan Manggarai merupakan kebijakan lurah yang baru.
Pemutihan = pe-an + putih (ajektiva) = proses memutihkan
-       Bunga akan muncul setelah pemupukan yang intensif.
Pemupukan = pe-an + pupuk (nomina)  =  proses memupuk/memberi pupuk

Contoh penanda hasil
-       Ia menjual lukisannya hingga mencapai kisaran lima juta rupiah.
Lukisan = lukis (verba) + -an   = hasil melukis
-       Mereka digrebek oleh polisi  saat menghitung hasil rampokan di sebuah pematang sawah.
Rampokan = rampok (verba) + -an = hasil merampok
Dalam bahasa Indonesia, kata-kata yang bermakna proses dapat ditandai melalui imbuhan peng- + -an dan per- + -an yang melekat padanya. Dari penanda peng- + -an dapat diturunkan beberapa varian, seperti berikut.
pe- + -an pemanisan, pelaporan, ...
pem- + -an pembuatan, pembubutan, ...
pen- + -an penambahan, pendataan, ...
peng- + -an pengakuan, pengurangan, ...
penge- + -an pengelasan, pengeboran, ...
penye- + -an penyediaan, penyelarasan, ...
Perhatikan ciri penanda kata yang terdapat dalam senarai/daftar berikut ini.
Kata Dasar
Tindakan
Proses
Hasil
tumis
tumiskan
penumisan
tumisan
rekat
rekatkan
perekatan
rekatan
catat
catatkan
pencatatan
catatan





RAGAM BAHASA BAKU

Bahasa standar selamanya adalah bahasa tulisan.
– Sutan Takdir Alisjahbana
Ragam bahasa baku itu merupakan ragam bahasa yang standar, bersifat formal. Tuntutan untuk menggunakan ragam bahasa seperti ini biasa ditemukan dalam pertemuan-pertemuan yang bersifat formal, dalam tulisan-tulisan ilmiah (makalah, skripsi, tesis, disertasi), percakapan dengan pihak yang berstatus akademis yang lebih tinggi, dan sebagainya.
Semula, saya berpikir bahwa ragam bahasa baku itu hanya ada satu. Namun, berdasarkan pengamatan (harus saya akui, ini masih berupa sekilas, belum mendalam) sejauh ini, ragam bahasa baku itu tidak melulu dikaitkan dengan kebakuan kosakata, sebagaimana bisa dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dan yang ditetapkan dalam Ejaan yang Disempurnakan.
Kalau kita berpegangan pada KBBI dan pedoman EYD, kita tidak akan memandang judul-judul berita pada surat kabar sebagai judul yang sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Atau ketika kita melihat bahasa pada dunia periklanan. Dijamin kita akan langsung mengecap bahasa yang digunakan tidak baku. Tapi itu kalau kita memakai sudut pandang preskriptif.
Sebaliknya, ketika kita melihat secara deskriptif, kita akan menyadari bahwa sejumlah ragam bahasa yang kita lihat berbeda dari apa yang standar, sebenarnya tidak melulu menjadi ragam bahasa tak resmi.
Kamus Linguistik (2001: 184) mendefinisikan ragam resmi (baku) itu sebagai
ragam bahasa yang dipakai bila kawan bicara adalah orang yang dihormati oleh pembicara, atau bila topik pembicaraan bersifat resmi (mis. surat-menyurat dinas, perundang-undangan, karangan teknis), atau bila pembicaraan dilakukan di depan umum.
Berangkat dari definisi tersebut, coba kita cermati apa yang terjadi pada surat kabar dan dunia periklanan.
  1. Apakah surat kabar dan iklan hanya akan ditujukan dan dilihat oleh orang-orang yang biasa-biasa saja, dalam arti tidak ditujukan kepada orang yang jelas lebih dihormati.
  2. Apakah surat kabar dan iklan tidak disodorkan kepada umum?
Jawaban dari kedua kasus di atas sudah jelas tidak. Ya, surat kabar tentu saja dinikmati oleh siapa pun yang memang berniat membacanya. Apalagi yang kedua. Siapa saja pasti tergoda untuk membaca iklan yang dipampangkan di pinggir-pinggir jalan, apalagi bila disajikan dengan sangat menarik.
Faktanya, ragam bahasa yang digunakan hampir kebanyakan tidak menggunakan ragam baku. Sehingga definisi ragam baku yang disebutkan terakhir, yaitu “bila pembicaraan dilakukan di depan umum” kini boleh dibilang sudah bergeser.
Meski demikian, timbul pula pemikiran baru dalam benak saya. Bahwa ragam bahasa baku itu tampaknya berlaku bagi kalangan tertentu yang menjadi bahasa sasaran kelompok terkait. Dengan demikian, bagi kalangan A, berlakulah ragam bahasa A.
Bagi dunia periklanan, misalnya, ragam bahasa yang dianggap baku ialah bahasa yang lebih bersifat menjual; selama bersifat menjual, bakulah bahasa mereka meskipun kalau ditilik secara preskriptif pastilah tidak tepat. Atau bagi kalangan penerbitan, gaya selingkung mereka merupakan standar kebakuan yang tidak boleh tidak diikuti oleh para editornya karena dengan demikian mereka menjaga konsistensinya, terlepas dari perkembangan kebakuan yang dirumuskan oleh pihak Pusat Bahasa. Demikian pula, bagi kalangan anak muda, bahasa gaul menjadi ragam bahasa baku mereka sendiri.
Akhirnya, definisi ragam bahasa baku itu, menurut hemat saya, hanya relevan sampai kepada “ragam bahasa yang dipakai bila kawan bicara adalah orang yang dihormati oleh pembicara, atau bila topik pembicaraan bersifat resmi (mis. surat-menyurat dinas, perundang-undangan, karangan teknis)”.

Monday, April 27, 2015

PENALARAN DEDUKTIF DAN MACAMNYA

PENALARAN DEDUKTIF, SILOGISME, ENTIMEN

Dalam berbahasa sehari-hari ataupun secara formal, dalam bentuk tulisan maupun lisan, pernalaran yang tepat perlu digunakan. Khususnya dalam penulisan, kita harus berpikir, menghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan dan sebagainya supaya bisa menarik kesimpulan yang tepat. Cara menarik kesimpulan dari pernalaran dibagi menjadi dua, yaitu pernalaran deduktif dan pernalaran induktif. Namun pada kesempatan ini saya hanya akan mengulas mengenai pernalaran deduktif dan bentuk-bentuknya (silogisme dan entimen).

PERNALARAN DEDUKTIF

Pernalaran deduktif merupakan metode untuk menarik kesimpulan dengan menhubungkan data-data yang bersifat umum, kemudian dijadikan suatu simpulan atau fakta yang khusus.

Contoh:
Premis 1 = Semua makhluk adalah ciptaan Tuhan. (U)
Premis 2 = Manusia adalah makhluk hidup. (U)
Simpulan = Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan. (K)

Dapat dilihat dari contoh diatas bahwa pernalaran ini dimulai dengan suatu premis (pernyataan dasar)  untuk menarik kesimpulan. Kesimpulannya merupakan implikasi pernyataan dasar itu. Artinya apa yang dikemukakan di dalam kesimpulan secara tersirat telah ada di dalam pernyataan tersebut.
Jadi sebenarnya proses deduksi ini tidak menghasilkan suatu pengetahuan yang baru, melainkan pernyataan kesimpulan yang konsisten berdasarkan pernyataan dasarnya.

BENTUK PERNALARAN DEDUKTIF

Menurut bentuknya, pernalaran deduktif dibagi menjadi dua yaitu:
  • Silogisme, dan
  • Entimen.




-          Silogisme


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, silogisme adalah bentuk, cara berpikir atau menarik simpulan yang terdiri atas premis umum, premis khusus, dan simpulan. Silogisme merupakan suatu cara pernalaran yang formal. Namun, bentuk pernalaran ini jarang dilakukan dalam komunikasi sehari-hari. Yang sering dijumpai hanyalah pemakaian polanya, meskipun secara tidak sadar.

Contoh pola silogisme yang standar:
(A)   Premis mayor = Semua manusia akan mati.
(B)   Premis minor = Si A adalah manusia.
(C)   Simpulan = Si A akan mati.

Secara singkat silogisme dapat dituliskan:
Jika A=B dan B=C maka A=C

Silogisme terdiri dari:
·         Silogisme Kategorial
·         Silogisme Hipotesis
·         Silogisme Disjungtif

Sebelum mengulas satu per satu bentuk, perlu diketahui beberapa istilah berikut:

Proposisi : kalimat logika yang merupakan pernyataan tentang hubungan antara dua atau beberapa hal yang dapat dinilai benar atau salah.
Term : adalah suatu kata atau kelompok kata yang menempati fungsi subjek (S) atau predikat (P).
Term minor : adalah subjek pada simpulan.
Term menengah : menghubungkan term mayor dengan term minor dan tidak boleh terdapat pada simpulan.


·         Silogisme Kategorial

Adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).

Adapun menurut KBBI simpulan berdasarkan silogisme kategorial adalah keputusan yg sama sekali tanpa berdasarkan syarat.

Contoh:
Premis mayor = Semua makhluk hidup membutuhkanoksigen.
                                  (Middle term)       (Predikat)
Premis minor = Manusia adalah makhluk hidup.
                     (Subjek)             (Middle term)
Simpulan = Manusia membutuhkan oksigen.
                  (Subjek)  (Predikat)

Hukum-hukum silogisme kategorial behubungan dengan proposisi:
1.  Apabila salah satu premis partikular, maka kesimpulannya harus partikular juga.
Contoh:
Semua yang halal dimakan menyehatkan.
Sebagian makanan tidak menyehatkan.
Sebagian makanan tidak halal dimakan.

Jadi, bentuk silogisme ini menarik simpulan yang terbatas untuk sebagian lingkungan dari suatu subjek.

2.  Apabila salah satu premis negative, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
Semua korupsi tidak disenangi.
Sebagian pejabat melakukan korupsi.
Sebagian pejabat tidak disenangi.

3. Dari dua premis yang sama-sama particular tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Beberapa orang kaya kikir.
Beberapa pedagang adalah kaya.
Beberapa pedagang adalah kikir

4.  Dua premis yang sama-sama negatif tidak sah diambil kesimpulan karena tidak ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil bila sedikitnya salah satu premisnya positif.
Contoh:
Kerbau bukan bunga mawar
Kucing bukan bunga mawar
(Tidak ada kesimpulan)

Hukum-hukum silogisme kategorial behubungan dengan term:

1. Setidaknya satu term menengah harus tertebar (mencakup). Kalau dari dua premis, term penengahnya tidak tertebar akan menghasilkan kesimpulan yang salah.
    Contoh:
    Semua ikan berdarah dingin.

Binatang ini berdarah dingin.
Binatang ini adalah ikan.

2. Term predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada pada premisnya. Bila tidak, kesimpulan menjadi salah.
Contoh:
Kerbau adalah binatang.
Kambing bukan kerbau.
Kambing bukan binatang.

3. Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda, kesimpulan akan menjadi lain.
Contoh:
Bulan itu bersinar di langit.
Januari adalah bulan.
Januari bersinar di langit.

4. Silogisme harus terdiri dari tiga term, yaitu term subyek, term predikat dan term penengah. Apabila hanya terdiri dari sebuah term dan dua buah term atau melebihi dari tiga term, maka tidak bisa diambil kesimpulan.

·         Silogisme Hipotesis

Silogisme hipotetis adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik.

Adapun menurut KBBI silogisme hipotesis merupakan penarikan simpulan atau keputusan yg kebenarannya berdasarkan syarat tertentu.

Macam-macam tipe silogisme hipotesis:
1.  Premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi saya naik becak.

2. Premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun.

3.  Premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.

4. Premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah
Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.

·         Silogisme Disjungtif

Adalah silogisme yang premis mayornya keputusan disjungtif sedangkan premis minornya kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor.

Adapun menurut KBBI silogisme disjungtif ini merupakan penarikan simpulan atau keputusan berdasarkan beberapa kemungkinan kebenaran pernyataan, tetapi hanya salah satu pernyataan yg benar.

Silogisme ini terdiri dari dua macam: silogisme disjungtif dalam arti sempit dan silogisme disjungtif dalam arti luas.

Silogisme disjungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif.
Contoh:
la lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus.
la bukan tidak lulus.

Silogisme disjungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan kontradiktif.
Contoh:
Hasan berada di rumah atau di pasar.
Ternyata tidak di rumah.
Jadi Hasan berada di pasar.

Silogisme disjungtif dalam arti sempit maupun arti luas mempunyai dua tipe yaitu:
1) Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusinya adalah mengakui alternatif yang lain.
Contoh:
Ia berada di luar atau di dalam.
Ternyata tidak berada di luar.
Jadi ia berada di dalam.

Ia berada di luar atau di dalam.
Ternyata tidak berada di dalam.
Jadi ia berada di luar.

2) Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif yang lain.
Contoh:
Budi di masjid atau di sekolah.
la berada di masjid.
Jadi ia tidak berada di sekolah.

Hukum-hukum Silogisme Disjungtif:
1. Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.
Contoh:
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata berbaju putih.
Jadi ia bukan tidak berbaju putih.

Atau:
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata ia tidak berbaju putih.
Jadi ia berbaju non-putih.

2. Silogisme disjungtif dalam arti luas.
a.  Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar).
Contoh:
Budi menjadi guru atau pelaut.
la adalah guru.
Jadi Budi bukan pelaut.

b. Bila premis minor mengingkari salah satu alterna konklusinya tidak sah (salah).
Contoh:
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Solo. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).

-          Entimen

Praktek nyata berbahasa dengan pola silogisme memang jarang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik tulisan maupun lisan. Namun entimen (yang pada dasarnya adalah pola silogisme) sering dijumpai pemakaiannya. Di dalam entimen salah satu premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.

Contoh:
Menipu adalah dosa karena merugikan orang lain.

Kalimat di atas dapat dipenggal menjadi 2 bagian:
-          Menipu adalah dosa. >> Kesimpulan
-          Karena (menipu) merugikan orang lain. >> Premis Minor, karena bersifat khusus.

Dalam kalimat di atas, premis yang dihilangkan adalah premis mayor. Untuk melengkapinya kita harus ingat bahwa premis mayor selalu bersifat lebih umum, jadi tidak mungkin subjeknva "menipu". Kita dapat menalar kembali dan menemukan premis mayornya: Perbuatan yang merugikan orang lain adalah dosa.

Untuk mengubah entimem menjadi silogisme, mula-mula kita cari dulu simpulannya. Kata-kata yang menandakan simpulan ialah kata-kata seperti: jadi, maka, karena itu, dengan demikian, dan sebagainya. Kalau sudah, kita temukan apa premis yang dihilangkan.


Referensi: