BAB 2
AKHLAK TERPUJI
A.
Taubat
Dalam rangka untuk mensucikan hati dan
diri dari segala dosa yang pernah diperbuat, manusia dianjurkan
untuk menyesali perbuatan yang telah dilakukan dan tidak akan mengulangi lagi. Arti taubat adalah kembali dari segala yang
tercela menurut agama, menuju semua yang terpuji. Menurut Sahal bin Abdillah At-Tustari, taubat adalah mengganti
perbuatan tercela dengan perbuatan terpuji. Hal ini tidak dapat
terealisasi kecuali menyendiri, diam dan makan makanan yang
halal.
Syarat-syarat taubat adalah sebagai berikut ;
- Menyesali berbagai kesalahan yang pernah dikerjakan.Tandanya adalah lembutnya hati dan membanjirnya airmata.
- Meninggalkan berbagai kesalahan pada setiap keadaan dan tempat.
- Keinginan keras untuk mengurangi perbuatan maksiat dan kesalahan yang dikerjakan.
- Dalil Naqli tentang Taubat termaktub pada QS. Al-Baqarah [2]: 222;
B. Wara’
1. Pengertian
Pengertian wara’ adalah menghindari diri dari perbuatan dosa atau menjauhi hal-hal yang tidak baik dan subhat. Sedangkan menurut para sufi wara’ menghindari segala yang tidak jelas antara halal dan haram Menurut Ibrahim bin Adham berkata wara’ adalah ;
Pengertian wara’ adalah menghindari diri dari perbuatan dosa atau menjauhi hal-hal yang tidak baik dan subhat. Sedangkan menurut para sufi wara’ menghindari segala yang tidak jelas antara halal dan haram Menurut Ibrahim bin Adham berkata wara’ adalah ;
كُ اْلفُضَ ةَ لِ _ كُ مَالاَ يعْنِيْكَ هُوَ تَ ْ _ ةٍ وَتَ ْ . كُ كُِّ شُبْ َ _ اَْلوَرَعُ ت ْ
Artinya : “Wara’ adalah meninggalkan setiap perkara
syubhat (yang masih samar), termasu pula meninggalkan hal yang tidak bermanfaat untukmu, yang
dimaksud adalah meninggalkan perkara mubah yang berlebihan.”
Sahl At-Tursturiy berkata, “Seseorang tidaklah dapat mencapai hakikat
iman hingga ia memiliki empat sifat:
§
menunaikan amalan
wajib dengan disempurnakan amalan sunnah.
§
makan makanan halal
dengan sifat wara’.
§
menjauhi larangan
secara lahir dan batin.
§
sabar dalam hal-hal
tadi hingga maut menjemput.
2. Dalil
naqli tentang wara’
كُهُ مَا ل يعْنِيْهِ _ مِنْ حُسْنِ إِسْلَمِ اْلَرْءِ تَ ْ
Artinya : “Sebagian dari kebaikan Islamnya seseorang
adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. At-Tirmidzi)
Makna hadis ini mencakup setiap yang tidak
bermanfaat dari ucapan, penglihatan, pendengaran, ayunan tangan, berjalan,
berpikir dan seluruh gerak yang tampak ataupun yang tidak (batin).
Hadis ini telah mencakup semua makna yang terkandung dalam lafazh wara’.
3. Manfaat
Wara’
Adapun manfaat wara’ sebagai berikut:
§ Terhindar dari azab
Allah, pikiran menjadi tenang dan hati menjadi tentram.
§ Menahan diri dari hal
yang dilarang.
§ Tidak menggunakan waktu
untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.
§ Mendatangkan cinta
Allah karena Allah mencintai orang-orang yang wara’.
§ Membuat doa
dikabulkan, karena manusia jika mensucikan makanan, minuman dan bersikap wara’, lalu
mengangkat kedua tangannya untuk berdoa, maka doa nya akan segera dikabulkan.
§ Mendapatkan keridhaan
Allah dan bertambahnya kebaikan.
§ Terdapat perbedaan
tingkatan manusia didalam surga sesuai dengan perbedaan
C. Zuhud
1. Pengertian
Menurut bahasa, zuhud dari kata زهد diartikan dengan berpaling dan meninggalkan atau menyendiri, sementara kata الزهد و الزهادة yang juga akar kata zuhud, berarti meninggalkan untuk mengharap/bergantung kepada dunia, atau meninggalkan sesuatu karena suatu kehinaan baginya. Berperilaku zuhud bukan berarti meninggalkan dunia, tidak mau berusaha, hanya beribadah shalat, zikir, berdoa, mengaji, dan sebagainya, tetapi menjadikan dunia ini sekedar sarana untuk menuju akhirat, dia bekerja tetapi tidak sampai melalaikan kewajibannya sebagai seorang hamba yaitu beribadah. Karena orang yang berperilaku zuhud tidak menjadikan kehidupan dunia sebagai tujuan akhirnya, tetapi hanya sementara sebagai jembatan menuju kehidupan yang sebenarnya yakni akhirat. Jadi zuhud bukan berarti tidak memiliki harta benda, tapi zuhud adalah meninggalkan ketergantungan hati kepada hal-hal yang bersifat duniawi. Dengan demikian, ada dan tidak adanya harta benda, perasaan dan hatinya tetap sama, tidak terpengaruh.
Menurut bahasa, zuhud dari kata زهد diartikan dengan berpaling dan meninggalkan atau menyendiri, sementara kata الزهد و الزهادة yang juga akar kata zuhud, berarti meninggalkan untuk mengharap/bergantung kepada dunia, atau meninggalkan sesuatu karena suatu kehinaan baginya. Berperilaku zuhud bukan berarti meninggalkan dunia, tidak mau berusaha, hanya beribadah shalat, zikir, berdoa, mengaji, dan sebagainya, tetapi menjadikan dunia ini sekedar sarana untuk menuju akhirat, dia bekerja tetapi tidak sampai melalaikan kewajibannya sebagai seorang hamba yaitu beribadah. Karena orang yang berperilaku zuhud tidak menjadikan kehidupan dunia sebagai tujuan akhirnya, tetapi hanya sementara sebagai jembatan menuju kehidupan yang sebenarnya yakni akhirat. Jadi zuhud bukan berarti tidak memiliki harta benda, tapi zuhud adalah meninggalkan ketergantungan hati kepada hal-hal yang bersifat duniawi. Dengan demikian, ada dan tidak adanya harta benda, perasaan dan hatinya tetap sama, tidak terpengaruh.
2. Dalil Naqli
Dalil naqli tentang
zuhud dijelaskan pada QS. Al-Qasạ s ̣[28]:77
3.
Hikmah Zuhud
Adapun hikmah zuhud
adalah:
§ Barangsiapa yang zuhud
tidak sedih karena kehinaanya (dunia).
§ Tidak ambisius untuk
memperoleh kemuliaan dunia.
§ Allah Swt. akan
memberikan ilmu tanpa ia mempelajarinya (ilmu laduni).
§ Allah Swt. akan
mengokohkan hikmah dalam hatinya dan mengeluarkan hikmah itu melalui lidahnya.
D. Qana’ah
1.
Pengertian
Menurut bahasa qana’ah artinya merasa cukup
terhadap pemberian rezeki dari Allah Swt. Sedangkan menurut istilah
qana’ah adalah rela dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki, serta
menghindari rasa tidak puas dalam menerima pemberian dari Allah Swt. Dengan sikap inilah maka jiwa akan menjadi tentram dan terjauh
dari sifat serakah atau tamak.
2. Komponen Qana’ah
Bersikap qana’ah
paling tidak meliputi lima hal:
§
Menerima dengan rela
apa yang ada dan tidak mengharap kepada apa yang dipunya orang lain.
§
Memohon kepada Allah
Swt. suatu tambahan rezeki yang layak dan diiringi dengan ikhtiyar.
§
Menerima dengan sabar
akan semua ketentuan Allah Swt.
§
Bertawakkal kepada
Allah Swt.
§
Tidak tertarik oleh
segala tipu daya yang bersifat duniawi.
Orang yang memiliki sifat qana’ah akan membentengi harta sekedar
apa yang berada dalam genggamannya dan pikirannya tidak menjalar keluar dari
yang ada pada dirinya. Ia berpendirian bahwa apa yang diperolehnya selama ini merupakan
suatu ketentuan dari Allah Swt., karena itu tidak pernah merasa akan kekurangan.
3. Dalil tentang Qanaah
النَّفْسِ )متفق عليه( . غِ نَ . ةِ العَرَضِ وََلكَِنَّ اْلغِ نَ ¥ عَنْ كَثْ َ . لَيْسَ الغِ نَ
Artinya: “Bukanlah kekayaan itu lantaran banyak harta,
akan tetapi kekayaan itu adalah kekayaan jiwa.” (HR. Bukhari-Muslim)
4. Manfaat Qanaah
§
Hidupnya selalu merasa
lebih tenang dan tentram.
§
Menumbuhkan sikap
optimis dalam setiap usaha.
§
Tidak mudah berputus
asa dan tidak menyesal jika gagal.
§
Mampu menjauhkan diri
dari sikap iri.
§
Selalu bersyukur
kepada Allah Swt.
E. Amanah
1. Pengertian
Kata amanah menurut
bahasa diartikan sebagai sesuatu yang dipercayakan (dititipkan) kepada
orang lain. Definisi amanah tersebut memberikan pengertian bahwa
setiap amanah selalu melibatkan 2 pihak yaitu si pemberi amanah dan
si penerima amanah. Lebih jelasnya,
hubungan keduanya dapat dijelaskan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Dalil Naqli tentang Amanah
Termaktub pada QS.
Al-Anfaal [8] : 27 ;
تعْلَُونَ 27 © ِتكُْ وَأَْنتُ ْ ® آمَنُوا ل تَخُوُنوا اللهَ وَالرَّسُولَ وََتخُوُنوا أَمَانَ ´ ا اَّلذِي نَ · أَيُّ َ ®يَ
Artinya: “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga)
janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu
Mengetahui.”
3. Contoh tentang Amanah
Misalnya
manusia secara individu diberi amanah berupa umur oleh Allah.
Pertanyaannya adalah digunakan untuk apa umur tersebut? Apakah umur itu
digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat seperti bekerja, melaksanakan
ibadah puasa, membaca Al Qur’an, dan yang lainnya. Bila kita sebagai
individu sudah melaksanakan amanah tersebut sesuai tuntunan-Nya, maka kita
pantas disebut orang yang dapat dipercaya/bisa menjalankan amanah dari-Nya.
Sebaliknya bila kita salah menggunakan amanah tersebut
misalnya bermalas-malasan, tidak mau bekerja, hanya berdiam saja di rumah,
maka kita oleh Allah Swt. dianggap orang yang tidak dapat dipercaya/tidak
beramanah.
Selain
itu, contoh lainnya dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam berorganisasi. Adakah amanah di
dalamnya? Tentu ada. Amanah apa yang dipikul seorang pemimpin atas anggota
yang dipimpinnya. Tidak lain adalah mengajak, membimbing, dan
mengarahkan anggotanya untuk berperilaku sesuai tuntunan Allah dan
Rasul-Nya sehingga mereka tidak hanya sejahtera di dunia juga di akhirat.
Oleh karena itu, menjadi pemimpin umat beragama tidaklah mudah karena
setiap kata dan tindakannya akan dimintai per20 tanggungjawaban baik di
dunia apalagi di akhirat kelak. Seperti lazimnya dilakukan oleh
organisasi, hal tersebut direalisasikan dalam bentuk Laporan Pertanggung
Jawaban (LPJ). LPJ itu lah yang merupakan wujud amanah yang diemban oleh
sang pemimpin dan jajarannya. Jadi, amanah tidaknya seseorang pemimpin bukan
dilihat dari penampilan fisik, materi atau keturunan, tetapi lebih
ditentukan oleh kinerja. Misalnya bagaimana sang pemimpin mampu
memobilisasi (menggerakkan) anggota serta mengorganisir sedemikian rupa
sehingga mampu memberdayakan potensi anggota untuk kemaslahatan bersama
sehingga yang menjadi tujuan utama adalah untuk kepentingan umum,
bukan kepentingan pribadi.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa amanah bisa diperlihatkan dalam
berbagai aspek kehidupan sehari-hari seperti kehidupan individu, keluarga,
masyarakat, hingga negara. Dan setiap amanah yang diemban oleh individu
akan dimintai pertanggungjawaban baik di dunia maupun di akhirat. Jika
tidak melaksanakan amanah dengan baik maka ia tidak memiliki iman yang
kuat.
A. Pilihan Ganda
1.
Dalam kajian akhlak
Islam menjaga diri atau sikap hati-hati dari hal yang syubhat dan meninggalkan
yang haram adalah . . . .
a.
Qana’ah
b.
Zuhud
c.
Wara’
d.
Syukur
e.
Dermawan
كُهُ مَا لَ يَعْنِيْهِ . 2 _ مِنْ حُسْنِ إِسْلَمِ الَْرْءِ
2.
Menurut hadis tersebut
pengertian wara’ adalah . . . .
a. Meninggalkan hal- hal yang halal
b. Meninggalkan hal- hal yang haram
c. Meninggalkan hal- hal yang bermanfaat
d. Meninggalkan hal- hal yang tidak bermanfaat
e. Mengerjakan sesuatu yang diperintah oleh agama
3.
Seseorang meninggalkan
kebiasaan mendengarkan dan memainkan musik secara berlebihan, maka dia
sudah mengamalkan sikap . . . .
a. Dermawa
b. Qana’ah
c. Syukur
d. Zuhud
e. Wara’
4.
Menurut Ibrahim bin
Adham, wara’ adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat yang bermaksud?
a. Meninggalkan perkara mubah yang berlebihan
b. Meninggalkan perkara yang samar- samar
c. Meninggalkan perkara yang ragu- ragu
d. Meninggalkan perkara yang haram
e. Meninggalkan perkara
yang halal
5.
QS. al-Qasas [28]: 77
merupakan dalil naqli dari sifat......
a. Zuhud
b. Wara'
c. Tamak
d. Taubat
e. Qana'ah
6.
Tingkatan zuhud yang
tertinggi adalah . . . .
a. Tidak menyukai segala sesuatu yang haram
b. Tidak menyukai segala sesuatu terhadap keragu-
raguan
c. Tidak menyukai segala sesuatu yang berhubungan
dengan dunia
d. Tidak menyukai segala sesuatu selain Allah
Swt. bahkan terhadap akhirat
e. Mengutamakan kepentingan akhirat daripada
kepentingan yang bersifat keduniaan
7.
Seseorang yang menjalankan
keseimbangan hidup, yaitu dengan menjadikan dunia ini sebagai ladang dan
alat untuk mencari kebahagiaan akhirat. Bukan menjadikan dunia sebagai tujuan dan tidak menggantungkan hidupnya pada
dunia, maka dia telah melaksanakan sikap..
a. Sabar
b.
Wara’
c.
Jihad
d.
Ridha
e. Zuhud
8.
Sikap qana’ah sangat
ditekankan bagi umat Islam yang akan membawa jiwa pelakunya menjadi?
a. Tentram dan terjauh dari sifat serakah atau
tamak
b. Tenang dalam mengambil segala keputusannya
c. Tidak selalu tergantung dengan keduniaan
d. Sabar dan tabah dalam menghadapi ujian
e.
Mandiri dalam
malakukan sesuatu
النَّفْسِ غِ نَ . ةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِ نَ ¥ عَنْ كَث َْ . لَيْسَ الْغِ نَ
9.
Menurut hadis tersebut
bahwa kekayaan yang sesungguhnya adalah . . . .
a. Kedudukan yang tinggi
b. Harta yang banyak
c. Ilmu yang banyak
d. Kekayaan jiwa
e. Kesabaran
10.
Yang bukan merupakan
manfaat dari sikap qana'ah adalah . . . .
a. Hidupnya selalu merasa lebih tenang dan
tentram
b. Menumbuhkan sikap optimis dalam setiap usaha
c. Mudah putus asa jika mengalami kegagalan
d. Mampu menjauhkan dari sikap iri
e. Selalu bersyukur kepada Allah Swt
B. Soal Singkat
2. Wara’ adalah keluar dari subhat dan setiap saat selalu mengintrospeksi diri adalah pendapat dari?
3. Orang yang berpaling dari dunia karena cinta kepada akhirat disebut ……
4. Lawan dari sikap qana’ah adalah ……
5. Syukur melalui lisan adalah ……
6. Syukur dengan hati adalah ……
7. Orang yang mengingkari nikmat Allah disebut dengan ……
8. Dalam kitab Diwan karya Imam Syafi’i, orang yang dermawan akan ……
9. Orang yang tidak menyampaikan amanahnya disebut dengan ……
10. Sesuai hadis Nabi bahwa perbuatan kita pasti akan … baik di dunia maupun diakhirat