Monday, April 27, 2020

MATERI SANLAT ONLINE (AKIDAH AHLAK) EDISI 06 MEI 2020

BAB 2
AKHLAK TERPUJI
A.    Taubat
Dalam rangka untuk mensucikan hati dan diri dari segala dosa yang pernah diperbuat, manusia dianjurkan untuk menyesali perbuatan yang telah dilakukan dan tidak akan mengulangi lagi. Arti taubat adalah kembali dari segala yang tercela menurut agama, menuju semua yang terpuji. Menurut Sahal bin Abdillah At-Tustari, taubat adalah mengganti perbuatan tercela dengan perbuatan terpuji. Hal ini tidak dapat terealisasi kecuali menyendiri, diam dan makan makanan yang halal.
Syarat-syarat taubat adalah sebagai berikut ;
  • Menyesali berbagai kesalahan yang pernah dikerjakan.Tandanya adalah lembutnya hati dan membanjirnya airmata.  
  • Meninggalkan berbagai kesalahan pada setiap keadaan dan tempat.
  • Keinginan keras untuk mengurangi perbuatan maksiat dan kesalahan yang dikerjakan.
  • Dalil Naqli tentang Taubat termaktub pada QS. Al-Baqarah [2]: 222;
B.  Wara’
1. Pengertian
Pengertian wara’ adalah menghindari diri dari perbuatan dosa atau menjauhi hal-hal yang tidak baik dan subhat. Sedangkan menurut para sufi wara’ menghindari segala yang tidak jelas antara halal dan haram Menurut Ibrahim bin Adham berkata wara’ adalah ;
كُ اْلفُضَ ةَ لِ _ كُ مَالاَ يعْنِيْكَ هُوَ تَ ْ _ ةٍ وَتَ ْ . كُ كُِّ شُبْ َ _ اَْلوَرَعُ ت ْ
Artinya : “Wara’ adalah meninggalkan setiap perkara syubhat (yang masih samar), termasu pula meninggalkan hal yang tidak bermanfaat untukmu, yang dimaksud adalah meninggalkan perkara mubah yang berlebihan.”
Sahl At-Tursturiy berkata, “Seseorang tidaklah dapat mencapai hakikat iman hingga ia memiliki empat sifat:
§  menunaikan amalan wajib dengan disempurnakan amalan sunnah.
§  makan makanan halal dengan sifat wara’.
§  menjauhi larangan secara lahir dan batin.
§  sabar dalam hal-hal tadi hingga maut menjemput.

    2.  Dalil naqli tentang wara’
كُهُ مَا ل يعْنِيْهِ _ مِنْ حُسْنِ إِسْلَمِ اْلَرْءِ تَ ْ
Artinya : “Sebagian dari kebaikan Islamnya seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. At-Tirmidzi)
Makna hadis ini mencakup setiap yang tidak bermanfaat dari ucapan, penglihatan, pendengaran, ayunan tangan, berjalan, berpikir dan seluruh gerak yang tampak ataupun yang tidak (batin). Hadis ini telah mencakup semua makna yang terkandung dalam lafazh wara’.

     3.  Manfaat Wara’
Adapun manfaat wara’ sebagai berikut:
§    Terhindar dari azab Allah, pikiran menjadi tenang dan hati menjadi tentram.
§    Menahan diri dari hal yang dilarang.
§    Tidak menggunakan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.
§    Mendatangkan cinta Allah karena Allah mencintai orang-orang yang wara’.
§  Membuat doa dikabulkan, karena manusia jika mensucikan makanan, minuman dan bersikap wara’, lalu mengangkat kedua tangannya untuk berdoa, maka doa nya akan segera dikabulkan.
§    Mendapatkan keridhaan Allah dan bertambahnya kebaikan.
§    Terdapat perbedaan tingkatan manusia didalam surga sesuai dengan perbedaan

     C.  Zuhud
1. Pengertian
Menurut bahasa, zuhud dari kata زهد diartikan dengan berpaling dan meninggalkan atau menyendiri, sementara kata الزهد و الزهادة yang juga akar kata zuhud, berarti meninggalkan untuk mengharap/bergantung kepada dunia, atau meninggalkan sesuatu karena suatu kehinaan baginya. Berperilaku zuhud bukan berarti meninggalkan dunia, tidak mau berusaha, hanya beribadah shalat, zikir, berdoa, mengaji, dan sebagainya, tetapi menjadikan dunia ini sekedar sarana untuk menuju akhirat, dia bekerja tetapi tidak sampai melalaikan kewajibannya sebagai seorang hamba yaitu beribadah. Karena orang yang berperilaku zuhud tidak menjadikan kehidupan dunia sebagai tujuan akhirnya, tetapi hanya sementara sebagai jembatan menuju kehidupan yang sebenarnya yakni akhirat. Jadi zuhud bukan berarti tidak memiliki harta benda, tapi zuhud adalah meninggalkan ketergantungan hati kepada hal-hal yang bersifat duniawi. Dengan demikian, ada dan tidak adanya harta benda, perasaan dan hatinya tetap sama, tidak terpengaruh.

2.   Dalil Naqli
Dalil naqli tentang zuhud dijelaskan pada QS. Al-Qasạ s ̣[28]:77

3. Hikmah Zuhud
    Adapun hikmah zuhud adalah:
§        Barangsiapa yang zuhud tidak sedih karena kehinaanya (dunia).
§        Tidak ambisius untuk memperoleh kemuliaan dunia.
§        Allah Swt. akan memberikan ilmu tanpa ia mempelajarinya (ilmu laduni).
§     Allah Swt. akan mengokohkan hikmah dalam hatinya dan mengeluarkan hikmah itu melalui lidahnya.

    D.  Qana’ah
1. Pengertian
Menurut bahasa qana’ah artinya merasa cukup terhadap pemberian rezeki dari Allah Swt. Sedangkan menurut istilah qana’ah adalah rela dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki, serta menghindari rasa tidak puas dalam menerima pemberian dari Allah Swt. Dengan sikap inilah maka jiwa akan menjadi tentram dan terjauh dari sifat serakah atau tamak.

2.  Komponen Qana’ah
Bersikap qana’ah paling tidak meliputi lima hal:
§  Menerima dengan rela apa yang ada dan tidak mengharap kepada apa yang dipunya orang lain.
§  Memohon kepada Allah Swt. suatu tambahan rezeki yang layak dan diiringi dengan ikhtiyar.
§  Menerima dengan sabar akan semua ketentuan Allah Swt.
§  Bertawakkal kepada Allah Swt.
§  Tidak tertarik oleh segala tipu daya yang bersifat duniawi.
Orang yang memiliki sifat qana’ah akan membentengi harta sekedar apa yang berada dalam genggamannya dan pikirannya tidak menjalar keluar dari yang ada pada dirinya. Ia berpendirian bahwa apa yang diperolehnya selama ini merupakan suatu ketentuan dari Allah Swt., karena itu tidak pernah merasa akan kekurangan.

3.  Dalil tentang Qanaah
النَّفْسِ )متفق عليه( . غِ نَ . ةِ العَرَضِ وََلكَِنَّ اْلغِ نَ ¥ عَنْ كَثْ َ . لَيْسَ الغِ نَ
Artinya: “Bukanlah kekayaan itu lantaran banyak harta, akan tetapi kekayaan itu adalah kekayaan jiwa.” (HR. Bukhari-Muslim)

4.  Manfaat Qanaah
§  Hidupnya selalu merasa lebih tenang dan tentram.
§  Menumbuhkan sikap optimis dalam setiap usaha.
§  Tidak mudah berputus asa dan tidak menyesal jika gagal.
§  Mampu menjauhkan diri dari sikap iri.
§  Selalu bersyukur kepada Allah Swt.

     E.   Amanah
1. Pengertian
Kata amanah menurut bahasa diartikan sebagai sesuatu yang dipercayakan (dititipkan) kepada orang lain. Definisi amanah tersebut memberikan pengertian bahwa setiap amanah selalu melibatkan 2 pihak yaitu si pemberi amanah dan si penerima amanah. Lebih jelasnya, hubungan keduanya dapat dijelaskan dalam kehidupan sehari-hari.

2.  Dalil Naqli tentang Amanah
Termaktub pada QS. Al-Anfaal [8] : 27 ;
تعْلَُونَ 27 © ِتكُْ وَأَْنتُ ْ ® آمَنُوا ل تَخُوُنوا اللهَ وَالرَّسُولَ وََتخُوُنوا أَمَانَ ´ ا اَّلذِي نَ · أَيُّ َ ®يَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu Mengetahui.”

3.  Contoh tentang Amanah
Misalnya manusia secara individu diberi amanah berupa umur oleh Allah. Pertanyaannya adalah digunakan untuk apa umur tersebut? Apakah umur itu digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat seperti bekerja, melaksanakan ibadah puasa, membaca Al Qur’an, dan yang lainnya. Bila kita sebagai individu sudah melaksanakan amanah tersebut sesuai tuntunan-Nya, maka kita pantas disebut orang yang dapat dipercaya/bisa menjalankan amanah dari-Nya. Sebaliknya bila kita salah menggunakan amanah tersebut misalnya bermalas-malasan, tidak mau bekerja, hanya berdiam saja di rumah, maka kita oleh Allah Swt. dianggap orang yang tidak dapat dipercaya/tidak beramanah.
Selain itu, contoh lainnya dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam berorganisasi. Adakah amanah di dalamnya? Tentu ada. Amanah apa yang dipikul seorang pemimpin atas anggota yang dipimpinnya. Tidak lain adalah mengajak, membimbing, dan mengarahkan anggotanya untuk berperilaku sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya sehingga mereka tidak hanya sejahtera di dunia juga di akhirat. Oleh karena itu, menjadi pemimpin umat beragama tidaklah mudah karena setiap kata dan tindakannya akan dimintai per20 tanggungjawaban baik di dunia apalagi di akhirat kelak. Seperti lazimnya dilakukan oleh organisasi, hal tersebut direalisasikan dalam bentuk Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ). LPJ itu lah yang merupakan wujud amanah yang diemban oleh sang pemimpin dan jajarannya. Jadi, amanah tidaknya seseorang pemimpin bukan dilihat dari penampilan fisik, materi atau keturunan, tetapi lebih ditentukan oleh kinerja. Misalnya bagaimana sang pemimpin mampu memobilisasi (menggerakkan) anggota serta mengorganisir sedemikian rupa sehingga mampu memberdayakan potensi anggota untuk kemaslahatan bersama sehingga yang menjadi tujuan utama adalah untuk kepentingan umum, bukan kepentingan pribadi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa amanah bisa diperlihatkan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari seperti kehidupan individu, keluarga, masyarakat, hingga negara. Dan setiap amanah yang diemban oleh individu akan dimintai pertanggungjawaban baik di dunia maupun di akhirat. Jika tidak melaksanakan amanah dengan baik maka ia tidak memiliki iman yang kuat.

A. Pilihan Ganda
1.      Dalam kajian akhlak Islam menjaga diri atau sikap hati-hati dari hal yang syubhat dan meninggalkan yang haram adalah . . . .
             a.       Qana’ah
             b.      Zuhud
             c.       Wara’ 
             d.      Syukur
             e.       Dermawan

كُهُ مَا لَ يَعْنِيْهِ . 2 _ مِنْ حُسْنِ إِسْلَمِ الَْرْءِ
2.      Menurut hadis tersebut pengertian wara’ adalah . . . .
a.     Meninggalkan hal- hal yang halal
b.    Meninggalkan hal- hal yang haram
c.     Meninggalkan hal- hal yang bermanfaat
d.    Meninggalkan hal- hal yang tidak bermanfaat
e.    Mengerjakan sesuatu yang diperintah oleh agama

3.      Seseorang meninggalkan kebiasaan mendengarkan dan memainkan musik secara berlebihan, maka dia sudah mengamalkan sikap . . . .
  a.     Dermawa
  b.    Qana’ah
  c.     Syukur
  d.    Zuhud
  e.    Wara’

4.      Menurut Ibrahim bin Adham, wara’ adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat yang bermaksud?
a.     Meninggalkan perkara mubah yang berlebihan
b.    Meninggalkan perkara yang samar- samar
c.     Meninggalkan perkara yang ragu- ragu
d.    Meninggalkan perkara yang haram
e.    Meninggalkan perkara yang halal

5.      QS. al-Qasas [28]: 77 merupakan dalil naqli dari sifat......
a.     Zuhud
b.    Wara'
c.     Tamak
d.    Taubat
e.    Qana'ah

6.      Tingkatan zuhud yang tertinggi adalah . . . .
a.     Tidak menyukai segala sesuatu yang haram
b.    Tidak menyukai segala sesuatu terhadap keragu- raguan
c.     Tidak menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia
d.    Tidak menyukai segala sesuatu selain Allah Swt. bahkan terhadap akhirat
e.    Mengutamakan kepentingan akhirat daripada kepentingan yang bersifat keduniaan

7.      Seseorang yang menjalankan keseimbangan hidup, yaitu dengan menjadikan dunia ini sebagai ladang dan alat untuk mencari kebahagiaan akhirat. Bukan menjadikan dunia sebagai tujuan dan tidak menggantungkan hidupnya pada dunia, maka dia telah melaksanakan sikap..
             a.    Sabar
             b.    Wara’
             c.     Jihad
             d.    Ridha
             e.    Zuhud

8.    Sikap qana’ah sangat ditekankan bagi umat Islam yang akan membawa jiwa pelakunya menjadi?
a.   Tentram dan terjauh dari sifat serakah atau tamak
b.   Tenang dalam mengambil segala keputusannya
c.   Tidak selalu tergantung dengan keduniaan
d.   Sabar dan tabah dalam menghadapi ujian
e.    Mandiri dalam malakukan sesuatu

النَّفْسِ غِ نَ . ةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِ نَ ¥ عَنْ كَث َْ . لَيْسَ الْغِ نَ
9.   Menurut hadis tersebut bahwa kekayaan yang sesungguhnya adalah . . . .
a.     Kedudukan yang tinggi
b.    Harta yang banyak
c.     Ilmu yang banyak
d.    Kekayaan jiwa
e.    Kesabaran

10.  Yang bukan merupakan manfaat dari sikap qana'ah adalah . . . .
a.     Hidupnya selalu merasa lebih tenang dan tentram
b.    Menumbuhkan sikap optimis dalam setiap usaha
c.     Mudah putus asa jika mengalami kegagalan
d.    Mampu menjauhkan dari sikap iri
e.    Selalu bersyukur kepada Allah Swt

B. Soal Singkat
1.   Lawan dari sikap wara’ adalah …
2.   Wara’ adalah keluar dari subhat dan setiap saat selalu mengintrospeksi diri adalah pendapat dari?
3.   Orang yang berpaling dari dunia karena cinta kepada akhirat disebut ……
4.   Lawan dari sikap qana’ah adalah ……
5.   Syukur melalui lisan adalah ……
6.   Syukur dengan hati adalah ……
7.   Orang yang mengingkari nikmat Allah disebut dengan ……
8.   Dalam kitab Diwan karya Imam Syafi’i, orang yang dermawan akan ……
9.   Orang yang tidak menyampaikan amanahnya disebut dengan ……
10. Sesuai hadis Nabi bahwa perbuatan kita pasti akan … baik di dunia maupun diakhirat