Thursday, June 13, 2013

PENGAJARAN MEMBACA BERDASARKAN TUJUAN


1.                  Tujuan Pengajaran Membaca
Upaya untuk memangfaatkan keterampilan dasar dan tujuan tertentu sebagai sarana untuk meningkatkan pengajaran membaca, jelas merupakan kecenderungan yang positif. Alasannya antara lain :
ü  Pengenalan aneka tujuan dalam pengajaran membaca akan mendorong para guru untuk berperan sebagai fasilitator.
ü  Penerimaan serta pengakuan terhadap pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada tujuan dalam pengajaran membaca dari pihak guru adalah sejalan dengan kecenderungan terhadap adanya pertanggung jawaban yang lebih besar dalam pendidikan. Artinya segala sesuatu yang dilakukan itu dapat dipertanggung jawabkan dari segala pihak ( orang tua, pendidik, siswa).
Secara garis besar kegiatan membaca mempunyai dua maksud utama, yaitu :
ü  Tujuan behavioral, yang disebut juaga dengan tujuan tertutup ataupun tujuan instruksional.
ü  Tujuan ekspresif, atau tujuan terbuka.
Tujuan behavioral ini biasanya diarahkan pada kegiatan-kegiatan membaca :
ü  Memahami makna kata ( world attack )
ü  Keterampilan-keterampilan studi ( study skills )
ü  Pemahaman ( comprehension )
Tujuan ekspresif terkandung dalam kegiatan-kegiatan :
ü  Membaca pengarahan diri sendiri ( self directed reading )
ü  Membaca penafsiran, membaca interpretatif ( interpretative reading )
ü  Membaca kreatif ( creative reading )
Membaca
Tujuan behavioral

Tujuan ekspresif
·         Memahami kata
  • Pengarahan diri
·         Keterampilan studi
  • Interpretatif
·         Pemahaman
  • Kreatif
 (Aneka Tujuan Membaca)

2.                  Tingkatan dan Aplikasi Tujuan
Aneka dan tujuan membaca yang telah diperbincangkan di muka pada dasarnya dapat pula dibedakan atas beberapa tingkatan. Krathwohl  (1965 ) telah menggambarkan tiga tingkatan sebagai berikut :
Pertama, pada tingkatan yang paling abstrak, tujuan-tujuan itu merupakan pertanyaan-pertanyaan yang luas dan umum, yang :
v   Menentukan tujuan-tujuan bagi keseluruhan unit sekolah misalnya : SD, SMP, SMA.
v   Membimbing serta mengendalikan perkembangan program.
v   Memperkenalkan bidang-bidang studi beserta wilayah-wilayah yang harus digarap.
Kedua, pada tingkatan yang lebih kongkrit, tujuan-tujuan yang dinyatakan dalam istilah-istilah behavioral, adalah sangat tepat untuk menganalisis tujuan-tujuan umum menjadi tujuan instruksional khusus.  
Ketiga, pada tingkatan yang paling khusus, tujuan-tujuan itu sedemikian eksplisitnya sehingga memberikan suatu jalur khusus menuju pencapaian tujuan-tujuan yang dinyatakan pada tingkatan kedua : tujuan-tujuan tersebut menetapkan jenis analisis terperinci yang dibutuhkan oleh suatu pendekatan berencana bagi pengajaran.
Tujuan-tujuan yang terdapat pada setiap tingkatan tersebut menyajikan suatu maksud, tetapi tingkatan kedua barang kali yang paling tepat dipergunakan oleh sang guru di muka kelas.
Bila kita sedang menangani tujuan-tujuan behavioral, butir-butir berikut ini perlu mendapat perhatian.
v   Suatu tujuan behavioral dapat saja tidak lebih baik daripada gagasan atau ide yang dikandungnya.
v   Janganlah terlalu berharap akan dapat memeriksa segala tujuan kita sebagai seorang guru, atau bahkan sebagai seorang guru membaca, dalam kaitannya dengan tujuan behavioral.
v   Belajar menguasai atau mempelajari penguasaan secara implicit sudah tercakup dalam tujuan behavioral.
v   Dengan aneka tujuan ekspresif, maka tujuan bukanlah belajar menguasai atau mempelajari penguasaan ( mastery learning ).
v   Memburu hasil.

3.                  Tujuan Behavioral
Pendekatan yang berorientasi pada tujuan dalam pengajaran membaca mengandalkan aneka tujuan yang ada kaitannya denga perilaku siswa. Pernyataan yang paling ekplisit mengenai hal ini disebut tujuan behavioral ( behavioral objeltives ).
Tujuan behavioral adalah sasaran atau hasil yang diinginkan dari proses belajar yang jelas-jelas dinyatakan oleh perilaku siswa, yaitu perilaku atau penampilan yang dapat diamati.
 Batasan yang lebih presprektif adalah sebagai berikut :
a)            Kenalilah perilaku terminal dengan nama, anda dapat menentukan jenis perilaku yang akan diterima sebagai fakta bahwa siswa telah mencapai tujuan tersebut.
b)            Cobalah mengatasi perilaku yang diinginkan lebih lanjut dengan cara memberikan kondisi-kondisi penting, tempat perilaku tersebut diharapkan terjadi.
c)            Tentukanlah criteria penampilan serasi dengan cara melukiskan sampai seberapa baik siswa harus menampilkannya.
Demikianlah telah kita utarakan batasan dari dua sumber dan agaknya para cendikiawan telah sepakat bahwa suatu tujuan behavioral yang baik harus memenuhi beberapa criteria antara lain :
a)            Menggambarkan penampilan siswa yang diinginkan, atau perilaku.
b)            Menentukan tingkat kompetensi, atau tingkat minimum penampilan yang pantas.
c)            Dapat menetapkan kondisi-kondisi penampilan.

Ø  Keunggulan tujuan behavioral :
a)            Tujuan behavioral turut serta memperjelas maksud dan tujuan sasaran yang hendak dicapai oleh para guru maupun para siswa.
b)            Tujuan-tujuan khusus membagi-bagi bobot yang luas ataupun  bidang-bidang kurikulum menjadi bagian-bagian atau butir-butir yang mudah dikelola.
c)            Urutan dan susunan isi atau bobot yang hirarkis dapat disususn atau diatur berdasarkan tujuan.
d)           Tujuan behavioral memudahkan penilaian.
e)            Tujuan turut membantu dalam organisasi dan pemilihan bahan pengajaran.
f)             Tujuan dapat memainkan peranan penting dalam pendidikan  guru.
g)            Tujuan turut menjelaskan peranan penelitian dan perencanaan dalam  pendidikan.

Ø  Kelemahan tujuan behavioral :
a)            Proses pendidikan di sekolah berjumlah lebih banyak daripada penguasaan isi bobot.
b)            Para individu mempunyai berbagai cara yang aneh-aneh untuk mengatur isi bobot.
c)            Tujuan dapat menyebabkan penekanan yang berlebihan pada keterampilan-keterampilan atas biaya generalisasi, interpretasi dan aplikasi.
d)           Bidang-bidang isi bobot tertentu tidak membiarkan dirinya ikut terseret kepada pendekatan behavioral.
e)            Tujuan mungkin saja dapat dinyatakan dengan mengaitkannya dengan kenyataan-kenyataan dalam kelas.
f)             Dampak yang tidak diinginkan mungkin sama saja banyaknya dengan hasil yang diharapkan.

4.                  Tujuan Ekspresif
                        Tujuan ekspresif jauh sekali berbeda dari tujuan behavioral atau tujuan instruksional. Tujuan ekpresif memeriksa suatu pertemuan pendidikan, untuk :
·         Menetapkan situasi tempat para siswa bekerja ;
·         Menentukan masalah yang harus mereka pecahkan ;
·         Menentukan tugas yang harus mereka kerjakan  ;
            Tujuan ekpresif memberi dorongan kepada sang guru dan kepada siswa untuk menjelajahi, memeriksa, menunda, atau memutuskan perhatian kepada masalah-masalah yang benar-benar menarik serta yang sangat berpengaruh kepada sang pengamat atau penanya. Tujuan ekpresif lebih bersifat evokatif ketimbang preskriptif ; lebih bersifat merangsang ketimbang bersifat menentukan.
            Dengan kata lain, adalah merupakan suatu kenyataan bahwa hasil-hasil atau dampak-dampak tertentu yang diharapkan, dapat ditangani secara tuntas dengan tujuan behavioral, sedangkan yang lain-lainnya tidak dapat. Tujuan ekpresif lebih bersifat deskriptif dari pada bersifat preskriptif dan dapat ditangani dengan cara yang lebih terbuka.
            Justru perpedaan yang bijaksana inilah yang membuat pendekatan yang berorientasi pada tujuan dalam pengajaran membaca lebih mudah dilaksanakan ketimbang dibatasi secara pada tujuan-tujuan behavioral yang perskriptif saja.
            Di muka pada gambar 1 telah diutarakan bahwa tujuan ekpresif terbagi atas tiga jenis, yaitu :
·         Tujuan pengarahan diri.
·         Tujuan interpretative.
·         Tujuan kreatif.

No comments: