INOVASI PENDIDIKAN
A. Pengertian
Inovasi berasal dari kata latin, innovation yang berarti pembaruan
dan perubahan. Kata kerjanya inovo yang artinya memperbaharui dan
mengubah. Inovasi adalah suatu perubahan yang baru yang menuju kea rah
perbaikan; yang lain atau berbeda dari yang ada sebelumnya, yang
dilakukan dengan sengaja dan berencana (tidak secara kebetulan).
Istilah perubahan dan pembaharuan ada perbedaan dan persamaannya.
Perbedaannya, kalau pada pembaruan ada unsur kesengajaan. Persamaannya,
yakni sama-sama memiliki unsur yang baru atau lain dari sebelumnya.
Pembaruan pendidikan itu sendiri adalah perubahan yang baru dan
kualitatif berbeda dari hal (yang sebelumnya) serta sengaja diusahakan
untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam
pendidikan.
Untuk mengetahui dengan jelas perbedaan antara inovasi dengan
perubahan, mari kita lihat definisi yang diungkapkan oleh Nichols
(1983:4).
“Change refers to ” continuous reapraisal and improvement of existing
practice which can be regarded as part of the normal activity ….. while
innovation refers to …. Idea, subject or practice as new by an
individual or individuals, which is intended to bring about improvement
in relation to desired objectives, which is fundamental in nature and
which is planned and deliberate.”
Nichols menekankan perbedaan antara perubahan (change) dan inovasi
(innovation) sebagaimana dikatakannya di atas, bahwa perubahan mengacu
kepada kelangsungan penilaian, penafsiran dan pengharapan kembali dalam
perbaikan pelaksanaan pendidikan yang ada yang diangap sebagai bagian
aktivitas yang biasa. Sedangkan inovasi menurutnya adalah mengacu kepada
ide, obyek atau praktek sesuatu yang baru oleh seseorang atau
sekelompok orang yang bermaksud untuk memperbaiki tujuan yang
diharapkan.
Ada beberapa pendapat mengenai inovasi pendidikan :
1. Ibrahim (1988) mengemukakan bahwa inovasi pendidikan adalah
inovasi dalam bidang pendidikan atau inocasi untuk memecahkan masalah
pendidikan. Jadi, inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode,
yang dirasakan atau diamati berbagai hal yang baru bagi hasil seseorang
atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil inverse (penemuan
baru) atau discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.
2. Demikian pula Ansyar, Nurtain (1991) mengemukakan adalah gagasan,
perbuatan atau sesuatu yang baru dalam konteks social tertentu untuk
menjawab masalah yang dihadapi.
B. Tujuan Inovasi Pendidikan
Menurut santoso (1974) tujuan utama inovasi, yakni meningkatkan
sumber-sumber tenaga, uang dan sarana termasuk struktur dan prosedur
organisasi. Tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi,
relevansi, kualitas dan efektivitas : sarana serta jumlah peserta didik
sebanyak-banyaknya dengan hasil pendidikan sebesar-besarnya (menurut
kriteria kebutuhan peserta didik, masyarakat dan pembangunan) dengan
menggunakan sumber, tenaga, uang, alat dan waktu dalam jumlah yang
sekecil-kecilnya.
Kalau dikaji, arah tujuan inovasi pendidikan Indonesia tahap demi
tahap, yaitu :
1. Mengejar ketinggalan-ketinggalan yang dihasilkan oleh
kemajuan-kemajuan ilmu dan tekhnologi sehingga makin lama pendidikan di
Indonesia makin berjalan sejajar dengan kemajuan-kemajuan tersebut.
2. Mengusahakan terselenggarakannya pendidikan sekolah maupun luar
sekolah bagi setiap warga Negara, misalnya meningkatkan daya tampung
usia sekolah SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi.
Disamping itu, akan diusahakan peningkatan mutu yang dirasakan makin
menurun dewasa ini. Dengan sistem penyampaian yang baru, diharapkan
peserta didik menjadi manusia yang aktif, kreatif dan terampil
memecahkan masalahnya sendiri.
Adapun tujuan inovasi pendidikan di Indonesia pada umumnya adalah :
1. Lebih meratanya pelayanan pendidikan
2. Lebih serasinya kegiatan belajar
3. Lebih efisien dan ekonomisnya pendidikan
4. Lebih efektif dan efisiensinya sistem penyajian
5. Lebih lancar dan sempurnanya sistem informasi kebijakan
6. Lebih dihargainya unsur kebudayaan nasional
7. Lebih kokohnya kesadaran, identitas dan kesadaran nasional
8. Tumbuhnya masyarakat gemar belajar
9. Tersebarnya paket pendidikan yang memikat, mudah dicerna dan mudah
diperoleh
10. Meluasnya kesempatan kerja
C. Faktor-Faktor yang Mesti Diperhatikan dalam Inovasi Pendidikan
1. Guru
Guru adalah orang yang sanagat berpengaruh orang yang sangat
berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru harus
betul-betul membawa siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai. Guru
harus mampu mempengaruhi siswanya. Guru harus berpandangan luas dan
kriteria bagi seorang guru ialah harus memiliki kewibawaan karena dapat
memberikan suatu kekuatan yang dapat memberikan kesan dan pengaruh.
Dengan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa untuk mengadakan
pembaharuan dalam pendidikan, kita harus meningkatkan profesionalisme
guru.
2. Siswa
Siswa merupakan objek utama dalam proses belajar mengajar. Siswa
dididik oleh pengalaman belajar mereka, dan kualitas pendidikannya
bergantung pada pengalamannya, kualitas pengalaman-pengalaman,
sikap-sikap, temasuk sikap-sikapnya pada pendidikan. Dan belajar
dipengaruhi oleh orang yang dikaguminya. Oleh karena itu, dalam
mengadakan pembaharuan pendidikan, kita harus memperhatikannya dari segi
murid karena murid merupakan objek yang akan diarahkan.
3. Fasilitas
Proses belajar mengajar akan berjalan lancer kalau ditunjang oleh
sarana yang lengkap. Oleh karena masalah fasilitas merupakan masalah
yang esensial dalam pendidikan, maka dalam pembaharuan pendidikan kita
harus serempak pula memperbaharui mulai dari gedung sekolah sampai
kepada maslah yang paling dominan, yaitu alat peraga 9sebgai penjelasan
dalam penyampaikan pendidikan).
4. Program atau Tujuan
Dalam proses belajar mengajar kita harus mempunyai tujuan yang jelas.
Kita harus meniliti apa tujuan pendidikan nasional kita, apa pula
tujuan institusionalnya, kurikulernya sampai kepada tujuan yang sangat
sepesifik sekali telnologi informasi dan komunikasi.
Dalam pembaharuan pendidikan tidak akan berhasil kalau
mengenyampingkan masalah tujuan. Sebaliknya dengan memperjelas tujuan
akan lebih mudahlah kepada apa yang akan dilakukan.
5. Kurikulum
Kurikulum dalam arti yang luas adalah yang meliputi seluruh program
dan kehidupan dalam sekolah. Kurikulum sekolah dapat dipandang sebagai
bagian dari kehidupan. Oleh karena itu, kurikulum berpengaruh sekali
kepada maju mundurnya pendidikan. Apabila kita mengadakan suatu inovasi
dalam pendidikan, kita harus memperhatikan kurikulum yang sudah
dirumuskan. Kalau pendidikan diperbaharui, maka sudah barang tentu
(otomatis) kurikulumnya pun harus berubah. Kita tidak bisa mengadakan
pembaharuan tanpa perubahan pada kurikulum.
6. Lingkup Sosial Masyarakat
Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara
langsung terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak,
baik positif maupun negatif, dalam pelaksanaan pembahruan pendidikan.
Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja maupun
tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam
pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik teutama
masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan
masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan
bisa merusak apabila mereka tidak diberitahu atau dilibatkan.
Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan
membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam pelaksanakan inovasi
pendidikan.
D. Masalah-Masalah yang Menuntut Diadakan Inovasi
Pendidikan kita dewasa ini menghadapi berbagai tantangan dan
persoalan. Adapun masalah-masalah yang menuntut diadakan inovasi di
Indonesia, yaitu :
1. Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat dan sekaligus
bertambahnya keinginan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang
secara kumulatif menuntut tersedianya sarana pendidikan yang memadai.
2. Berkembangnya ilmu pengetahuan yang modern menghendaki dasar-dasar
pendidikan yang kokoh dan penguasaan kemampuan terus menerus dan dengan
demikian menuntut pendidikan yang lebih lama sesuai dengan konsep
pendidikan seumur hidup (long education).
3. Berkembangnya tekhnologi yang mempermudah manusia dalam menguasai
dan memanfaatkan alam dan lingkungannya, tetapi yang sering kali
ditangani sebagai suatu ancaman terhadap kelestarian peranan manusiawi.
Tantangan-tantangan di atas lebih berat lagi dirasakan karena
berbagai persoalan datang baik dari luar maupun dari dalam system
pendidikan itu sendiri, yaitu di antaranya :
1. Sumber-Sumber yang makin terbatas dan belum dimanfaatkannya sumber
yang ada secara efektif dan efisien.
2. Sistem pendidikan yang masih lemah dengan tujuan yang masih kabur,
kurikulumnya belum serasi, relevan, suasana belum menarik dan
sebagainya.
3. Pengelolaan pendidikan yang belum mekar dan mantap dan belum peka
terhadap perubahan dan tuntutan keadaan, baik masa kini maupun masa akan
datang.
Ini adalah contoh kasus masalah pendidikan di Indonesia :
Pendidikan manusia Indonesia sekarang ini dilanda krisis nilai yang
sangat berat. Beberapa tahun belakangan ini banyak terjadi fenomena yang
sangat mencoreng dan memalukan wajah manusia Indonesia.”Masih jelas
pada ingatan kita tentang pembongkaran kasus universitas fiktif dan
jual-beli gelar beberapa tahun lalu,” kata pemerhati pendidikan dari
Universitas Indonesia (UI) Prio Sambodho kepada Pembaruan di sela-sela
seminar “Membangun Indonesia Melalui Kewiraausahaan Sosial” di Jakarta,
Senin (21/11). Pembicara lain dalam seminar itu, antara lain Dwi
Tularsih Sukowati . Dari penyidikan yang dilakukan Badan Reserse
Kriminal Mabes Polri, 15.000 gelar palsu telah berpindah tangan sejak
tahun 2000 hingga 2005. Data lainnya menunjukkan bahwa jumlah pembeli
ijazah dan gelar palsu dapat mencapai 30.000 orang dari berbagai
universitas fiktif tersebut. Gelar yang dikeluarkan meliputi 1.060
doktor, 288 PhD, 2.900 MSc, dan minimal 100 untuk beberapa gelar
lainnya.
Untuk itu, dia mengimbau pemerintah melakukan reorientasi paradigma
dan desain model pembangunan pendidikan. Semua model pendidikan harus
diarahkan kepada pembangunan nilai dan budaya yang kuat. “Model
pembangunan dan kebijakan semutakhir dan secanggih apa pun tidak akan
berhasil bila tidak dilandasi oleh nilai dan kultur yang kuat. Sejarah
telah membuktikannya dan kita sebaiknya belajar darinya, agar pendidikan
kita menjadi education that educate, dalam makna yang sebenarnya,”
katanya.
Dijelaskan, model pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah masih
berlandasakan pada pendidikan dengan model rasionalis, yakni model
pembangunan pendidikan yang berorientasi pada standardisasi, formalisasi
yang tinggi, dan birokratisasi yang ketat dan kaku. “Model seperti ini
banyak digunakan oleh pemerintah negara-negara berkembang karena dengan
model ini pemerataan dan peningkatan kapasitas institusi pendidikan
dapat dilakukan dengan biaya yang relatif murah,” kata dia.
Paradigma pembangunan pendidikan seperti ini, papar Prio, berpotensi
menimbulkan kesalahan orientasi pada arti pembangunan pendidikan. Selama
ini, katanya, orientasi keberhasilan pendidikan selalu didasarkan pada
banyaknya murid yang dapat dimasukkan ke dalam sistem pendidikan formal.
“Selama angka tersebut terus meningkat, maka pembangunan dianggap telah
berhasil. Institusi pendidikan kemudian dianggap sebagai suatu ‘pabrik
raksasa’ yang akan mengolah secara massal orang-orang yang tidak
berpendidikan menjadi berpendidikan hanya dengan menyelesaikan suatu
proses yang sudah ditentukan, yaitu kurikulum pendidikan formal,”
terangnya.
Sementara itu, Dwi Tularsih Sukowati yang juga berasal dari UI
menyatakan pemerintah belum melaksanakan amanat UUD 1945 terkait pasal
pendidikan. UUD 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan setiap warga negara
berhak mendapatkan pengajaran. “Tetapi sesudah Indonesia merdeka selama
31 tahun, kenyataan yang ada sungguh ironis,” katanya. Dwi mengutip data
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menunjukkan angka buta aksara
penduduk Indonesia sampai dengan usia 15 tahun mencapai 12,1 persen,
sedangkan angka partisipasi kasar pendidikan dasar sampai menengah atas,
cuma 65 persen.Dwi menambahkan amendemen UUD 1945 pasal 31 (ayat 4)
menegaskan bahwa negara memprioritaskan dana untuk pendidikan
sekurang-kurangnya 20 persen dari total APBN dan APBD. “Tetapi
kenyataannya pada 2006, pemerintah hanya mampu mengalokasikan dana
pendidikan sebesar 9,3 persen. Sedangkan tahun 2007 sebesar 10,2 persen
dari total APBN. Inilah yang menjadi salah satu faktor mahalnya biaya
pendidikan untuk masyarakat. Belum lagi masalah kesenjangan pendidikan
antara pusat dan daerah,” katanya.
F. Kendala-Kendala dalam Inovasi Pendidikan
Kendala-kendala yang mempengaruhi keberhasilan usaha inovasi
pendidikan seperti inovasi kurikulum antara lain adalah :
1) Perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi.
2) Konflik dan motivasi yang kurang sehat.
3) Lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak
berkembangnya inovasi yang dihasilkan.
4) Keuangan (finacial) yang tidak terpenuhi penolakan dari sekelompok
tertentu atas hasil inovasi
5) Kurang adanya hubungan sosial dan publikasi (Subandiyah 1992:81).
Untuk menghindari masalah-masalah tersebut di atas, dan agar mau
berubah terutama sikap dan perilaku terhadap perubahan pendidikan yang
sedang dan akan dikembangkan, sehinga perubahan dan pembaharuan itu
diharapkan dapat berhasil dengan baik, maka guru, administrator, orang
tua siswa, dan masyarakat umumnya harus dilibatkan
G. Beberapa Upaya dalam Inovasi Pendidikan
1. Sistem PAMONG
Perkataan PAMONG sendiri adalah singkatan dari PEndidikan Anak oleh
Masyarakat, Orang Tua dan Guru dan telah dipergunakan sejak kegiatan
pencarian alternative atau pelngkap bagi pendidikan dasar pada umumnya,
proyek ini berawal dari proyek kerjasama antara BP3K Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan dengan SEAMO Regional “Innotech Centre”
(Innovation and Educational Technology) pada tahun 1974-1979. Lokasi
proyek ini terletak di Solo, Jawa Tengah. Pada dasarnya system ini
mengetengahkan peranan baru bagi guru dari pengajaran di muka kelas
menjadi pengelola kegiatan belajar. Sebagai pengelola ia harus dapat
meningkatkan kemampuannya,sehingga tidak lagi terbatas pada jumlah 40
orang murid yang di hadapi seperti lazimnya, tetapi diharapkan mampu
mengelola antara 80-100 orang. Murid-murid belajar sendiri ddengan
menggunakan modul yaitu suatu satuan pengajaran yang tercetak, dimana
pelajaran telah tersusun dan terprogram sedemikian rupa meliputi tujuan
pengajarn, informasi bahan, latihan dan riset, serta kegiatan praktikum,
tes dan umpah balik, serta ujian. Sehingga modul itu “ dapat mengajar
sendiri” Dengan demikian guru dapat mengalihkan kegiatan mengajar
menjadi supervise dan memberikan konsultasi kepada murid-murid.
Salah satu prinsip system SD PAMONG adalah bawhwa belajar dapat
berlangsung diberbagai tempat, artinya system SD PAMONG berusaha untuk
mengubah pandangan bahwa belajar hanya dapat terjadi di dalam gedung
sekolah dan bahwa jika anak putus sekolah juga berarti putus belajar.
Dengan demikian system SD PAMONG di samping merupakan usaha serta
kegiatan lain untuk meningkatkan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan, juga berusaha menciptakan wadah dan kesempatan bagi anak
yang karena satu dan lain hal; terpaksa tidak dapat belajar di sekolah
biasa
2. Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Tujuan proyek KKN adalah melengkapi para mahasiswa dengan pengalaman
praktis tentang kebutuhan dan masalah pembangunan masyarakat pedesaan,
serta penyediaan tenaga kerja terdidik untuk pembangunan di 58.000 desa
yang tersebar di seluruh Indonesia. Rencana tersebut dimulai tahun 1971
atau 1972 oleh 3 universitas yang merintis melaksanakan proyek tersebut.
Mnurut rencana tahun 1975 atau 1976 sebanyak 28 Lembaga Pendidikan
Tinggi sudah bergiat dengan KKN dan selanjutnya seluruh mahasiswa di
tingkat terakhir kurang lebih sebanyak 23.000 orang setahunnya akan
terlibat kegiatan KKN. Jelas bahwa KKN akan menyediakan tenaga-tenaga
akademik yang terampil, berpengalaman langsung secara praktis tentang
kebutuhan dan masalah pembangunan masyarakat pedesaan dan bukan sekedar
berpengetahuan teori dari bangku kuliah saja.
3. Program Penerimaan Bakat
Proyek ini bertujuan untuk membantu murid dan mahasiswa yang berbakat
serta berprestasi tinggi dalam belajar. Bantuan dan beasiswa diberikan
kepada pelajar di setiap jenis dan tingkat pendidikan. Adapun
persyaratan untuk memperoleh beasiswa ialah mahasiswa yang mempunyai
bakat yang menonjol, berprestasi tinggi tedtpi ekonominya lemah.
Penilaian didasarkan atas prinsip kesempatan yang sama dan dilaksanakan
secara sktoral. Selain beasiswa, program ini juga memberikan bantuan
dalam bentuk buku-buku dan sebagainya. Kini di Indonesia telah terdapat
berbagai badan yang memberikan beasiswa kepada siswa-siswa, seperti Supe
Semar yang dalam REpelita selanjutnya memberikan bantuan khusus kepada
anak yang berbakat istimewa.
4. Proyek Pendidikan Guru
Proyek ini sebagai bagian dari suatu kerangka menyeluruh dari karir
guru, tidak hanya meliputi pendidikannya tetapi juga pengabdiannya
terhadap masyarakat dan pendidikan profesionalisme yang didukung oleh
suatu penelitian. Tujuan proyek ini ialah dimilikinya lembaga pendidikan
guru untuk segala jenis dan tingkat, baik yang bersifat in-service
maupun pre-service yang terkoordinsasi dalam suatu jaringan yang saling
mengisi. Proyek tersebut direncanakan akan mampu mendorong secara mantap
perkembangan pendidikan guru, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif, terutama kurikulumnya. Oleh karena itu, proyek akan
menyusun suatu rencana kemudian mengujinya, jika diperlukan akan
diadakan perubahan penyempurnaan terhadap disain tersebut sehingga
guru-guru mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan kurikulum yang baru.
Selain itu proyek ini akan menggunakan pendekatan dan metode pendidikan
guru secara konsisten sesuai dengan sekolah-sekolah yang bersangkutan.
5. Model Pembaharuan pada Sekolah Menengah Umum
Kegiatan konsultasi untuk pengembangan model Sekolah Menengah Umum
yang semula adalah untuk menciptakan beberapa sekolah model untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus. Namun, kemudian tim konsultan
ditugaskan untuk menangani kegiatan ini bersama-sama dengan staf
Dikmenum dan semua menyetujui bahwa konsep sekolah model yang lama tidak
efektif dalam melaksanakan pengembangan sekolah. Konsep baru bagi model
“pengembangan sekolah” telah didiskusikan oleh para konsultan
Internasional, konsultan Nasional dan staf Dikmenum. Konsep “model” yang
tradisional bergantung kepada gambaran sekolah yang sangat baik dan
memperoleh tambahan input (uang, pelatihan, fasilitas dan sumber
pembelajaran) menciptakan adanya model yang bagus yang akan ditiru oleh
sekolah lain. Masalah yang terlihat jelas untuk pendekatan ini adalah
bahwa sekolah biasa akan sulit untuk diubah menjadi sekolah yang bagus
apalagi menjadi sekolah model. Masalah kedua adalah apabila input yang
sama tidak diterapkan pada sekolah biasa, peniruan model tidak akan
difasilitasi. Untuk lebih jelasnya mengenai hal ini lihat Lampiran A.
Sebagai alternatif, mereka yang terlibat dalam sekolah model memilih
untuk merencanakan langkah yang berbeda dalam pembuatan konsep
pengembangan sekolah “model”. Kunjungan ke beberapa sekolah di wilayah
yang berbeda oleh para konsultan membawa hasil akan kayanya informasi
mengenai prakarsa Sekolah Menengah Umum yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan sekolah setempat. Usaha inovatif ini menunjukkan bahwa
kemampuan untuk meningkatkan mutu sekolah basisnya ada pada tingkat
sekolah. Dari sini jelas sekali terlihat oleh para konsultan, bahwa
sekolah yang mengalami peningkatan dan pengembangan adalah yang dapat
mewakili model pengembangan sekolah. Fokusnya adalah pada “proses” yang
dialami oleh sekolah ketika mutu pendidikan meningkat. Apa yang terjadi
di dalam sekolah yang membuat adanya pergeseran menuju kepada sekolah
yang lebih efektif ? Dari sudut pandang ini konsep “model” pengembangan
sekolah muncul. Perhatian kami ditujukan pada identifikasi apa yang
terjadi di sekolah yang mengalami peningkatan atau perkembangan.
Diagram I. Model Pembaharuan untuk Pengembangan Sekolah
Salah satu keuntungan dari model ini adalah apabila sekolah sudah
mencapai tingkat-tingkat komunikasi terbuka yang optimal dan pengambilan
keputusan bersama, sekolah dapat menjadi mandiri. Hal ini secara tidak
langsung menyatakan bahwa kepala sekolah berfungsi sebagai koordinator
pada fungsi sekolah yang berbeda. Masalah utama adalah arah pengembangan
sekolah dan identifikasi sumber keuangan untuk membantu pengembangan
sekolah yang dapat berjalan terus menerus dalam kegiatan kepala sekolah.
Dalam sistem pendidikan di mana kepala sekolah secara periodik diganti,
pendekatan ini membuat pengembangan sekolah dapat tetap dilanjutkan
meskipun kepala sekolah yang baru, baru diperkenalkan dengan sekolahnya.
Model ini merupakan tinjauan yang menyeluruh terhadap semua yang
terlibat dalam proses pengembangan kondisi untuk pembaharuan di sekolah.
Ketika Sekolah Menengah Umum berjalan menuju peningkatan mutu berbasis
sekolah) hal ini menunjukkan kepada sekolah bahwa proses pengembangan
akan tercapai.
6. Sistem KBK dalam Perkuliahan
Tuntutan KBK, bagi dosen mampu memformulasikan komponen desain
instruksional, penguasaan materi dan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) sebagai sarana pembelajaran yang terintegrasi dalam
upaya mengembangkan semua potensi mahasiswa. Konsekuensinya, inovasi dan
kreatifitas dosen dalam mengembangkan model-model pembelajaran sangat
dibutuhkan dalam rangka menghasilkan peserta didik yang sanggup bersaing
di era globalisasi. Salah satu model yang berkembang melalui problem
based learning (PBL), bersifat dinamis berbasis pemecahan masalah,
interaktif dan kemajuan belajar yang didasarkan pada penguasaan
kompetensi serta produktif Sebagai dasar acuannya. Untuk itu, hendaknya
dosen pertama, memfasilitasi sumber belajar baik berupa buku rujukan,
hand-out kuliah, journal, bahan kuliah yang berasal dari hasil
penelitian dan waktu yang memadai kepada peserta belajar. Kedua,
memotivasi mahasiswa dengan memberi perhatian cukup kepada mahasiswa.
Memberi materi yang relevan dengan tingkat kemampuan mahasiswa dan
dengan situasi yang kontektual. Memberi semangat dan kepercayaan pada
mahasiswa bahwa ia dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Memberi
kepuasan pada mahasiswa terhadap pembelajaran yang kita jalankan.
Ketiga, memberi tutorial yakni pada tataran menunjukkan jalan/cara/
metode yang dapat membantu mahasiswa menelusuri dan menemukan
penyelesaian masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Keempat,
memberi umpan balik sebagai bentuk monitoring dan mengkoreksi jalan
pikiran/hasil kinerjanya agar mencapai sasaran yang optimum sesuai
kemampuannya.