1.
Maksud Pengarang
Butir
pertama dari keenam untaian membaca interpretative adalah menafsirkan maksud
pengarang. Seorang pengarang menulis sesuatu untuk dibaca orang lain. Sadar
tidak sadar sebenarnya si pengarang mempunyai maksud-maksud tertentu dengan
karyanya itu.
Secara
garis besarnya karya tulis dapat berupa :
- Narasi.
- Deskripsi
- Persuasi.
- Ekposisi.
Pengklasifikasian
karya tulis dapat pula dilakukan berdasarkan nada (voice) adalah sebagai
berikut ini :
a)
Nada akrab.
Tulisan
yang bernada akrab membuahkan tulisan yang bersifat pribadi. Tulisan pribadi
adalah suatu bentuk tulisan yang memberikan sesuatu yang paling menyenangkan
dalam penjelajahan diri pribadi sang penulis.
Karena
bebas dari sifat-sifat keresmian, maka tulisan pribadi itu memang haruslah :
a)
Hidup, bersemangat.
b)
Lincah, cemerlang.
c)
Menarik, memikat, mempesona.
d)
Menyegarkan.
Dan selanjutnya tulisan pribadi sudah
tentu dapat pula :
a)
Ramah, tidak formal.
b)
Berapi-api penuh semangat.
c)
Riang-ria.
d)
Penuh cerita.
e)
Tanpa bayak perulangan, serta
pemakaian paralinguistic yang relative sedikit.
b)
Nada penerangan.
Pengalaman
adalah guru yang baik, atau hidup adalah pengalaman, merupakan ungkapan yang
sering kita dengar dari orang tua. Tulisan itu biasanya bernada penerangan,
bersifat imformatif dan membuahkan tulisan yang bersifat deskriptif, bersifat
memerikan.
|
PEMERIAN FAKTUAL
|
PEMERIAN PRIBADI
|
TUJUAN
|
Menyajikan imformasi
|
Menyajikan kesan
|
PENDEKATAN
|
Objektif ; tidak memihak
|
Subjektif ; interpretative
|
DAYA TARIK
|
Pada pengertian
|
Pada perasaan
|
NADA
|
Seadanya ; tidak berbelit
|
Emosional
|
CAKUPAN
|
Lengkap ; pasti
|
Selektif
|
BAHASA
|
Sederhana ; jelas
|
Kaya, sugestif
|
PENGGUNAAN
|
Karya tulis dalam ilmu pengetahuan, industri,
pemerintahan, profesi-profesi, bisnis perusahaan.
|
Novel, cerita pendek, drama/sandiwara, puisi,
cerita pribadi, beberapa esei.
|
( Perbedaan utama antara pemerian factual dan pemerian pribadi )
c)
Nada menjelaskan.
Tulisan
yang bernada penjelasan ( the explanatory evoice ) biasanya disebut tulisan
penyingkapan berbeda dari tulisan yang bernada penerangan, karena tujuannya
tidak hanya sekedar menceritakan, memerikan ataupun meyakinkan, tetapi justru
menjelaskan sesuatu pada pembaca.
Setelah membaca
|
Pembaca memberi responsi
|
NARASI
|
Kami menikmatinya
|
DESKRIPSI
|
Kami melihat, mendengar, dan merasakannya
|
PERSUASI
|
Kami meyakininya, mempercayainya
|
EKSPOSISI
|
Kami mengerti, memehaminya
|
( Perbedaan response pembaca setelah membaca beberapa jenis karya
tulis )
d)
Nada mendebat.
Bila
pengarang mempergunakan nada mendebat atau nada argumentative maka hasilnya
adalah karya tulis persuatif. Persuasi adalah karya yang bertujuan meyakinkan
para pembaca. Untuk mencapai
tujuan itu maka dituntut beberapa kualitas, antara lain :
a)
Tulisan persuasif haruslah
jelas dan tertib.
b) Tulisan persuatif haruslah hidup dan besemangat.
c)
Tulisan persuasif haruslah
beralasan kuat, mempunyai argument-argumen yang logis.
d)
Tulisan persuatif haruslah
bersifat dramatic.
e)
Nada mengkritik.
Tulisan
bernada mengkritik menghasilkan tulisan mengenai sastra. Tulisan yang bernada
kritik ini bertujuan menilai atau mengevaluasi karya sastra. Dalam usaha
menulis karya sastra yang bernada kritik yang bertujuan mengevaluasi karya
sastra, maka mau tak mau kita harus banyak membaca serta benar-benar memahami
aneka aspek sastra, dan khususnya aneka aspek fiksi yang telah dirangkum dalam
table berikut ini :
Pertanyaan
|
Bidang
|
Masalah
|
Siapa ?
|
Tokoh
|
Fungsi, cirri, keterpercayaan pada tokoh
|
Apa ?
|
Alur
|
Jalan cerita : mula-tengah-akhir
|
Di mana ?
|
Latar
|
Tempat dan lingkungan terjadinya cerita
|
Bila ?
|
Waktu
|
Struktur waktu penampilan cerita
|
Mengapa ?
|
Tema
|
Ide pokok yang disampaikan melalui tokoh dan alur cerita
|
Bagaimana ?
|
Teknik
|
Penggunaan sarana bahasa untuk memperoleh efek
|
( Aneka aspek fiksi )
f)
Nada kewenangan.
Tulisan
yang bernada kewenangan atau yang bernada otoritatif menghasilkan karya ilmiah.
Tujuan karya ilmiah, yang bernada otoritatif ini ialah mencapai suatu gelar
tertentu. Tahap-tahap yang harus dilalui tulisan ilmiah adalah sebgai berikut :
a)
Memilih topic.
b)
Membaca pendahuluan.
c)
Menentukan bibliografi
pendahuluan.
d)
Membuat kerangka pendahuluan.
e)
Membuat catatan.
f)
Menysun kerangka akhir.
g)
Menyusun naskah pertama.
h)
Mengadakan revisi.
i)
Menyusun naskah akhir.
j)
Mengoreksi catatan percobaan.
k)
Mencetak karya tersebut.
2.
Fakta atau Fiksi
Butir
kedua dari keenam untaian membaca interpretative adalah keterampilan mengenai
perbedaan antara fakta dan fiksi. Kesimpulannya ialah bahwa cerita non fiksi
bersifat aktualitas. Aktualitas adalah apa-apa yang benar-benar terjadi
sedangkan realitas adalah apa-apa yang dapat terjadi tetapi belum tentu
terjadi.
Dalam
peneulisan cerita fiksi perlu diperhatikan prinsip-prinsip teknis berikut ini :
a)
Permulaan dan eksposisi.
b)
Pemerian dan latar.
c)
Suasana.
d)
Pilihan dan saran.
e)
Saat penting.
f)
Klimaks.
g)
Konflik.
h)
Komplikasi.
i)
Pola atau model.
j)
Kesudahan ; kesimpulan.
k)
Tokoh dan aksi.
l)
Pusat minat.
m)
Pusat tokoh.
n)
Pusat narasi.
o)
Jarak.
p)
Skala.
q)
Langkah.
Khusus
bagi fiksi cerita pendek, maka unsur-unsur berikut ini haruslah dimiliki antara
lain :
a)
Tema.
b)
Plot, perangkap, atau konflik
dramatic.
c)
Pelukisan watak.
d)
Ketegangan dan pembayangan.
e)
Kesegaran dan suasana.
f)
Sudut pandang ; point of view.
g)
Focus terbatas dan kesatuan.
Sedangkan dari segi cara
pembuatan fiksi, perlu diperhatikan hal-hal berikut ini :
a)
Pemilihan ; penyaringan.
b)
Focus ; pusat.
c)
Sudut pandang.
d)
Gaya.
e)
Eksposisi, penyingkapan.
f)
Gerakan.
g)
Konflik ; pertentanan.
3.
Sifat-sifat Tokoh
Butir
ketiga dari keenam untaian membaca interpretative adalah keterampilan
menapsirkan sifat-sifat, cirri-ciri tokoh. Ciri-ciri atau sifat yang
dibicarakan pada permulaan haruslah dibatasi denga baik yang berikutnya sudah
boleh beranjak kepada yang lebih halus.
Bobot
hakekat kemanusiaan diekspresikan sebagai berikut :
a)
Kebutuhan-kebutuhan akan
hubungan ( mengadakan kontak dengan orang lain dan alam sekitar ).
b) Transdens ( berpisah dari orang lain dan
benda-benda ).
c)
Ketergantungan ( mempunyai rasa
rindu ).
d) Identitas ( mengenali dan mengetahui siapa
dan apa seseorang/sesuatu itu ).
e)
Kerangka acuan ( mempunyai cara
yang stabil untuk mengenal dan memahami dunia).
Berdasarkan klasifikasi
cirri-cirinya, maka setiap pribadi mempunyai orientasi tertentu. Orientasi yang
terpenting adalah :
a) Orientasi reseptif atau orientasi mau
menerima saja.
b) Orientasi eksploitatif atau orientasi yang
bersifat memeras.
c) Orientasi penimbunan atau orientasi yang
bersifat memupuk atau menimbun.
d)
Orientasi perdagangan.
e)
Orientasi produktif
4.
Reaksi Emosional
Butir
keempat dari untaian kegiatan membaca interpretatifadalah melatih keterampilan
menapsirkan reaksi emosional sesuatu karya tulis. Pembicaraan kita dipusatkan
pada dua aspek reaksi emosional, yaitu :
·
Reaksi emosional sang pembaca
pada aneka tipe karya sastra.
·
Reaksi-reaksi emosional
terhadap para tokoh di dalam karya sastra itu.
Agar maksud dan tujuan kita
tercapai, serta menambah kejelian kita terhadap reaksi-reaksi emosional itu,
maka berikut ini akan disinggung secara sepintas bagaimana caranya emosi
mempengaruhi penyesuaian-penyesuain personal dan social anak-anak, dan
cirri-ciri khas emosi tersebut.
Mengenai hal ini ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, antara lain sebagai berikut ini :
a)
Emosi dapat menambah kesenangan
terhadap pengalaman sehari-hari.
b)
Emosi mempersiapkan tubuh kita
untuk peran tertentu.
c)
Ketegangan emosi mengganggu
keterampilan motoris.
d)
Emosi dapat bertindak sebagai
suatu bentuk komunikasi.
e)
Emosi
dapat mengganggu kegiatan-kegiatan mental.
f)
Emosi dapat bertindak sebagai
sumber-sumber penilaian social.
g)
Emosi dapat mewarnai pandangan
dan harapan anak-anak.
h)
Emosi mempengaruhi interaksi
social.
i)
Emosi meninggalkan dampaknya
pada ekspresi wajah air muka.
j)
Emosi dapat mempengaruhi iklim
psikologis.
k)
Respon-respon
emosional kalau berulang-ulang dapat berkembang.
5.
Gaya Bahasa
Keterampilan
dan kemampuan menapsirkan gaya
bahasa dan bahasa kias merupakan butir kelima dari kegiatan membaca interpretatif.
Keterampilan pengarang memangfaatkan bahas untuk menciptakan nada dan suasana
yang tepat guna dapat memukau para pembaca. Keterampilan ini merupakan salah
satu modal utama bagi pengarang. Berbagai gaya
bahasa dapat dimangfaatkan untuk mencapai tujuan pengarang, antara lain :
a)
Aliterasi
( pengulangan bunyi-bunyi yang sama ).
b)
Antanaklasis ( pengulangan kata
yang sama dengan makna yang berbeda ).
c)
Antitesis ( perbandingan dua
buah kata yang berantonim,yang berawalan makna ).
d)
Kiasmus ( pengulangan serta
inverse hubungan antara dua kata dalam kalimat ).
e)
Oksimoron ( pembentukan suatu
hubungan sintaksis antara dua buah antonym ).
f)
Paralipsis ( suatu rumusan yang
dipergunakan untuk mengumumkan bahwa seseorang tidak menyatakan apa yang
dikatakannya dalam kalimat itu sendiri ).
g)
Paronomasia ( penjajaran
kata-kata yang bersamaan bunyi tetapi berbeda makna ).
h)
Silepsis ( penggunaan sebuah
kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan berpartisipasi dalamlebih dari
satu konstruksi sintaksis ).
i)
Zeugma ( koordinasi
ketatabahasaan dua kata yang mempunyai makana yang berbeda).
6.
Dampak Cerita
Butir
keenam dari untaian kegiatan membaca interpretative menyangkut masalah dampak
cerita, suatu keterampilan meramalkan aneka dampak yang mungkin dihasiklan oleh
sesuatu cerita.
Biasanya
setiap cerita dapat dibagi atas lima
bagian, yaitu :
a)
Situation
( pengarang mulai melukiskan suatu keadaan atau situasi )
b)
Generating circumstances (
peristiwa yang bersangkutpaut )
c)
Rising action ( keadaan muali
memuncak )
d)
Climax (peristiwa-peristiwa
mulai memuncak )
e)
Denouement ( pengarang
memberikan pemecahan soal dari peristiwa)
7.
Aneka Tujuan
Dengan
kegiatan membaca interpretative ini, ada beberapa tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan-tujuan itu adalah :
Tujuan tingkat A-C adalah agar para siswa
dapat :
·
Mempertimbangkan, memikirkan
maksud dan tujuan sang pengarang.
·
Memperhatikan realitas atau
fantasi.
·
Memperhatikan sifat-sifat dan
motif para tokoh.
·
Memperhatikan reaksi-reaksi
emosional.
·
Memperhatikan tamsil-tamsil
yang berhubungan dengan pancaindra.
·
Meramalkan pengaruh, akibat,
dampak cerita.
Tujuan tingkat D-E adalah agar para siswa
dapat :
·
Menentukan
tujuan dan sikap sang pengarang.
·
Menetapkan fakta atau fiksi.
·
Menentukan sifat-sifat dan
perubahan-perubahan para tokoh.
·
Memperhatikan reaksi-reaksi
emosional para tokoh.
·
Memperhatikan gaya bahasa, bahasa kias yang terdapat pada
bacaan.
·
Meramalkan pengaruh atau
dampak-dampak cerita.
Tujuan tingkat F-G adalah gar para siswa
dapat :
·
Mempertimbangkan, memikirkan
pendapat sang penulis.
·
Menentukan
unsure-unsur fakta atau fiksi.
·
Menentukan serta
memperbandingkan sifat-sifat, sikap-sikap, perubahan-perubahan dan motif-motif
para tokoh.
·
Mengenali reaksi-reaksi
emosional para tokoh.
·
Memperhatikan penggunaan kata-kata
yang bermakna konotatif dan denotative.
·
Meramalkan dampak-dampak bahan
bacaan.
No comments:
Post a Comment