Teori perkembangan
Pertumbuhan
adalah perubahan secara psikologis sebagai hasil dari kematangan
fungsi-fungsi fisik yanng berlangsung secara normal pada anak sehat
dalam waktu tertentu. Contohnya bertanbah tinggi, banyak tulang 9tang
behubunngan denngan jasmani). Sedangkan perkembangan : proses kematangan
fungsi-fungsi non fisik. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan :
- Sebelum lahir
- Ketika lahir
- Sesudah lahir
- Psikologis
Perkembangan adalah proses kematangan fungsi-fungsi non fisik. Faktor yang mempengaruhi perkembangan seorang anak :
- Keturunan (warisan)
- Lingkungan
- Kematangan fungsi organis dan psikis
- Aktivitas anak itu sendiri sebagai objek yang berkemauan
Teori dinamika perkembangan mengatakan bahwa : Dalam
organisme yang hidup itu selalu ada usaha yang positif. Organisme itu
memiliki mmesin kapasitas impus tertentu yang dipakai untuk memobilisasi
semua kemampuan agar berfungsi dan dapat dimanfaatkan. Perkembangan pada manusia memerlukan stimulus dan pada tumbuhan secara psikis. Pembagian fase-fase perkembangan
1) Menurut Aristoteles
Perkembangan dibagi menjadi tiga bagian
Ø Periode I : umur 0 s/d 7 tahun (masa anak kecil/bermain)
Ø Peripde II : umur 7 s/d 14 tahun (masa anak-anak, masa belajar
Ø Periode II : umur 14 s/d 21 tahun (masa remaja/pubertas)
Periode I dan II ditandai dengan adanya gejala lepasnya gigi, dan periode II da III ditandai dengan adanya gejala pubertas
2) Menurut Chartotle Buhtar
Perkembanagn menjadi 5 fase :
Ø 0 - 1 tahun : masa menghayati objek-objek diluar dirinya sendiri
Ø 2 - 4 tahun : masa pengenalan dunia objektif diluar dirinya disertai penghayatan subjektif
Ø 5 – 6 tahun : masa sosialisasi anak/ pergaulan dengan kawan-kawannya
Ø 9 – 11 tahun : masa sekolag rendah, anak mencapai objektifitas tinggi (masa mencoba)
Ø 14 – 19 tahun : masa tercapainya sintese antara sikap dalam batin sendiri dengan sikap keluar pada dunia objektif.
3) Menurut Konstamm
Membagi menjadi 5 fase :
Ø Masa bayi (vital)
Ø Masa anak kecil (estesis)
Ø Masa anak sekolah (intelektual)
Ø Masa pubertas (sosial)
Ø Manusia yang sudah matang
4) Menurut Oswald Kroh
Ø 0-4 tahun : masa kanak-kanak (trotzalter 1) yaitu masa menentang ditandai perubahan tingkah laku dan prilaku pada anak.
Ø 4-14 tahun masa sekolah/keserasian (trotzalter 2). 13-14 tahun : masa melawan
Ø 14-19 tahun : masa kematangan
5) Menurut Hackel
Ø Samapi kira-kira anak 5-8 tahun masa perampakan yaitu :senang menangkap hewan-hewan kecil perburuan.kejar-kejaran
Ø 8-10 tahun : anak dimulai dengan senang pengembalaan yaitu memelihata ikan, burung dan lain-lain
Ø 11-13 tahun : masa menanam/pertanian
Ø 13-14 tahun : masa perdagangan
6) Menurut William Stern
Ø 2-7 tahun : kehidupan bangsa alam
Ø 21 tahun : seorang yang sudah dewasa
Oeang dewasa ialah bisa mengontrol diri, patuh pada kedisiplinan, kejujuran dan keberanian. Memandang dari segi pendidikan :
Ø 0-6 tahun : periode sekolah (ibu)
Ø 6-18 tahun : periode sekolah (bahasa ibu)
Ø 12-18 tahun :periode latin (bahasa Indonesia, bahasa Inggris)
Ø 18-24 tahun : periode universita
Prinsip – pronsip perubahan.
Ciri – ciri perubahan/perkembangan :
Pertumbuhan sebagai proses menjadi. Perpaduan antara golongan – golongan mempertahankan diri dan pengembangan diri. Individualitas anak dan perbedaan individu. Anak sebagai makhluk sosial. Hukum kompergensi. Pemenuhan kebutuhan sebagai dinamis dan aktivitas anak. Penggunaan fungsi-fungsi secara spontan sebagai kemampuan tumbuh. Tempo dan fitme perkembangan anak. Kematangan dan masa peka. Perkembangan sebagai proses diperensiasi. Masa tlotsalter.(Periode 1: 3-4 thn. Periode 2 :12-13) Perjuang sebagai ciri perjuanagn.
Pemulihan diri dan revisi terhadap kebiasaan.. Faktor – faktor perkembangan. Faktor idibiliter atau faktor bawaan sejak lahir. Faktor lingkungan sekitar. Diperlancar oleh usaha belajar.
Perkembangan Psikologi Anak Dalam Kehidupan Sosial
Perbedaan
fase perkembangan status sosial di dunia anak-anak dalam persahabatan
dan mendapatkan kawan bermain di lingkungan sekolah dan di luar
lingkungan sekolah, berbeda dengan pengertian persahabatan yang terjadi
pada orang dewasa, untuk orang dewasa persahabatan adalah suatu ikatan
relasi dengan orang lain, di mana kepercayaan, pengertian, pengorbanan
dan saling membantu satu sama lainnya akan terjalin dalam periode yang
lama, sedangkan di dunia anak-anak tidak seperti halnya yang terjadi
pada orang dewasa, di dunia anak-anak persahabatan terjalin tidak untuk
waktu yang lama, terkadang bila terjadi masalah yang kecil saja, jalinan
persahabatan tersebut akan terputus.
Ada dua metode penelitian untuk mengetahui arti persahabatan dan kawan bermain di dalam dunia anak-anak:
1.Dengan cara kita mengajukan beberapa pertanyaan, seperti ;
Siapa teman dekatmu ? kenapa dia ? apa yang kamu senangi dari dia ?
2.Dengan
cara kita bercerita tentang persahabatan, kemudian kedua orang sahabat
tersebut bertengkar karena mereka tidak dapat menyelesaikan masalahnya
dengan baik.
Dari
kedua metode tersebut, metode yang nomor dua kita akan banyak
mendapatkan informasi, kemudian kita ajukan pertanyaan kepada anak ;
Harus bagaimanakah situasi itu diselesaikan ? Dari
banyak informasi yang diberikan anak tersebut, kita akan mendapatkan
kesimpulan yang kita bagi dalam beberapa fase, seperti ; Fase Pertama ; - Teman untuk bermain Teman bermain untuk usia anak antara 5 sampai 7 tahun. Bagi
mereka, teman adalah seseorang yang mempunyai mainan yang menarik yang
tempat tinggalnya dekat di sekitar mereka, dan mereka mempunyai
ketertarikkan yang sama. Kepribadian
dari teman tersebut tidak menjadi masalah, yang terpenting bagi mereka
adalah kegiatan dan mainan apa yang mereka miliki, persahabatan mereka
akan terputus apabila salah seorang dari anak tersebut tidak mau bermain
lagi dengan anak lainnya karena kejenuhan dan kebosanan, persahabatan
mereka akan secepat mungkin terputus dan terbina kembali begitu saja.
Contoh percakapan yang sering kita temui pada anak-anak usia 5 sampai 7
tahun, antara lain mengenai berbagi makanan, misalnya ; “Kalau kamu memberi saya coklat, kamu temanku lagi” Dalam
usia ini mereka dengan gampangnya mengatakan tentang berteman, biasanya
percakapan mereka dimulai dengan perkataan “namamu siapa ? dan
namaku......” dan mereka bisa begitu saja berteman setelah saling
mengetahui nama masing-masing.
Fase Kedua –
Teman untuk bersama Teman bermain dan membangun kepercayaan, untuk usia anak antara 8 sampai 10 tahun. Dalam
usia mereka ini, pengertian teman sedikit lebih luas dari pada fase
pertama, karena arti teman bagi mereka sudah melangkah ke perasaan
saling percaya, saling membutuhkan dan saling mengunjungi. Dalam
fase ini seorang anak untuk mendapatkan teman tidak segampang anak pada
fase pertama, karena mereka harus ada kemauan berteman dari kedua belah
pihak. Mereka tidak akan mau berteman lagi setelah di antara mereka timbul masalah, seperti ;
- Salah seorang di antara mereka ada yang melanggar janji ;
- Salah seorang di antara mereka ada yang terkena gosip ;
- Salah seorang di antara mereka tidak mau membantu, disaat temannya tersebut membutuhkan pertolongan.
Percakapan yang sering kita temui pada fase kedua ini, misalnya ; “Kenapa kamu pilih dia sebagai temanmu ?” Dalam
fase ini, seorang anak tidak mudah menjalin persahabatan, biasanya
persahabatan tersebut terjadi setelah beberapa saat mereka saling
mengenal baik baru mereka akan menjalinnya, kadang persahabatan mereka
bisa sampai usia dewasa, kadang juga terputus tergantung factor apa yang
terjadi selama persahabatan mereka.
Fase Ketiga –
Persahabatan yang penuh dengan saling pengertian Terjadi
pada anak usia 11 sampai 15 tahun, bagi mereka arti teman tidak hanya
sekedar untuk bermain saja, di sini seorang teman harus juga bisa
berfungsi sebagai tempat berbagi pikiran, perasaan dan pengertian. Pada
fase ini persahabatan memasuki stadium yang sangat pribadi, karena pada
umumnya mereka sedang mengalami masa puber dengan permasalahan
psikologis seperti ; depresi, rasa takut, problem di rumah, atau problem
keuangan yang terjadi pada mereka, biasanya mereka lebih tahu
permasalahan psikologis tersebut dibandingkan dengan orang tua mereka
sendiri. Persahabatan
pada fase ini bisa berubah seiring dengan berjalannya usia mereka, dari
sekedar teman bermain, kemudian berkembang menjadi teman berbagi
kepercayaan dan teman berbagi emosi.
Persahabatan tersebut biasanya terputus karena salah seorang dari mereka pindah rumah atau melanjutkan sekolah di kota lain. Percakapan di antara mereka yang sering kita dengar pada fase ini, misalnya ; “Kita
butuh teman yang baik, karena kita bisa berbagi ceritera di mana orang
lain tidak perlu tahu, teman yang baik akan memberi nasihat atau jalan
keluar yang terbaik”. Pentingnya Persahabatan Untuk Perkembangan Sosial anak-anak Populer atau Tidak Populer dan Apa Akibatny
Di
dalam lingkungan sekolah dasar, biasanya ada anak yang populer dan
tidak populer, baik anak tersebut lebih menonjol karena kepintaranya
atau pun karena hal yang lainnya. Mereka
mendapat perhatian lebih, seperti selalu diundang dan hadir di pesta
ulang tahun temannya sedangkan yang tidak populer tidak pernah diundang. Untuk
mengetahui lebih jauh tentang hubungan sosial anak populer dan tidak
populer di dalam kelas, seorang guru atau kita, dapat mengajukan
beberapa pertanyaan kepada mereka, seperti ;
- Dengan siapa kamu mau pergi tamasya ?
- Dengan siapa kamu mau duduk ?
Ternyata
anak populer lebih banyak disebut dan anak tidak populer jarang atau
sama sekali tidak disebut. Untuk lebih mengetahui anak populer dan tidak
populer, pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dikembangkan lagi dengan
pertanyaan-pertanyaan negatif dan pertanyaan pertanyaan positif. Dengan
pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita bisa lebih cepat mengetahui mana
anak populer dan mana anak yang tidak populer dan juga kita bisa lebih
cepat mengetahui serta membantu mengatasi problem si anak pada stadium
yang masih belum terlalu jauh.
Dengan cara tersebut, pada akhirnya kita bisa membedakan Perkembangan anak secara berurutan, seperti ;
1. anak-anak yang menyandang bintang sosiometris Bintang
sosiometris, artinya mereka paling banyak disebut sisi positifnya dari
pada sisi negatifnya, biasanya mereka disenangi dan diakui oleh
teman-temannya sedikit dari mereka yang menyandang bintang sosiometris
ini merasa terasingkan.
2. anak-anak yang biasa Biasanya
mereka tidak begitu populer dibandingkan dengan bintang sosiometris,
tetapi mereka lebih banyak disebut sisi positifnya dan sedikit disebut
sisi negatifnya.
3. anak-anak yang terisolir Biasanya
mereka tidak disebut sisi positifnya dan juga tidak disebut sisi
negatifnya, sepertinya anak terisolir tersebut tidak terlihat oleh
teman-temannya.
4. anak-anak yang terasingkan Biasanya
mereka oleh anak-anak yang lain diasingkan dan tidak diakui sebagai
teman, mereka biasanya sedikit sekali disebut sisi positifnya dan lebih
banyak disebut sisi negatifnya.
Dari
urutan-urutan di atas, kita sebagai orang tua harus cepat tanggap dan
tidak ragu untuk bertanya kepada guru di sekolah, bagaimana Perkembangan
psikologi anak di lingkungan sekolah, hal tersebut dilakukan untuk
membandingkan Perkembangan psikologi anak di lingkungan rumah dan di
lingkungan sekolah, supaya kita dapat secepatnya menelusuri dan
mengetahui apakah anak kita mempunyai masalah dalam dirinya yang tidak
berani diungkapkan kepada kita sebagai orang tuanya dan kita bisa dengan
cepat menangani serta membantu memecahkan masalah si anak tersebut,
sebelum masalah anak tersebut terlanjur merubah sifat dan karekter si
anak. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi dalam status sosial anak
1. Cara orang tua mendidik dan membina anak Orang
tua yang mendidik anak dengan cara bertahap dalam menjelaskan sesuatu
hal, dan mendidik anak dengan penuh kasih sayang, biasanya anak-anak
mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan mereka akan mudah dalam
mengembangkan hubungan sosialnya. Lain
halnya dengan anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang secara
penuh dan mereka dididik oleh orang tuanya dengan cara kasar serta
mendapatkan peristiwa yang membuat anak tersebut trauma, maka kita bisa
dengan jelas melihat perbedaan yang mencolok, biasanya anak tersebut
sulit dikendalikan dan memiliki masalah, mereka tidak akan mudah membina
hubungan sosial dan sulit membina persahabatan dengan anak lainnya.
2. Urutan kelahiran Urutan
kelahiran, mempengaruhi juga dalam status sosial anak, karena biasanya
anak yang paling muda lebih populer dan terbiasa dengan negoisasi dari
pada saudara-saudaranya.
3. Kecakapan dan keterampilan mengambil peran Biasanya
anak-anak populer memiliki kecakapan dan keterampilan dalam mengambil
apa pun posisi peran dan posisi peran tersebut dapat berkembang menjadi
lebih baik. Anak-anak populer biasanya memiliki intellegensi/kecerdasan yang baik. Dengan memiliki ciri-ciri tersebut, anak-anak populer lebih mudah menempatkan dirinya atau beradaptasi dilingkungan yang asing.
4. Nama Ternyata di lingkungan anak-anak, nama dapat membawa pengaruh. Nama
yang dapat diasosiasikan dengan sesuatu hal, dapat membawa pengaruh
negatif terhadap perkembangan sosial psikologi anak . karena anak-anak
masih sangat kongkrit dalam menyatakan sesuatu hal, akibatnya anak
tersebut merasa rendah diri dan tersudut apabila anak-anak yang lain
mencemoohkan karena namanya dapat diasosiasikan dengan sesuatu hal.
5 Daya tarik anak-anak yang memiliki daya tarik tersendiri, biasanya selalu populer daripada anak yang kurang memiliki daya tarik. anak-anak
yang berumur 3 tahun, sudah bisa membedakan mana anak-anak yang menarik
dan mana anak-anak yang kurang menarik, reaksi ketertarikkannya hampir
sama dengan orang dewasa. Pada
anak usia 3 tahun, anak yang menarik dan anak tidak menarik tidak
begitu kelihatan mencolok, tetapi pada anak usia 5 tahun, hal tersebut
dapat terlihat sangat jelas, anak usia 5 tahun yang tidak menarik
biasanya lebih agresif dan sering tidak jujur dalam bermain, sedangkan
pada anak usia 5 tahun yang memiliki daya tarik, biasanya mereka sering
diberi masukkan-masukkan yang positif dari sekitarnya sehingga tumbuh
rasa percaya diri yang lebih tinggi, sabaliknya pada anak usia 5 tahun
yang tidak menarik rasa percaya dirinya berkurang karena terpengaruh
masukkan-masukkan yang negatif dari lingkungannya.
6. Perilaku. Tidak semua anak yang menarik menjadi populer karena masih banyak faktor lainnya yang bisa mempengaruhi katagori populer. Perilaku
yang membuat anak populer, antara lain ; ramah tamah, mempunyai rasa
simpati, tidak agresif, bisa berkerja sama, suka menolong, suka
memberikan masukkan atau komentar yang positif, dan lain-lain. Secara
umum faktor-faktor di atas terdapat pada anak-anak yang populer, dan
factor-faktor tersebut dapat menentukan status sosial anak, tetapi tidak
selamanya anak populer pada nantinya dapat menentukan status sosial,
sebagian anak-anak yang tumbuh dari lingkungan yang selalu terjaga
pendidikannya, intellegensinya, cakap dan terampil, mempunyai nama yang
baik serta menarik tetapi tidak popular, sebagian lagi ada juga
anak-anak yang tumbuh dari lingkungan yang bermasalah, kurang perhatian
dari orang tua, mempunyai nama yang kurang bagus, dan tidak memiliki
daya tarik, tetapi bisa juga menjadi populer.
Lalu bagaimana dengan anak-anak yang kurang dihargai seperti ; anak-anak yang terisolir dan anak-anak yang terasingkan. Kelompok
anak-anak tersebut memiliki nilai yang rendah dari anak-anak seumurnya,
akan tetapi anak-anak yang terisolir lebih mudah diakui dari pada anak
anak yang terasingkan, namun lama kelamaan anak-anak yang terasingkan
akan diakui juga. anak-anak
yang terasingkan memiliki resiko adaptasi lebih besar dalam usia
menjelang dewasa, mereka menjadi terasingkan karena ada penyimpangan
dari salah satu factor status sosial anak Jika
anak-anak ini lemah dalam menghadapi ejekkan-ejekkan atau godaan dari
anak-anak lainnya, maka hal tersebut dapat membentuk perilaku dan proses
belajarnya akan terganggu. Beberapa problem pada anak-anak yang terasingkan, antara lain ; secara terbuka mereka diasingkan sering terlibat dalam hal-hal kejadian interaksi yang negatif mempunyai masalah perilaku sering memperlihatkan perilaku agresif mempunyai status negatif yang stabil sering bermasalah di sekolah Secara umum anak-anak yang terasingkan, berreaksi dengan dua cara
1. Menarik diri
Biasanya
mereka menarik diri dari kontak dengan yang lain, mereka sebetulnya
ingin main dengan anak lainnya, tetapi mereka diacuhkan dan diabaikan
keberadaannya, malahan mereka mengejeknya seperti dengan sebutan
“professor” karena anak tersebut memakai kacamata, maka dari itu mereka
selalu menhindar dari anak-anak lainnya, di rumah biasanya mereka juga
pendiam dan selama mungkin tinggal di kamarnya dengan membaca komik atau
mendengarkan musik, kepada orang tuanya mereka beralasan tidak suka
main di luar.
2. Perilaku anti sosial
Biasanya mereka sulit untuk diatur, padahal anak-anak lainnya tidak suka dengan perilakunya, misalnya ; Pada
saat anak-anak yang lain bermain bola, kemudian datang anak yang
terasingkan, tetapi tidak untuk ikut bermain dengan anak-anak lainnya,
anak tersebut datang hanya sekedar untuk mengganggu saja dengan
mengambil bolanya, dan apabila ikut bermain bola pun anak itu akan
tampil dengan kasar sehingga membuat anak-anak lainnya berhenti bermain,
anak yang terasing itu akan marah-marah hingga akhirnya anak-anak yang
lain terpaksa mengalah dan bermain bola kembali dengan aturan-aturan
yang dikehendaki oleh anak yang terasing tadi
Untuk
anak-anak yang terasing ini di negara-negara yang sudah maju, seperti
di Belanda, para orang tua darianak tersebut akan mendapat laporan dari
pengajar atau guru, kemudian mereka diberikan penyuluhan dan konsultasi
dari Psikolog anak yang ada di bawah Departemen Urusan anak-anak
Bermasalah, kemudian akan dikirim ke Departemen Kesehatan untuk gangguan
jiwa yang tidak stabil untuk diberi pengarahan dan keterampilan sosial
dalam cara menyesuaikan diri atau cara beradaptasi di lingkungan rumah
maupun di lingkungan sekolah.
Untuk orang yang lebih dewasa, mereka diajarkan semacam therapy untuk beradaptasi dalam lingkungan masyarakat supaya akhirnya mereka bisa mandirl.
Untuk orang yang lebih dewasa, mereka diajarkan semacam therapy untuk beradaptasi dalam lingkungan masyarakat supaya akhirnya mereka bisa mandirl.
Perkembangan Anak
Perkembangan
fisik anak merupakan dasar bagi perkembangan berikutnya. Dengan
meningkatnya perkembangan tubuh, baik ukuran berat dan tinggi maupun
kekuatannya memungkinkan anak untuk dapat mengembangkan keterampilan
fisiknya dan eksplorasi terhadap lingkungannya tanpa bantuan orang tua
dan orang lain di sekitarnya.
Secara umum perkembangan anak selama masa perkembangannya akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terangkum dalam dua faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal.
Secara umum perkembangan anak selama masa perkembangannya akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terangkum dalam dua faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Yang
dimaksud dengan faktor internal adalah segala sesuatu yang ada dalam
diri individu yang keberadaannya mempengaruhi dinamika perkembangan.
Termasuk ke dalam faktor-faktor internal tersebut adalah faktor
jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kematangan fisik dan psikis.
2. Faktor Eskternal
Faktor
eksternal adalah segala sesuatu yang berada di luar diri individu yang
keberdaannya mempengaruhi terhadap dinamika perkembangan. Yang termasuk
faktor eksternal antara lain : faktor sosial, faktor budaya, faktor
lingkungan fisik, dan faktor lingkungan non fisik. Pertumbuhan
dan perkembangan tidak hanya menyangkut masalah fisik atau jasmani
saja, tetapi juga menyangkut masalah rohani. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap individu terdapat beberapa macam, antara lain :
1. Faktor Pembawaan
Pada
waktu anak lahir, membawa berbagai kemungkinan potensi yang ada pada
dirinya. Secara umum kemungkinan-kemungkinan potensi yang ada pada anak
yang baru lahir adalah :
a. Kecerdasan
b. Bakat-bakat khusus
c. Jenis kelamin
d. Jenis ras
e. Sifat-sifat fisik
f. Sifat-sifat kepribadian
g. Dorongan-dorongan
Pada
waktu dilahirkan anak telah merupakan satu kesatuan psycho-physis
sebagai hasil pertumbuhan yang teratur dan kontinu sewaktu dalam
kandungan ibu.
Selama perkembangannya individu-individu itu tidak statis, melainkan dinamis, dan pengalaman belajar yang disajikan kepada mereka harus sesuai dengan sifat-sifat khasnya yang sesuai dengan perkembangannya itu.
Selama perkembangannya individu-individu itu tidak statis, melainkan dinamis, dan pengalaman belajar yang disajikan kepada mereka harus sesuai dengan sifat-sifat khasnya yang sesuai dengan perkembangannya itu.
Jenis
kelamin dan jenis ras merupakan faktor bawaan yang dibawa oleh individu
sejak lahir. Perkembangan atau fase selanjutnya tiap individu akan
berbeda-beda baik dari segi fisik/jasmani maupun perkembangan rohaninya. Masa
anak-anak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan.
Masa anak-anak awal dimulai ketika anak berusia antara 2 sampai 6
tahun. Pada masa anak awal perkembangan fisik anak akan terlihat lambat
dibandingkan dengan pertumbuhan pada masa bayi. Pada anak usia ini
faktor pembawaan anak akan mulai terlihat dan orangtua atau orang yang
lebih tua darinya akan memperoleh gambaran tentang kebiasaan dan
kemampuan anak.
2. Faktor Lingkungan
Kehidupan
manusia khususnya anak-anak dibutuhkan banyak berinteraksi dengan
individu lainnya. Lingkunagn fisik (phiysical envirenment) banyak
mempengaruhi perkembangan individu. Faktor lingkungan seperti halnya
alam sekitar disebut sebagai faktor exogen.
Pada
anak usia ini anak anak sudah siap memasuki dunianya yakni masuk dunia
kanak-kanak. Kemampuan berbicara, mobilitas, keikutsersertaan sosial
yang cepat, kesemuanya mempercepat pertumbuha intelektual anak. Pada
masa anak usia seperti ini telah mendapat sebagian besar perkembangan
berbahasa mereka sebagai salah satu tugas belajar mereka yang penting.
Kemampuan berbahasa yang dicapai akan memeudahkan mereka belajar lebih
lanjut.
Faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap perkembangan anak usia ini adalah orang tua. Orang tua sebagai guru alamiah akan mampu melihat dan mengerti serta menanggapi kemauan anak. Melalui berbagai komunikasi serta interaksi dengan orang tua akan terbentuk sikap, kebiasaan dan kepribadian seorang anak, selain itu ada pula faktor lingkungan yang secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan anak, seperti halnya dengan kebudayan. Kebudayaan (culture) secara tidak langsung ikut mewarnai situasi, kondisi ataupun corak interaksi di mana anak itu berada. Selain faktor-faktor di atas, faktor agama juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi dan kebiasaan anak. Salah satunya adalah anak mulai tahu tentang kebersihan, yakni dengan melakukan buang air di tempat yang biasa dilakukan oleh orang tuanya.
Faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap perkembangan anak usia ini adalah orang tua. Orang tua sebagai guru alamiah akan mampu melihat dan mengerti serta menanggapi kemauan anak. Melalui berbagai komunikasi serta interaksi dengan orang tua akan terbentuk sikap, kebiasaan dan kepribadian seorang anak, selain itu ada pula faktor lingkungan yang secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan anak, seperti halnya dengan kebudayan. Kebudayaan (culture) secara tidak langsung ikut mewarnai situasi, kondisi ataupun corak interaksi di mana anak itu berada. Selain faktor-faktor di atas, faktor agama juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi dan kebiasaan anak. Salah satunya adalah anak mulai tahu tentang kebersihan, yakni dengan melakukan buang air di tempat yang biasa dilakukan oleh orang tuanya.
Pada
diri manusia baik anak-anak maupun orang dewasa terdapat gejala-gejala
kejiwaan hal ini tentu saja erat kaitannya dengan psikologi. Dalam
gejala kejiwaan terdapat sensasi dan persepsi, yang pada keduanya
terdapat perbedaan. Setiap anak mempunyai kelebihan atau
kekuatan-kekuatan tertentu dan juga tentu saja kekurangan atau
kelemahan. Hal ini tentu perlu digali agar perwujudan diri dan semua
bakat dan kemampuan pada anak dapat dikembangkan.
Perkembangan
fisik anak merupakan dasar bagi perkembangan berikutnya. Dengan
meningkatnya perkembangan tubuh, baik ukuran berat dan tinggi maupun
kekuatannya memungkinkan anak untuk dapat mengembangkan keterampilan
fisiknya dan eksplorasi terhadap lingkungannya tanpa bantuan orang tua
dan orang lain di sekitarnya.
Secara umum perkembangan anak selama masa perkembangannya akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terangkum dalam dua faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Yang dimaksud dengan faktor internal adalah segala sesuatu yang ada dalam diri individu yang keberadaannya mempengaruhi dinamika perkembangan. Termasuk ke dalam faktor-faktor internal tersebut adalah faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kematangan fisik dan psikis. Faktor eksternal adalah segala sesuatu yang berada di luar diri individu yang keberdaannya mempengaruhi terhadap dinamika perkembangan. Yang termasuk faktor eksternal antara lain : faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik, dan faktor lingkungan non fisik.
Secara umum perkembangan anak selama masa perkembangannya akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terangkum dalam dua faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Yang dimaksud dengan faktor internal adalah segala sesuatu yang ada dalam diri individu yang keberadaannya mempengaruhi dinamika perkembangan. Termasuk ke dalam faktor-faktor internal tersebut adalah faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kematangan fisik dan psikis. Faktor eksternal adalah segala sesuatu yang berada di luar diri individu yang keberdaannya mempengaruhi terhadap dinamika perkembangan. Yang termasuk faktor eksternal antara lain : faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik, dan faktor lingkungan non fisik.
Teori Perkembangan Jean Piaget skema
yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama
yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia,
yaitu :
1.Periode Sensorimotor (usia 0–2 tahun)
Bayi
lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk
mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi
refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama
dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai
perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam
sub-tahapan:
Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks. Sub-tahapan
fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan
dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
2.Periode Praoperasional (usia 2–7 tahun)
Dengan
mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir
usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis
muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur
melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan
ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai.
Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek
dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris:
anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat
mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan
semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua
benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut
Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan
muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak
mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan
benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih
menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini,
mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami
tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama
lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di
sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami
perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat
imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun
memiliki perasaan.
3. Periode Operasional Konkrit (usia 7–11 tahun)
Tahapan
ini muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri
berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama
tahapan ini adalah: Pengurutan Kemampuan
untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya
dari benda yang paling besar ke yang paling kecil. Klasifikasi Kemampuan
untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut
tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa
serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam
rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa
animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan). Decentering Anak
mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk
bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap
cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil
yang tinggi.
Reversibility
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, yaitu jumlah sebelumnya.
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, yaitu jumlah sebelumnya.
Konservasi
Memahami
bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak
berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda
tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan
isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain
yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan
isi cangkir lain. Penghilangan sifat Egosentrisme Kemampuan
untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang
tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan
komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu
meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam
laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi
konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada
di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan
ke dalam laci oleh Ujang.
4. Periode Operasional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Tahap
operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam
teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun
(saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap
ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar
secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti
logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk
hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari
faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai
perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara
fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan
perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai
perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan
berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari
tahap operasional konkrit.
Tahapan
ini bergantung pada keakraban dengan daerah subyek tertentu. Apabla
siswa akrab dengan suatu obyek tertentu, lebih besar kemungkinannya
menggunakan menggunakan operasi formal.
Tahapan ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : Walaupun
tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya
selalu sama. Tidak ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang
mundur. Universal (tidak terkait budaya) Bisa
digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam
diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan.
Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis Urutan
tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari
tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi). Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif.
Teori Perkembangan JEAN PIAGET
Setiap
individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan
berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa
kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami
dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik
yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam
pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses
perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya
mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan
untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada.
Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis
binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan
dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung
adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak
melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia
miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru
ini.
Asimilasi
adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada.
Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung
memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk
ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat
burung kenari dan memberinya label "burung" adalah contoh mengasimilasi
binatang itu pada skema burung si anak.
Akomodasi
adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau
penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan
skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan
skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta
dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label "burung"
adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
Dengan
demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima
pengetahuan dari luar secara pasif, tapi orang tersebut secara aktif
mengkonstruksi pengetahuannya. Tahapan perkembangan Perbedaan kualitatif dan kuantitatif Terdapat kontroversi terhadap pembagian tahapan perkembangan berdasarkan perbedaan kualitas atau kuantitas kognisi. Kontinuitas dan diskontinuitas
Kontroversi
ini membahas apakah pembagian tahapan perkembangan merupakan proses
yang berkelanjutan atau proses terputus pada tiap tahapannya. Homogenitas dari fungsi kognisi
Natur dan Nurtur
Natur dan Nurtur
Kontroversi
natur dan nurtur berasal dari perbedaan antara filsafat nativisme dan
filsafat empirisme. Nativisme mempercayai bahwa pada kemampuan otak
manusia sejak lahir telah dipersiapkan untuk tugas-tugas kognitif.
Empirisme mempercayai bahwa kemampuan kognisi merupakan hasil dari
pengalaman.
Stabilitas dan Kelenturan dari Kecerdasan
Secara
relatif kecerdasan seorang anak tetap stabil pada suatu
derajatkecerdasan, namun terdapat perbedaan kemampuan kecerdasan seorang
anak pada usia 3 tahun dibandingkan dengan usia 15 tahun. Teori
perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif
membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui
pengalaman-pengalaman dan iteraksi-interaksi mereka.