Saturday, January 14, 2012

FAKTOR FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN PROGRAM INOVASI


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang                                                                    
Inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru artinya hasil karya manuasia. Discovery adalah penemuan sesuatu (benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya. Dengan demikian, inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan discovery. Dalam kaitan ini Ibrahim (1989) mengatakan bahwa inovasi adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi dapat berupa hasil dari invention atau discovery. Inovasi dilakukan dengan tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah ((Subandiyah 1992:80)
Proses dan tahapan perubahan itu ada kaitannya dengan masalah pengembangan (development), penyebaran (diffusion), diseminasi (dissemination), perencanaan (planning), adopsi (adoption), penerapan (implementation) dan evaluasi (evaluation) (Subandiyah 1992:77).
Pelaksanaaan inovasi pendidikan seperti inovasi kurikulum tidak dapat dipisahkan dari inovator dan pelaksana inovasi itu sendiri. Inovasi pendidikan seperti yang dilakukan di Depdiknas yang disponsori oleh lembaga-lembaga asing cenderung merupakan "Top-Down Inovation". Inovasi ini sengaja diciptakan oleh atasan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan atau pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, ataupun sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dan sebaginya. Inovasi seperti ini dilakukan dan diterapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan dan bahkan memaksakan apa yang menurut pencipta itu baik untuk kepentingan bawahannya. Dan bawahan tidak punya otoritas untuk menolak pelaksanaannya.
Ada inovasi yang juga dilakukan oleh guru-guru dan satuan pendidikan, yang disebut dengan "Bottom-Up Innovation". Model yang kedua ini bisa dilakukan di institusi pendidikan masing-masing Pembahasan tentang model inovasi seperti model "Top-Down" dan "Bottom-Up" telah banyak dilakukan oleh para peneliti dan para ahli pendidikan. Sudah banyak pembahasan tentang inovasi pendidikan yang dilakukan misalnya perubahan kurikulum dan proses belajar mengajar. White (1988: 136-156) misalnya menguraikan beberapa aspek yang bekaitan dengan inovasi seperti tahapan-tahapan dalam inovasi, karakteristik inovasi, manajemen inovasi dan sistem pendekatannya.
Makalah ini membahas inovasi dari segi faktor-faktor penghambat di saat kita melaksanakan sebuah program inovasi dalam pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Apa saja faktor-faktor penghambat dalam inovasi pendidikan itu? Dan bagaimana cara untuk memecahkannya?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui apa saja faktor-faktor penghambat dalam inovasi pendidikan itu untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi para pembaca (terutama insan-insan pendidikan) dalam memecahkan maslah yang timbul di saat mengimplementasikan sebuah produk inovasi pendidikan.

D. Manfaat Penulisan
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, serta diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi pemerintah selalu memberikan dorongan kepada para akademisi dan praktisi untuk selalu melakukan inovasi pendidikan.
Semoga makalah ini dapat mengetuk pintu hati dan membuka mata para pejabat pemerintah, guru-guru, para orang tua serta orang-orang yang bertanggung jawab dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Negara Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor Penghambat Inovasi Pendidikan
Terdapat enam faktor penghambat yang mempengaruhi keberhasilan usaha inovasi pendidikan seperti inovasi kurikulum antara lain adalah:

1.   Perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi
Di antara ke enam faktor, faktor kurang tepatnya perencanaan proses inovasi merpakan faktor yang paling penting dan kompleks sebagai hambatan pelaksanaaan program inovasi. Hambatan yang disebabkan kurang tepatnya nya perencanaan atau estimasi (under estimating) dalam inovasi yaitu tidak tepatnya poertimbangan tentang implementasi inovasi, kurang adanya hubungan antar anggota team pelaksana inovasi, dan kurang adanya kesamaan pendapat tentang tujuan yang akan dicapai atau kurang adanya kerjasama yang baik.
Secara terinci item yang termasuk dalam faktor estimasi yang tidak tepat yaitu tidak adanya koordiansi antar petugas yang berlainan di bidang garapannya, tidak jelas struktur pengambilan keputusan, kurang adanya komunikasi yang baik dengan pimpinan politik, perlu sentralisasi data penentuan kebijakan, terlalu banyak peraturan dan undang-undang yang harus diikuti, keputusn formal untuk memulai kegiatan inovasi terlambat, tidak tepatnya perimbangan untuk menghadapi masalah penerapan inovasi, tekanan dari pimpinan politik (penguasa pemerintahan) untuk mempercepat hasil inovasi dalam waktu yang singkat.

2.   Konflik dan motivasi yang kurang sehat
Hambatan ini muncul karena adanya masalah-masalah pribadi seperti pertentangan anggota team pelaksana, kurang motivasi untuk bekerja dan berbagai macam sikap pribadi yang dapat mengganggu kelancaran proses inovasi.
Secara terinci item yang termasuk masalah konflik dan motivasi ialah: adanya pertentangan antar anggota team, antara beberapa anggota kurang adanya saling pengertian serta saling merasa iri antara satu dengan yang lain, orang yang memiliki peranan penting dalam proyek justru tidak menunjukkan semangat dan ketekunan kerja, beberapa orang penting dalam proyek terlalu kaku dan berpandangan sempit tentang proyek, bantuan teknik dari luar tidak tepat, orang yang memegang jabatan penting dalam proyek tidak bersikap terbuka untuk menerima inovasi, kurang adanya hadiah atau penghargaan terhadap orang yang telah menerima dan menerapkan inovasi.
3. Lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi yang dihasilkan
Hal-hal yang berkaitan dengan macetnya inovasi antara lain sangat rendahnya penghasilan per kapita, kurang adanya pertukaran dengan orang asing, tidak mengetahui adanya sumber alam, jarak yang terlalu jauh, iklim yan g tidak menunjang, kurang sarana komunikasi, kurang perhatian dari pemerintah, sistem pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
Adapun item yang termasuk dalam faktor tidak dapat berkembangnya inovasi adalah lambatnya pengiriman material yang diperlukan, material tidak siap tepat waktu, perencanaan dana biasanya tidak tepat walaupun sudah tidak dipertimbangkan adanya inflasi (underestimate), sistem pendidikan kolonial yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, orang yang sudah dilatih untuk menangani proyek tidak mau ditempatkan sesuai kebutuhan proyek, terjadi inflasi, peraturan kolonial yang tidak sesuai, jauhnya jarak antar tempat satu dengan yang lain, tenaga pelaksana kurang mampu menangani proyeksesuai dengan yang direncanakan, terlalu cepat terjadi perubahan penempatan orang-orang penting dalam proyek sehingga dapat mengganggu kontinuitas.

4. Keuangan (finacial) yang tidak terpenuhi
Dalam analisa data ini masalah finansial dibedakan dengan faktor yang menghalangi berkembangnya inovasi secara keseluruhan (faktor yang ke-3), walaupun keduanya merupakan faktor yang serius menghambat jalannya proses inovasi.
Adapun item yang ternmasuk dalam faktor finansial adalah : tidak memadainya bantuan finansial dari daerah, tidak memadainya bantuan finansial dari luar daerah, kondisi ekonomi daerah secara keseluruhan, prioritas ekonomi secara nasional lebih banyak pada bidang lain daripada bidang pendidikan, ada penundaan dalam penyampaian dana, terjadi inflasi.
Tentang bantuan dana untuk suatu proyek inovasi sering terjadi adanya peraturan bahwa pemerintah akan memberikan bantuan bila masyarakat setempat (daerah) memiliki dana sendiri (swasembada). Daerah tidak mempunyai dana maka pemerintah tidak membantu. Dapat hjuga masyarakat tidak mau mengusahakan dana karena tidak ada bantuan dari pemerintah, jadi merasa berat dan frustasi. Oleh karena itu bantuan dan perhatian dari pemerintah sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan daerah.

5. Penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi
Faktor ke-lima ini berbeda dengan faktor yang lain dan memang merupakan penolakan dari kelompok inovasi penentu atau kelompok elit dalam suatu sistem sosial. Penolakan inovasi ini berbeda dengan keberatan inovasi karena kurang dana atau masalah personalia dan sebagainhya. Jadi penolakan ini memang ada kecenderungan muncul dari kelompok penentu.
Adapun item yang termasuk dalam faktor ke- lima ini adalah : kelompok elit yang memiliki wewenang dalam masyarakat tradisional menentang inovasi atau perluasan suasana pendidikan, terdapat pertentangan ideologi mengenai inovasi, proyek inovasi dilaksanakan sangat lambat, peraturan kolonial meninggalkan sikap masyarkat yang penuh kecurigaan terhadap sesuatu yang asing, keberatan ternhadap inovasi karena sebab kepentingan kelompok.

6.   Kurang adanya hubungan sosial dan publikasi
Faktor terakhir yang juga paling lemah pengaruhnya terhadap hambatan inovasi adalah faktor yang terdiri dari dua hal yaitu hubungan antar team dan hubungan dengan orang di luar team.
Item yang termasuk dalam kelompok ini adalah: ada masalah dalam hubungan sosial antar anggota team yang satu dengan yang lain, ada ketidakharmoniasan dan terjadi hubungan yang kurang baik antar anggota team proyek inovasi, sangat kurang adanya suasana yang memungkinkan terjadinya pertukaran pikiran yang terbuka.
Pada umumnya, faktor penghambat inovasi yang sering muncul di lapangan adalah berupa penolakan atau resistance dari calon adopter, misalnya penolakan para guru tentang adanya perubahan kurikulum dan metode belajar-mengajar, maka perlu kiranya masalah tersebut dibahas.
Menurut definisi dalam kamus John Echol dan "Cambridge International English Dictionary of English" bahwa Resistance is to fight against (something or someone) to not be changed by or refuse to accept (something).
Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penolakan (resistance) itu adalah melawan sesuatu atau seseorang untuk tidak berubah atau diubah atau tidak mau menerima perubahan tersebut. Ada beberapa hal mengapa inovasi sering ditolak atau tidak dapat diterima oleh para pelaksana inovasi di lapangan atau di sekolah sebagai berikut:
1.      Sekolah atau guru tidak dilibatkan dalam proses perencanaan, penciptaan dan bahkan pelaksanaan inovasi tersebut, sehingga ide baru atau inovasi tersebut dianggap oleh guru atau sekolah bukan miliknya, dan merupakan kepunyaan orang lain yang tidak perlu dilaksanakan, karena tidak sesuai dengan keinginan atau kondisi sekolah mereka.
2.      Guru ingin mempertahankan sistem atau metode yang mereka lakukan saat sekarang, karena sistem atau metode tersebut sudah mereka laksanakan bertahun-tahun dan tidak ingin diubah. Di samping itu sistem yang mereka miliki dianggap oleh mereka memberikan rasa aman atau kepuasan serta sudah baik sesuai dengan pikiran mereka. Hal senada diungkapkan pula Day dkk (1987) dimana guru tetap mempertahankan sistem yang ada.
3.      Inovasi yang baru yang dibuat oleh orang lain terutama dari pusat (khususnya Depdiknas) belum sepenuhnya melihat kebutuhan dan kondisi yang dialami oleh guru dan siswa. Hal ini juga diungkapkan oleh Munro (1987:36) yang mengatakan bahwa "mismatch between teacher's intention and practice is important barrier to the success of the innovatory program".
4.      Inovasi yang diperkenalkan dan dilaksanakan yang berasal dari pusat merupakan kecenderungan sebuah proyek dimana segala sesuatunya ditentukan oleh pencipta inovasi dari pusat. Inovasi ini bisa terhenti kalau proyek itu selesai atau kalau finasial dan keuangannya sudah tidak ada lagi. Dengan demikian pihak sekolah atau guru hanya terpaksa melakukan perubahan sesuai dengan kehendak para inovator di pusat dan tidak punya wewenang untuk merubahnya.
5.      Kekuatan dan kekuasaan pusat yang sangat besar sehingga dapat menekan sekolah atau guru melaksanakan keinginan pusat, yang belum tentu sesuai dengan kemauan mereka dan situasi sekolah mereka.

B. Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Inovasi
Untuk menghindari penolakan seperti yang disebutkan di atas, faktor-faktor utama yang perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan adalah guru, siswa, kurikulum dan fasilitas, dan program/tujuan.
1. Guru
Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai.
Ada beberapa hal yang dapat membentuk kewibawaan guru antara lain adalah penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antar individu, baik dengan  siswa maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan seperti adminstrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha serta masyarakat sekitarnya, pengalaman dan keterampilan guru itu sendiri.
Dengan demikian, maka dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran yang sangat besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Tanpa melibatkan mereka, maka sangat mungkin mereka akan menolak inovasi yang diperkenalkan kepada mereka. Hal ini seperti diuraikan sebelumnya, karena mereka menganggap inovasi yang tidak melibatkan mereka adalah bukan miliknya yang harus dilaksanakan, tetapi sebaliknya mereka menganggap akan mengganggu ketenangan dan kelancaran tugas mereka. Oleh karena itu, dalam suatu inovasi pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat karena guru mempunyai peran yang luas sebagai pendidik, sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai dokter, sebagi motivator dan lain sebagainya. (Wright 1987).

2. Siswa
Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar, siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bisa terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan,walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan, sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan dengan konsekwen. Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur-unsur lainnya, karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran pada sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai guru
Oleh karena itu, dalam memperkenalkan inovasi pendidikan sampai dengan penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka tidak saja menerima dan melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga mengurangi resistensi seperti yang diuraikan sebelumnya.

3. Kurikulum
Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi  program pengajaran dan perangkatnya merupakan pedoman dalam  pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh karena itu  kurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan  dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan  inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama dengan  unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa  mengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi pendidikan  tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri.
Oleh karena itu, dalam pembahruan pendidikan, perubahan itu hendaknya  sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti  dengan pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari  kedua-duanya akan berjalan searah.

4. Sarana dan Prasarana
Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa  diabaikan dalam dalam proses pendidikan khususnya dalam proses belajar  mengajar. Dalam pembahruan pendidikan, tentu saja fasilitas merupakan  hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan.  Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bisa  dipastikan tidak akan berjalan dengan baik.
Fasilitas, terutama fasilitas belajar mengajar merupakan hal yang esensial dalam mengadakan perubahan dan pembahruan pendidikan. Oleh karena itu, jika dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu  diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, laboratorium, bangku, meja dan sebagainya.

5. Lingkup Sosial Masyarakat
Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara  langsung terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak,  baik positif maupun negatif, dalam pelaklsanaan pembahruan pendidikan.  Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja maupun  tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan  dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik  terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Tanpa  melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan  terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka tidak diberitahu atau  dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan

C. Karakteristik Inovasi Pendidikan
Penolakan juga bisa juga muncul karena inovasi yang digulirkan tidak memenuhi syarat-syarat atau tidak sesuai dengan karakteristik inovasi pendidikan. Karakteristik Inovasi pendidikan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Relative advantage (Keunggulan relatif)
Para adopter akan menilai apakah suatu Inovasi itu relatif menguntungkan atau lebih unggul dibanding yang lainnya atau tidak. Untuk adopter yang menerima secara cepat suatu inovasi, akan melihat inovasi itu sebagai sebuah keunggulan.
Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik/unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi eknomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.

2. Compatibility (Kompatibilitas/Konsisten)
Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible).Adopter juga akan mempertimbangkan pemanfaatan inovasi berdasarkan konsistensinya pada nilai-nilai, pengalaman dan kebutuhannya.

3. Complexity (Kompleksitas/kerumitan)
Kerumitan adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi. Adopter atau pengguna inovasi juga akan menilai tingkat kesulitan atau kompleksitas yang akan dihadapinya jika mereka memanfaatkan inovasi. Artinya bagi individu yang lambat mamahami dan menguasainya tentu akan mengalami tingkat kesulitan lebih tinggi dibanding individu yang cepat memahaminya. Tingkat kesulitan tersebut berhubungan dengan pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk mempelajari istilah-istilah dalam inovasi itu.

4. Trialability (Kemampuan untuk dapat diuji)
Kemampuan untuk diuji cobakan adalah derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-coba batas tertentu. Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam seting sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukan (mendemonstrasikan) keunggulannya. Kemampuan untuk dapat diuji bertujuan untuk mengurangi ketidakpastian. Mempunyai kemungkinan untuk diuji coba terlebih dahulu oleh para adopter untuk mengurangi ketidakpastian mereka terhadap inovasi itu.

5. Observability (Kemampuan untuk dapat diamati)
Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relatif; kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk diuji cobakan dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi.

BAB III
KESIMPULAN
Dari ke-enam faktor penghambat inovasi yang disebutkan pada bab II, kita bisa menyimpulkan bahwa faktor utama hambatan inovasi adalah kelemahan dalam bidang perencanaan (faktor ke-1), sedangkan faktor ke-2 (masalah personal dan motivasi) merupakan akibat atau rangkaian dari faktor ke-1.
Dengan adanya perencanaan dan pengorganisasian yang kurang baik maka dapat menyebabkan kemungkinan timbulnya pertentangn antar pribadi dan melemahkan motivasi, bahkan mungkin membuikapeluang datangnya koripsi.
Adapun faktor ke-3 (macetnya inovasi) dapat disebabkan dari kondisi yang memang kenyataan adanya seperti itu, sehingga dapat menimbulkan frustasi. Walaupun kemacetan inovasi itu juga dapat disebabkan karena tidak mengetahui sumber penunjang yang ada di sekitar, atau karena proyeknya terlalu ideal sehingga sukar untuk mencapainya.
Faktor ke-empat yang berkaitan dengan dana. Tanpa adanya dana jelas inovasi tidak akan berjalan. Dengan ketepatan pengaturan dana, sebenarnhya dapat menunjang kelancaran program inovasi.
Faktor ke-lima khusus mengenai adanya kelompok penentu yang menolak adanya inovasi. Berdasarkan data itu, ada kecenderungan dalam masyarakat, justru kelompok elit yang berwenang atau mempunyai pengaruh yang menolak inovasi.
Ke-enam ialah kurang adanhya hubungan sosial yang baik antar anggota team pelaksana proyek difusi inovasi. Adanya hubungan sosial atau interpersonal yang kurang baik antar anggota team dapat disebakan karena faktor 1 (perencanaan) yang kacau atau karena faktor 2 (kurang tepatnya menempatkan atau memilih anggota team).
Berdasarkan data adanya faktor penghambat dalam inovasi, dapat kita gunakan untuk menganalisis pelaksanaan inovasi pendidikan di Indonesia, apakah pelaksanaan inovasi pendidikan lancar, mengapa jika seandainya tidak lancar, danapa yang harus dilakukan untuk mengatasainya?Inovasi pendidikan sebagai usaha perubahan pendidikan tidak bisa berdiri sendiri, tapi harus melibatakan semua unsur yang terkait di dalamnya, seperti inovator, penyelenggara inovasi seperti guru dan siswa. Disamping itu, keberhasilan inovasi pendidikan tidak saja ditentukan oleh satu atau dua faktor saja, tapi juga oleh masyarakat serta kelengkapan fasilitas. Inovasi pendidikan yang berupa top-down model tidak selamanya bisa berhasil dengan baik. Hal ini disebabkan oleh banyak hal antara lain adalah penolakan para pelaksana seperti guru yang tidak dilibatkan secara penuh baik dalam perencananaan maupun pelaksanaannya. Sementara itu inovasi yang lebih berupa bottom-up model dianggap sebagai suatu inovasi yang langgeng dan tidak mudah berhenti karena para pelaksana dan pencipta sama-sama terlibat mulai dari perencanaan sampai pada pelaksanaan. Oleh karena itu mereka masing-masing bertanggung jawab terhadap keberhasilan suatu inovasi yang mereka ciptakan.


Thursday, January 12, 2012

KARAKTERISTIK KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN PROGRAM INOVASI


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan yang cukup berat, karena pendidikan menjadi isu central yang menyangkut investasi sumber daya manusia dan akan mempengaruhi keberhasilan investasi-investasi pada bidang lain. Hal ini dikarenakan semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan teknologi ini harus diimbangi dengan lembaga pendidikan yang berkualitas yang mampu meningkatkan sumber daya manusia. Kemajuan suatu bangsa menjadi salah satu indicator keberhasilan pendidikan Negara tersebut. Kenyataannya bahwa Negara berkembang adalah bukti keberhasilan pendidikan. Begitu juga standar yang digunakan untuk mengukur indeks perkembangan manusia yaitu tingkat pendidikan.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang begitu cepat memaksa kita untuk sellau berubah, andaikan tidak dapat dipastikan roda zaman ini akan melindas kehidupan kita. Untuk tetap bertahan hidup maka perubahan itu harus kita hadapi. Salah satu kiat untuk menghadapi masalah perubahan itu adlah dengan melakukan inovasi diberbagai lembaga pendidikan supaya menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan segala informasi.
Untuk memperoleh wawasan tentang inovasi pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan situasi setempat, maka harus dimulai dengan membicarakan karakteristik keberhasilan dan kegagalan program inovasi. Kedua hal ini perlu dipelajari karena sangat penting untuk mengembangkan wawasan dan pemahaman tentang inovasi pendidikan yang dapat menjadi bahan analisis berkelanjutan dalam proses pendidikan, baik oleh guru, siswa maupun agen perubahan lainnya yang berkompeten.
B. Definisi
Belakangan ini kata inovasi yang melahirkan sesuatu yang baru sudah sering kita dengar. Bahkan, secara disadari atau tidak disadari kita pun pernah melakukan inovasi tersebut.
Beberapa tokoh inovasi dan manajemen mengemukakan definisi itu sendiri sebagai berikut:
1)      Rogers E. Miller, 1997 “Innovation is an idea, practive, or object perceived as new by the relevant unit of adaption, whether it is an individual or an organization” (Suherli, 2001:1). Artinya, inovasi adalah sebuah pemikiran, praktek atau objek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru melalui proses adopsi yang dilakukan baik oleh seorang individu atau organisasi.
2)      White, 1987:211 “Inovation is more than change, althauoght all innovation in volve change” (Suherli, 2010:2). Artinya, bahwa tidak semua perubahan adalah inovasi tetapi inovasi adalah perubahan.
3)      Ibrahim, 1989 “Inovasi merupakan suatu usaha menemukan benda, ide, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang dengan jalan melakukan inventation dan discovery” (Suherli, 2010:2)

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa inovasi adalah sutau cara untuk menemukan sesuatu yang baru melalui gagasan, tindakan ataupun metode yang dapat dilakukan dengan menciptakan hal yang baru (invention) atau penemuan yang sudah ada sebelumnya (discovery) dengan tujuan untuk memecahkan permsalahan yang dihadapi.

BAB II
KARAKTERISTIK KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN PROGRAM INOVASI
A. Karakteristik Program Inovasi
Cepat lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri, misalnya dalam kurun 8 tahun terakhir memakai busana yang menutup aurat dan berjilbab dikalangan umat muslin sudah mem-booming baik di kalangan remaja putri maupun dikalangan ibu-ibu. hal ini disebabkan selain merupakan suatu keharusan untuk perempuan muslim juga dikarenakan busana muslim disukai oleh para konsumennya. Sementara memakai sabuk pengaman bagi para pengendara mobil, baru digunakan secara merata setelah memakan waktu beberapa puluh tahun. Padahal, menggunakan sabuk pengaman itu penting untuk keamanan pengendara dan prosesnya pun begitu mudah.
Faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan pihak pengguna inovasi dalam membuat keputusan untuk menerima atau menolak hasil sutau inovasi, jika dikaitkan dengan pemikiran Everett M. Rogers, 1903 mengemukakan karakteristik inovasi yang mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan inovasi ada yaitu:
1)      Keunggulan relatif (Relative Adventage)
Para pengguna inovasi akan menilai apakah suatu inovasi itu relatif lebih unggul atau tidak dibandingkan dengan yang lainnya. Makin unggul bagi penerima makin cepat tersebarnya inovasi tersebut. Tingkat keunggulan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, prestise sosial, kenyamanan, kesenangan atau mempunyai unsur yang sangat penting.
2)      Ketersesuaian (Compatibility)
Tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman dan kebutuhan penerima. Jika suatu inovasi tidak sesuai dengan nilai dan norma yang diyakini oleh pengguna, maka inovasi itu tidak dapat di adopsi dengan mudah sebagai halnya inovasi yang sesuai.
3)      Kerumitan (Complexity)
Kerumitan merupakan derajat anggapan sebuah inovasi oleh penerima, sutau inovasi yang mudah dimengerti dan mudah dimanfaatkan oleh pengguna akan cepat proses penyebaranya. Pengguna inovasi akan menilai tingkat kerumitan yang akan dihadapi jika mereka memanfaatkan inovasi bagi individu yang lambat memahami tentu akan mengalami tingkat kerumitan yang lebih tinggi disbanding individu yang cepat memahaminya.
4)      Dapat Diujicobakan (Trialability)
Kemampuan yang dapat diuji cobakan atau tidaknya suatu inovasi oleh pengguna. Suatu inovasi yang dapat diuji cobakan dalam setting yang sesunguhnya pada umumnya akan cepat diadopsi. Oleh karena itu, suatu inovasi harus mampu menunjukkan keunggulannya. Kemampuan untuk dapat diuji bertujuan untuk menguarangi ketidakpastian pengguna inovasi.
5)      Dapat diamati (Observability)
Mudah tidaknya suatu inovasi diamati oleh orang lain merupakan tingkat gambaran hasil inovasi itu. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati semakin besar kemungkinan diadopsi oleh masyarakat dan sebaliknya inovasi yang hasilnya sulit diamati akan lambat mendapatkan respon dari masyarakat sebagai pengguna.

B. Keberhasilan dan kegagalan program inovasi
Keberhasilan adalah titik puncak dari segala usaha yang telah dilakukan dengan melibatkan beberapa unsur yang saling mendekung, keberhasilan inovasi dapat ditinjau dari dua hal yaitu, agen inovasi dan program inovasi. Keduanya saling berkaitan dan saling menunjang, karena program inovasi yang baik tentu membutuhkan agen inovasi yang baik pula.
Keberhasilan inovasi ditinjau dari agen inovasi, jika agen inovasi tersebut dapat menerapkan program inovasi dengan memiliki :
·         Kemampuan usaha yang gigih/tinggi
·         Kemampuan bersosialisasi dan beroreintasi
·         Persamaan dan keperluan sebagai pengguna inovasi
·         Perasaan simpatik atau kekitaan
·         Kemampuan bekerja sama dengan pemimpin atau tokoh yang berpengaruh
·         Kemampuan bergaul dengan mitra kerja dan pengguna inovasi
·         Kredibilitas yang tinggi dan kewibawaan
·         Sikap penerima kritik/masukan dari pihak luar
·         Sikap antusias dan optimis akan keberhasilan program tersebut
Keberhasilan proram inovasi itu dapat ditinjau dari :
1. Sejauh mana program itu menguntungkan/unggul
- Efektifitas
- Efisien
- dampak
2. Kesesuaian
- Kesesuaian dengan program
- Penerima / pengguna program
3. Kemudahan
- Kesiapan untk diuji cobakan
- Mudah diujikan pada lembaga yang sama
- Pemilihan alternative program
4. Pengamatan
- Dapat diamati secara langsung
- Dapat disimpan/direkam
- Keanekaragaman program
5. Kerumitan
- Memerlukan keahlian khusus
- Menambah pekerjaan
Berdasarkan uraian diatas tentang keberhasilan program inovasi, maka kegagalan inovasi sudah dapat dipastikan atau dapat dilihat dari tidak terpenuhinya karakteristik keberhasilan program. Dalam kegagalan program inovasi akan terfokus pula pada dua hal yaitu program inovasi dan agen inovasi.
Dari agen inovasi, kegagalan disebabkan oleh rendahnya kemampuan agen seperti :
1. Tidak memiliki keinginan usaha yang gigih
2. Tidak memiliki kemampuan bersosialisasi dan berorientasi
3. Tidak memiliki persamaan dankeperluan sebagai pengguna inovasi
4. Tidak memiliki perasaan atau simpatik
5. Tidak ada kerja sama dengan pemimpin/tikih yang berpengaruh
6. Tidak pandai bergaul baik dengan mitra kerja maupun pengguna inovasi
7. Tidak memiliki kredibilitas dan kewibawaan
8. Tidak mau menerima kritik/usulan dari pihak luar
9. Tidak mampu melakukan penilaian
Apabila ditinjau dari program inovasi, kegagalan itu dapat disebabkan oleh:
1. Program tidak menguntungkan atau tidak unggul dari segi:
- Efektifitas
- Efisien
- Dampak
2. Tidak ada kesesuaian
- Program tidak sesuai
- Program tidak dapat diterima
3. Program itu sulit
- Tidak bisa diujicobakan
- Sulit diuji pada lembaga yang sama
- Tidak memiliki alternative yang sama
4. Tidak dapat diobservasi/diamati
- Tidak dapat diamati langsung
- Tidak dapat disimpan langsung
- Tidak memiliki keanekaragaman program
5. Kompleksitan yang rumit
- Selalu memerlukan keahlian yang khusus
- Membutuhkan tambahan pekarjaan.

BAB III
IMPLEMENTASI PROGRAM INOVASI
A. Inovasi dalam Pendidikan
Inovasi dapart dilakukan pada semua bidang kehidupan dan inovasi pendidikan merupakan bagian dari inovasi. Dalam pendidikan inovasi dapat terlahir baik dalam penyediaan agen inovasi maupun program inovasi. Penyediaan agen inovasi biasanya dihasilkan melalui manajemen sumber daya manusia yang dibarengi dengan manajemen inovasi dan pada akhirnya menghasilkan program inovasi.
Pada pembahasan ini, penulis memfokuskan bahasannya pada bidang pendidikan khususnya dalam meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik. Hal ini disebabkan karena adanya kesesuaian dengan lingkungan penulis sendiri yaitu sebagai pendidik.
Dalam dunia pendidikan, keberadaan person dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan, multi peran guru dalam pendidikan merupakan tuntutan mengapa perlunya inovasi. Mereka dituntut tidak hanya sebagai pendidik yang harus mampu mentransformasikan nilai-nilai ilmu pengetahuan. Tetapi, sekaligus sebagai penjaga moral bagi peserta didik. Bahkan, tidak jarang para guru dianggap sebagai orang tua kedua, setelah orang tua peserta didik dalam proses pendidikan secara global.
Aktivitas proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan dan guru sebagai salah satu pemegang utama dalam menggerakkan kemajuan dan perkembangan dunia pendidikan. Agar proses pembelajaran berhasil dan mutu pendidikan meningkat, maka diperlukan guru yang memahami dan menghayati profesinya. Selian itu, guru harus memiliki wawasan pengetahuan dan keterampilan sehingga tercipta proses pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira dan berbobot (PAIKEM GEMBROT).
Perubahan peran guru yang tadinya sebagai penyampai prngetahuan, pengalih keterampilan dan satu-satunya sumber belajar berubah peran menjadi pembimbing, Pembina, pendidik, pengajar dan pelatih. Dalam proses pembelajaran guru akan bertindak sebagai pasilitator, motivator yang bersikap akrab dan penuh tanggung jawab, serta memperlakukan peserta diidk sebagai mitra dalam menggali dan mengolah informasi menuju tujuan yang telah direncanakan.
Guru menciptakan pendidikan yang berkualitas, perlu adanya inovasi-inovasi pembelajaran yang lebih disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman yang terjadi saat ini dan tentunya ujung tombak dari implementasi inovasi dilingkungan pendidikan adalah guru. Peranan guru dalam pelaksanaan inovasi di sekolah sangatlah vital. Jika kinerja gurunya lambat atau mereka menolak inovasi itu sendiri, sudah barang tentu program inovasi tidak akan berjalan sesuai tujuan.
Inovasi dalam dunia pendidikan dapat berupa apa saja baik itu produk ataupun sistem. Untuk produk misalnya guru menciptakan media pembelajaran dan sistem misalnya cara penyampaian materi dalam proses pembelajaran dengan lempar jawab ataupun lainnya yang bersifat metode inovasi dapat dikreasikan sesuai pemanfaatannya, yang memudahkan serta mengarah pada kemajuan dunia pendidikan.
Agar dunia pendidikan dapat lebih inovatif diperlukan guru yang berkompeten danyang memiliki kreativitsa tinggi, sebab proses pendidikan berkenaan dengan pengelolaan sumber daya manusia, yang menghasilkan output yang langsung jadi, tidak ada istilah kelinci percobaan untuk sebuah proses pendidikan, karena kegagalan dalam proses pendidikan akan berakibat fatal pada pertaruhan kualitas manusia dimasa depan.
Dengan demikian, guru sudah semestinya memberikan pendidikan yang benar-benar mendidik dan memberikan arahan yang baik, agar peserta didik bisa berkembang menjadi generasi yang santun dan dapat menerima pendidikan sebagai pencerahan dalam menciptakan dan membangun suatu proses atau produk yang inovatif.

B. Langkah-langkah program inovasi pendidikan
Program inovasi pada hakekatnya adalah rencana untuk melakukan pembaharuan dan perubahan. Memulai memunculkan program inovasi diawali dari penemuan permasalahan yang muncul di lingkungan pendidikan kita. Misalnya rendahnya prestasi siswa dalam pembelajaran. Guru sebagai agen inovasi, penemuan maslaah tersebut belum cukup akan tetapi harus mempunyai kemampuan dan keinginan untuk menelusuri akan permasalahan.
Menelusuri dan menemukan akar permasalahan yang sedang hangat dibicarakan adlah melalui SWOT, yaitu cara yang sistematis untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab masalah tersebut. Pada saat menganalisis kekuatan atau keunggulan yang tidak dimiliki oleh sekolah lain dan kelemahan atau keterbatasan dari sekolah kita akan ditemukan sebagai refleksi dari lingkungan internal. Sementara peluang yang menguntungkan dan ancaman yang menjadi pengganggu pun akan muncul dari lingkungan eksternal.
Dengan hasil analisis dari lingkungan internal dan eksternal, maka agen inovasi merumuskan program yang ampuh atau jitu untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi yang ada. Kemudian, program yang telah dirumuskan dijadikan suatu konsep program inovasi.
Pemberian nama program adalah langkah selanjutnya nama program tersebut harus keren, baru dan menarik perhatian orang. Sehingga pengguna program dengan mudah memanfaatkan dan mengaplikasikannya. Begitu juga kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan harus yang betul-betul opersional.
Langakh selanjutnya adalah menentukan target dan sasaran dari kegiatan inovasi, memprediksi keunggulan dan kelemahan program serta mengevaluasi program tersebut. Dari semua langkah-langkah program inovasi itu harus dimplementasikan dengan kerja sama yang solid, optimis dengan harapan dapat tercapainya tujuan program inovasi itu. Semoga…!!!!

DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarman. (2002). Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia
Sofyandi, Herman. (2008) Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kusmana, Suherli. (2010). Manajemen Inovasi Pendidikan. Pascasarjana Unigal Press.