Sebelum
membahas lebih lanjut tentang reliabilitas data nominal, sebaiknya kita
berkenalan terlebih dahulu dengan reliabilitas dan data nomimal. Sebab
makhluk-makhluk ini sangat penting dalam hal keakuratan data.
Sebenarnya
tidak arif jika kita berkenalan dengan reliabilitas tanpa mengenal
validitas. Akan tetapi karena keterbatasan ruang, maka pada kesempatan
ini, kita hanya akan berkenalan dengan reliabilitas. Apa sebenarnya
reliabilitas tersebut?? Baiklah, mari kita mulai menjelajah menyusuri
pendapat beberapa ahli.
Reliabilitas
diterjemahkan dari kata reliability. Menurut John M. Echols dan Hasan
Shadily (2003: 475) reliabilitas adalah hal yang dapat dipercaya. Popham
(1995: 21) menyatakan bahwa reliabilitas adalah "...the degree of which
test score are free from error measurement". Dalam pandangan Brennan
(2001: 295) reliabilitas merupakan karakteristik skor, bukan tentang tes
ataupun bentuk tes. Menurut Sumadi Suryabrata (2004: 28) reliabilitas
menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat
dipercaya. Hasil pengukuran harus reliabel dalam artian harus memiliki
tingkat konsistensi dan kemantapan. Dalam pandangan Aiken (1987: 42)
sebuah tes dikatakan reliabel jika skor yang diperoleh oleh peserta
relatif sama meskipun dilakukan pengukuran berulang-ulang. Untuk
memperoleh skor yang sama, maka tidak boleh ada kesalahan pengukuran.
Dengan demikian, keandalan sebuah alat ukur dapat dilihat dari dua
petunjuk yaitu kesalahan baku pengukuran dan koefisien reliabilitas.
Kedua statistik tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan
keterbatasan (Feldt & Brennan, 1989: 105)
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, maka reliabilitas sebenarnya adalah keajegan
atau konsistensi. Semakin konsisten, maka semakin tinggi reliabilitas
tersebut dan demikian sebaliknya.
Berdasarkan
sejarah, reliabilitas sebuah instrumen dapat dihitung melalui dua cara
yaitu kesalahan baku pengukuran dan koefisien reliabilitas (Feldt &
Brennan: 105). Kedua statistik di atas memiliki keterbatasannya
masing-masing. Kesalahan pengukuran merupakan rangkuman inkonsistensi
peserta tes dalam unit-unit skala skor sedangkan koefisien reliabilitas
merupakan kuantifikasi reliabilitas dengan merangkum konsistensi (atau
inkonsistensi) diantara beberapa kesalahan pengukuran.
Reliabilitas
alat ukur tidak dapat diketahui dengan pasti tetapi dapat diperkirakan.
Dalam mengestimasi reliabilitas alat ukur, ada tiga cara yang sering
digunakan yaitu (1) pendekatan tes ulang, (2) pendekatan dengan tes
pararel dan (3) pendekatan satu kali pengukuran.
Pendekatan
tes ulang merupakan pemberian perangkat tes yang sama terhadap
sekelompok subjek sebanyak dua kali dengan selang waktu yang berbeda.
Asumsinya adalah bahwa skor yang dihasilkan oleh tes yang sama akan
menghasilkan skor tampak yang relatif sama. Estimasi dengan pendekatan
tes ulang akan menghasilkan koefisien stabilitas. Untuk memperoleh
koefisien reliabilitas melalui pendekatan tes ulang dapat dilakukan
dengan menghitung koefisien korelasi linear antara distribusi skor
subyek pada pemberian tes pertama dengan skor subyek pada pemberian tes
kedua. Pendekatan tes ulang sangat sesuai untuk mengukur ketrampilan
terutama ketrampilan fisik.
Cara
yang kedua adalah dengan menggunakan bentuk pararel. Estimasi koefisien
reliabilitas dengan menggunakan bentuk pararel sangat sulit untuk
diwajudkan. Hal ini dikarenakan sulitnya membuat dua tes yang
benar-benar dapat dikatakan pararel. Dalam teori tes klasik, dua tes
dikatakan pararel jika skor mumi yang didapat dari kedua tes tersebut
sama. (T = T')dan varian skor-skor kesalahannya sama ( ). Karena itulah
dalam prakteknya, estimasi reliabilitas dengan menggunakan tes pararel
jarang digunakan.
Metode
estimasi reliabilitas dengan hanya melakukan satu kali pengukuran pada
sekelompok subyek yang sama sering disebut konsistensi internal
(internal consistency). Metode ini bertujuan untuk melihat konsistensi
antar butir atau antar bagian dalam tes itu sendiri. Teknik untuk
melakukan estimasi dengan pendekatan satu kali pengukuran ini ada
beberapa cara. Yang paling sering digunakan adalah dengan membelah dua
tes menjadi dua bagian yang setara, atau menggunakan beberapa rumus
reliabilitas seperti rumus dari Flanagan, Rulon, Kuder dan Richardson
serta Cronbach.
Untuk mendapatkan
estimasi koefisien reliabilitas dengan teknik belah dua, maka tes dibagi
menjadi dua bagian yang sama kemudian dicari korelasi antara skor pada
belahan pertama dengan skor pada belahan kedua. Koefisien korelasi
antara kedua belahal tersebut bukan merupakan koefisien reliabilitas
sebagaimana teknik test-retest. Prosedur penghitungan reliabilitas tes
selanjutnya tergantung pada sifat distribusi kedua belahan
Adapun
data nomimal adalah dalam bentuk kategori misalnya laki-laki/perempuan,
kaya/miskin, benar/salah, dan sebagainya. Nah, rumus Cronbach itu
kadang-kadang juga disebut dengan rumus Alpha. Dengan demikian, rumus
alpha juga digunakan dalam melakukan pengukuran reliabilitas data
nominal. Lalu yang menjadi pertanyaan selanjutnya dari saudara rims
adalah kenapa koefisien reliabilitas tersebut sangat kecil?
Reliabilitas
yang kecil ditentukan oleh kesalahan pengukuran (error measurement).
Hubungan antar koefisien reliabilitas dengan kesalahan pengukuran
berbanding terbalik. Semakin besar koefisien reliabilitas, maka
kesalahan pengukuran semakin kecil dan semakin kecil koefisien
reliabilitas maka kesalahan pengukuran semakin besar. Nah, dengan
demikian, kecilnya indeks reliabilitas dikarenakan oleh kesalahan
pengukuran.