A.
Pengertian
Masa Lanjut Usia (Lansia)
Masa usia lanjut merupakan periode
penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang
telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau
beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Lanjut usia merupakan istilah
tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut
usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu
dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN
1998).
Secara biologis penduduk lanjut usia
adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem
organ.
Secara ekonomi, penduduk lanjut usia
lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang
beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat,
bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali
dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat Dari
aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di
negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda.
Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh
terhadap pengambilan keputuan serta luasnya hubungan sosial yang semakin
menurun.
Menurut
Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa
dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Tetapi bagi orang lain,
periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa
kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa
ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah
kelompok orang yang homogen. Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda.
Ada orang berusia lanjut yang mampu melihat arti penting usia tua dalam konteks
eksistensi manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi mereka
kesempatan-kesempatan untuk tumbuh berkembang dan bertekad berbakti. Ada juga
lanjut usia yang memandang usia tua dengan sikapsikap yang berkisar antara
kepasrahan yang pasif dan pemberontakan, penolakan, dan keputusasaan. Lansia
ini menjadi terkunci dalam diri mereka sendiri dan dengan demikian semakin
cepat proses kemerosotan jasmani dan mental mereka sendiri.
Disamping
itu untuk mendefinisikan lanjut usia dapat ditinjau dari pendekatan kronologis.
Menurut Supardjo (1982) usia kronologis merupakan usia seseorang ditinjau dari
hitungan umur dalam angka. Dari berbagai aspek pengelompokan lanjut usia yang
paling mudah digunakan adalah usia kronologis, karena batasan usia ini mudah
untuk diimplementasikan, karena informasi tentang usia hampir selalu
tersedia pada berbagai sumber data kependudukan.
Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :
- Usia pertengahan (middleage) 45 -59 tahun,
- Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,
- Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun,
- Usia sangat tua (veryold) diatas 90 tahun.
Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap
orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke
atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk
keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari. Saparinah ( 1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan
kelompok umur yang mencapai tahap praenisium pada tahap ini akan mengalami
berbagai penurunan daya tahan tubuh/kesehatan dan berbagai tekanan
psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya.
Demikian
juga batasan lanjut usia yang tercantum dalam Undang-Undang No.4 tahun 1965
tentang pemberian bantuan penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak
mendapatkan bantuan adalah mereka yang berusia 56 tahun ke atas. Dengan
demikian dalam undang-undang tersebut menyatakan bahwa lanjut usia adalah yang
berumur 56 tahun ke atas. Namun demikian masih terdapat perbedaan dalam
menetapkan batasan usia seseorang untuk dapat dikelompokkan ke dalam penduduk
lanjut usia.
Menurut
Hurlock (1997), usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup
seseorang, yaitu suatu periode di mana seseorang telah “beranjak jauh” dari
periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh
dengan manfaat. Bila seseorang yang sudah beranjak jauh dari periode
hidupnya, ia sering melihat masa lalunya, biasanya dengan penuh penyesalan, dan
cenderung ingin hidup pada masa sekarang, mencoba mengabaikan masa depan
sedapat mungkin. Usia enam puluhan biasanya dipandang sebagai garis pemisah
antara usia madya dan usia lanjut.
Akan
tetapi orang sering menyadari bahwa usia kronologis merupakan kriteria yang
kurang baik dalam menandai permulaan usia
lanjut karena terdapat perbedaan tertentu di antara individu-individu
dalam usia pada saat mana usia lanjut
mereka mulai. Karena kondisi kehidupan dan perawatan yang lebih baik,
kebanyakan pria dan wanita zaman sekarang tidak menunjukkan tanda-tanda ketuaan
mental dan fisiknya sampai usia enam puluh lima sebagai usia pensiun dalam
berbagai urusan, sebagai tanda mulainya usia
lanjut.
Tahap terakhir dalam rentang kehidupan sering
dibagi menjadi usia lanjut dini, yang berkisar antara usia enam puluh sampai
tujuh puluh dan yang mulai pada usia tujuh puluh sampai akhir kehidupan
seseorang. Orang dalam usia enam puluhan biasanya digolongkan sebagai usia tua , yang berarti antara
sedikit-lebih tua atau setelah usia madya dan usia lanjut setelah mereka mencapai usia tujuh puluh, yang berarti
makin lanjut usia seseorang dalam periode hidupnya dan telah kehilangan
kejayaan masa mudanya (Hurlock, 1997).
Ketika
seseorang sampai pada masa lansia yang
merupakan tahap terakhir pada perkembangan manusia, ia seakan-akan dihadapkan
pada kenyataan yang tidak diherankan bahwa ia menjadi tua dan akhirnya hanya
bisa menerima tanpa dapat berbuat apa-apa. Masa lansia sering dianggap masa
yang suram dan gelap Bila pada masa anak-anak, seseorang mengalami perubahan
yang mengarah pada hal-hal yang positif dan mencapai puncak perkembangannya
pada masa dewasa. Maka pada lansia
perubahan-perubahan yang dialami mengarah pada perubahan yang negatif di mana
mereka lebih banyak mengalami kemunduran daripada kemajuan (Pinakus dalam
Sari,1993)
B. Ciri-ciri
Usia Lanjut Usia
1. Usia
Lanjut Usia Merupakan Periode Kemunduran
Periode selama usia lanjut, ketika
kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap dan pada waktu
kompensasi terhadap penurunan ini dapat dilakukan, dikenal sebagai “senescence,
yaitu masa periode menjadi tua. Kemunduran itu sebagian berasal dari faktor
fisik dan psikologis. Penyebab fisik kemunduran ini merupakan suatu perubahan
pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus tapi karena proses menua.
Kemunduran yang disebabkan oleh faktor psikologis adalah sikap tidak senang
terhadap diri sendiri orang lain, pekerjaan, dan kehidupan pada umumnya dapat
menuju ke keadaan uzur, karena terjadi perubahan pada lapisan otak.
Akibatnya orang menurun secara fisik dan
mental dan mungkin akan segera mati.
Selain itu, motivasi juga mempengaruhi kemunduran. Seseorang mempunyai motivasi
rendah untuk mempelajari hal-hal baru atau ketinggalan dalam penampilan, atau
sikap dan pola perilaku akan semakin buruk dan lebih cepat mengalami kemunduran
daripada orang yang mempunyai motivasi kuat.
2.
Perbedaan Individual Pada Efek Menua
Dewasa ini bahkan lebih banyak terjadi
daripada dahulu kala bahwa menua itu mempengaruhi orang secara berbeda-beda.
Orang menjadi tua secara berbeda karena mempunyai sifat bawaan, sosioekonomi,
latar belakang pendidikan, dan pola hidup yang berbeda pula. Bila perbedaan
tersebut bertambah sesuai bertambahnya usia, maka akan membuat orang bereaksi
secara berbeda terhadap situasi yang sama. Sebagai contoh, beberapa orang
berfikir bahwa pensiun merupakan berkah dan keberuntungan, sedangkan orang lain
menganggapnya sebagai kutukan.
3.
Usia Tua Dinilai dengan Kriteria yang
Berbeda
Pendapat klise yang telah dikenal
masyarakat tentang usia lanjut adalah pria dan wanita yang keadaan fisik dan
mentalnya loyo, usang, sering pikun, jalannya membungkuk, dan sulit hidup
bersama dengan siapapun, karena hari-harinya yang penuh dengan manfaat telah
lewat, sehingga perlu dijauhkan dari orang-orang yang lebih muda. Pendapat
klise ini tidak menyenangkan dan tampaiknya membuat ia sulit melihat usia
lanjut sebagai segalanya melainkan lebih merupakan hal yang negatif dalam
kehidupan.
4.
Sikap Sosial terhadap Usia Lanjut
Arti penting tentang sikap sosial terhadap
usia lanjut yang tidak menyenangkan mempengaruhi cara memperlakukan orang usia
lanjut. Sebagai pengganti penghormatan dan penghargaan terhadap orang usia
lanjut, di beberapa negara seperti Amerika mengakibatkan orang usia lanjut
merasa bahwa mereka tidak lagi bermanfaat bagi kelompok sosial dengan demikian
maka lebih banyak menyusahkan daripada sikap yang menyenangkan.
5.
Orang Usia Lanjut Mempunyai Status
Kelompok-Minoritas
Meskipun ada fakta bahwa dewasa ini orang
usia lanjut bertambah jumlahnya, tetapi status mereka dalam kelompok-minoritas,
yaitu status yang dalam beberapa hal mengecualikan mereka untuk tidak berinteraksi
dengan kelompok lainnya, dan memberinya sedikit kekuasaan atau bahkan tidak.
Status kelompok-minoritas ini terutama terjadi akibat dari sikap sosial yang
tidak menyenangkan terhadap orang usia lanjut dan diperkuat oleh pendapat klise
yang tidak menyenangkan tentang mereka.
6.
Menua Membutuhkan Perubahan Peran
Karena sikap sosial yang tidak
menyenangkan tentang orang usia lanjut, pujian yang mereka hasilkan dihubungkan
dengan peran usia tua bukan dengan keberhasilan mereka. Persaan tidak berguna
dan tidak diperlukan lagi bagi orang usia lanjut menumbuhkan rasa rendah diri
dan kemarahan, yaitu perasaan yang tidak menunjang proses penyesuaian sosial
seseorang.
7.
Penyesuaian yang Buruk Merupakan Ciri-ciri
Usia Lanjut
Karena sikap sosial yang tidak menyenangkan
bagi orang usia lanjut, yang nampak dalam cara orang memperlakukan mereka maka
tidak heran lagi kalau banyak orang usia lanjut mengembangkan konsep diri yang
yang tidak menyenangkan. Hal ini cenderung ditunjukan pada bentuk perilaku yang
buruk dan tingkat kekerasan yang berbeda pula. Mereka yang pada masa lalunya
sulit dalam menyesuaikan diri cenderung untuk semakin jahat ketimbang mereka
yang dalam menyesuiakan diri pada masa lalunya mudah dan menyenangkan.
8.
Keinginan menjadi Muda Kembali sangat Kuat
Pada Usia Lanjut
Status kelompok-minoritas yang dikenakan
pada orang berusia lanjut secara alami telah membangkitkan keinginan mereka
untuk tetap muda. Berbagai cara-cara kuno, obat termanjur untuk semua penyakit,
zat kimia, tukang sihir dan ilmu gaib digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
C. Karakteristik
Masa Lanjut Usia
Menurut
Butler dan Lewis (1983) serta Aiken (1989) terdapat berbagai karakteristik
lansia yang bersifat positif. Beberapa di antaranya adalah:
·
Keinginan untuk meninggalkan warisan;
·
Fungsi sebagai seseorang yang dituakan;
·
Kelekatan dengan objek-objek yang dikenal;
·
Perasaan tentang siklus kehidupan;
·
Kreativitas,
·
Rasa ingin tahu dan kejutan (surprise);
·
Perasaan tentang penyempurnaan atau pemenuhan
kehidupan, dll.
D. Tugas
Perkembangan Usia Lanjut
Sebagian besar tugas perkembangan usia
lanjut lebih pada kehidupan pribadi ketimbang kehidupan orang lain. Orang tua
diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan, kemunduran
kesehatan secara bertahap. Hal ini sering diartikan sebagai perbaikan dan
perubahan peran yang pernah dilakukan di dalam maupun diluar rumah. Mereka juga
diharapkan mencari kegiatan-kegiatan untuk mengganti tugas-tugas terdahulu yang
menghabiskan sebagian besar waktu mereka ketika muda.
Bagi beberapa orang usia lanjut kewajiban
untuk menghadiri rapat yang menyangkut kegiatan sosial dan kewajiban warga
negara sangat sulit dilakukan karena kesehatan dan pendapatan mereka menurun,
yang akhirnya mereka terpaksa untuk mengundurkan diri dari acara kegiatan
sosial. Cepat atau lambat sebagian besar orang usia lanjut perlu mempersiapkan
dan menyesuaikan diri dengan peristiwa kematian suami atau istri. Saat
anak-anak menjadi tumbuh besar, dan mulai banya terlibat dalam kegiatan
keluarga atau pribadi, maka waktu yang dimiliki oleh orang usia lanjut bersama
anak akan semakin sedikit. Oleh karena itu mereka perlu membangun ikatan dengan
anggota dari kelompok usia mereka.
1. Penyesuaian
Diri Terhadap Perubahan Fisik Bagi Usia Lanjut
a) Perubahan
Penampilan
Kebanyakan tanda fisik bagi penuaan adalah
perubahan pada wajah. Bahkan walaupun wanita dapat menggunakan kosmetik yang
dapat menutupi tanda-tanda penuaan, tetapi selalu banyak aspek yang tidak dapat
ditutupinya. Selain itu, tangan juga dapat menyingkapkan usia seseorang. Sama
seperti wajah, tangan lebih banyak berubah seiring berubahnya usia. Dan
perubahan pada tangan ini sering tidak dapat disembunyikan.
b) Perubahan
Bagian dalam Tubuh
Perubahan kerangka tubuh (skelton) karena
mengerasnya tulang-tulang, menumpuknya garam mineral dan modifikasi pada
susunan organ tulang bagian dalam. Akibatnya adalah tulang mudah patah dan
retak, atau terjadi osteoporosis. Perubahan sistem syaraf (nervous tems). Yang
perlu diperhatikan adalah pada otak. Pada usia lanjut berat otak berkurang,
bilik-bilik jantung melebar sedang pita jaringan cortical menyempit. Sistem
saraf puja berubah sejak awal periode lanjut. Perubahan itu ketahuan dari
menurunnya kecepatan belajar sesuatu yang diikuti menurunnya kemampuan
intelektual. Isi perut (viscera). Isi perut mengalami penurunan seperti
berhentinya pertumbuhan yang diketahui lewat limpa, hati, alat reproduksi,
jantung, paru-paru pankreas dan ginjal.
c) Perubahan
pada Fungsi Fisiologis
·
Kurang
tahan terhadap terhadap temperatur yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu
dingin).
·
Kesulitan
dalam pernafasan.
·
Penurunan
jumlah waktu tidur karena insomnia.
·
Perubahan
dalam pencernaan.
·
Menurunnya
ketahanan dan kekuatan bekerja karena menurunnya fungsi otot.
d) Perubahan
Panca Indera
Pada usia lanjut, fungsi seluruh organ penginderaan
kurang mempunyai sensitivitas dan efisiensi kerja dibanding yang dimiliki orang
yang lebih muda. Mata dan telinga merupakan dua organ yang paling banyak
mengalami kemunduran fungsinya, karena mata dan teling paling sering digunakan
sehingga lebih mudah dipengaruhi oleh bertambahnya usia.
e) Perubahan
Seksual
Masa berhentinya reproduksi keturunan
(klimakterik) pada pria datang belakangan daripada masa menopause pada wanita,
dan memerlukan masa yang lebih lama. Klimakterik pada pria mempunyai dua efek
umum. Pertama, terjadi penyusutan atau penurunan ciri-ciri sekunder. Misalnya
perubahan suara, titik nada meninggi, rambut pada bagian wajah dan badan
menjadi berkurang keindahannya, dan kekerasan otot menurun. Secara umum orang
usia lanjut merasa berkurang kelaki-lakiannya, dibanding sebelumnya. Begitu
juga wanita berkurang keluwesannya setelah menopause terjadi. Kedua,
klimakterik mempengaruhi fungsi seksual. Walaupun potensi seksual telah
berkurang, tetapi tidak berarti keinginan untuk seksualnya menurun. Bahkan
keinginan untuk seksual lebih besar daripada ketahanan atau kemampuan fisiknya.
Faktor psikologis yang menyertai lansia
antara lain :
· Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
· Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh
tradisi dan budaya.
· Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
· Pasangan hidup telah meninggal.
· Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa
lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
2. Perubahan
Kemampuan Motorik Pada Usia Lanjut
Perubahan kemampuan motorik disebabkan
oleh beberapa hal berikut ini adalah.
a) Penyebab
Fisik
Penyebab fisik yang mempengaruhi perubahan
dalam kemampuan motorik adalah meliputi menurunnya kekuatan dan tenag, yang
biasanya menyertai perubahan fisik yang terjadi karena bertambahnya usia,
menurunnya kekerasan otot, kekuatan pada persendia, gemetar pada tangan, kepala
dan rahang bawah.
b) Penyebab
Psikologis
Penyebab psikologi yang mempengaruhi perubahan
dalam kemampuan motorik berasal dari kesadaran tentang merosotnya dan perasaan
akan rendah diri kalau dibandingkan dengan orang yang lebih muda, dalam arti
kekuatan, kecepatan dan keterampilan. Tekanan emosi yang berasal dari
sebab-sebab psikologis dapat mempercepat perubahan kemempuan motorik atau
menurunnya motivasi untuk mencoba melakukan sesuatu yang masih dapat dilakukan.
3. Perubahan
Kemampuan Mental Pada Usia Lanjut
Pada masa lalu, diduga bahwa kerusakan
metal yang tidak dapat dihindari juga diikuti oleh kerusakan fisik. Menurunnya
kondisi fisik yang menunjang terjadinya kerusakan mental telah ditunjukkan
dengan fakta bahwa perlakuan terhadap hormon seks pada wanita berusia lanjut
dapat meningkatkan kemampuan berpikir, mempelajari bahan baru, menghapal,
mengingat, dan meningkatkan kemampuan untuk mengeluarkan energi intelektual.
Pada pihak lain beberapa kondisi pathologis seperti tekanan darah tinggi,
mengarah pada menghilangnya kemampuan intelektual pada usia lanjut meskipun
menurut Wikkie dan Eisdorfer bahwa gangguan-gangguan seperti itu bukan dari
proses ketuaan yang normal.
Langkahnya perangsang dari lingkungan juga
memperngaruhi kecepatan tingkat penurunan mental. Dalam hal mental seperti
belajar aspek motorik kelanjutan dari latihan yang dilakukan selama
bertahun-tahun akan memperlambat kecepatan tingkat penurunan mental. Mereka
yang bekerja hingga mencapai akhir hidupnya mempunyai fungsi otak yang lebih
normal dan dapat melakukan tes kecerdasan dengan lebih baik dibanding mereka
yang menganggur.
4. Perubahan
Minat Pada Usia Lanjut
a) Minat
Pribadi
·
Minat
dalam Diri Sendiri
Orang usia lanjut akan semakin dikuasai
oleh diri sendiri, yang berorientasi pada egonya (egocentric) dan dirinya
(self-centred) dimana mereka lebih banyak berfikir tentang dirinya daripada
orang laindan kurang memperhatikan keinginan dan kehendak orang lain.
·
Minat
Pada Penampilan
Meskipun banyak orang usia lanjut
menganggap penting tentang penampilan mereka seperti yang mereka lakuakan dulu,
namun banyak juga yang menunjukan sikap tidak peduli terhadap penampilannya.
Mereka mungkin akan berhenti dalam merawat pakaian, bahkan mereka tidak ambil
pusing dengan perawatan diri.
·
Minat
Terhadap Pakaian
Minat terhadap pakaian tergantung pada
sejauh mana orang usia lanjut terlibat dalam kegiatan sosial. Sebagian
bergantung pada status ekonomi, sebagian bergantung pada kesadaran untuk
menerima kenyataan bahwa mereka telah lanjut usia sehingga harus menyesuaikan
diri.
·
Minat
Terhadap Uang
Minat terhadap uang semakin tua semakin
berkurang, yang biasanya kesadaran tentang itu semakin besar sejalan dengan
bertambahnya usia.
b) Minat
Untuk Rekreasi
Pria dan wanita lanjut usia cenderung
untuk tetap tertarik pada kegiatan rekreasi yang biasa dinikmati pada masa
mudanya.
·
Penyebab
perubahan kegiatan rekreasi.
Walaupun mengembangkan minat baru untuk
kegiatan rekreasi bukanlah merupakan hal yang biasa, akan tetapi mereka senang
menggunakan waktunya untuk suatu kegiatan rekereasi yang menarik pada waktu
mereka masih muda. Beberapa perubahan dalam kegiatan rekreasi sering dilakukan
karena memang tidak dapat dielakkan. Sebagian besar perubahan minat rekreasi
ini bukan disebabkan oleh perubahan minatnya, melainkan karena alasan kondisi
yang tidak memungkinkan.
·
Kegiatan
rekreasi yang biasa dilakukan pada usia lanjut.
Kegiatan yang biasa dilakukan oleh orang
usia lanjut adalah membaca, menulis surat, mendengarkan radio, menonton TV,
berkunjung ke rumah teman atau saudara, menjahit, menyulam, berkebun, piknik,
jalan-jalan, bermain kartu, pergi ke gedung film, serta turut serta dalam
kegiatan kewarganegaraan.
c) Minat
Sosial
Dalam bertambahnya usia mengakibatkan
banyak orang yang merasa menderita karena jumlah kegiatan sosial yang
dilakukannya semakin berkurang. Hal ini lazim diistilahkan sebagai lepas dari
kegiatan kemasyarakatan (social disengagement), yaitu suatu proses pengunduran
diri secara timbal balik pada masa usia lanjut dari lingkungan sosial. Social
disengagement terdapat empat elemen “pelepasan beban” (load shedding) yaitu
meliputi keterlibatan dengan orang lain berkurang, pengurangan variasi peranan
sosial yang dimainkan, penggunaan kemampuan mental yang semakin bertambah, dan
berkurangnya partisipasi dalam kegiatan fisik. Sosial disengagement dalam usia
lanjut sering diungkapkan dalam bentuk penyusutan sumber yang bisa dimanfaatkan
untuk melakukan knontak sosial dan menurunnya pertisipasi sosial.
·
Jenis
kegiatan sosial yang mulai dihentikan.
Berhentinya seseorang dari kegiatan sosial
bisa terjadi secara sukarela atau terpaksa. Yang suka rela contohnya adalah
mereka menganggap bahwa jenis kegiatan tersebut sudah tidah cocok lagi dengan
usia mereka dan kebutuhan mereka, seperti minat terhadap diri sendiri meningkat
dan minat terhadap orang lain berkurang. Pengunduran diri secara terpaksa
adalah apabila mereka menginginkan dan memerlukan kontak semacam itu karena
kondisi-kondisi tertentu yang sedikit terkontrol atau bahkan tidak sama sekali,
seperti meningal dunia, atau pindah kota atau ekonominya tidak memungkinkan
sehingga mereka harus mengundurkan diri.
·
Sumber
kontak sosial.
Ada sumber dalam masyarakat yang berbeda
yang dapat dimanfaatkan oleh orang lanjut usia untuk melakukan kontak sosial
dimasa tuanya. Masalah serius tentang hal tersebut adalah sekali kontak sosial
itu dirusak, maka mereka akan jarang dapat memperbaiki atau menukar dengan yang lain. Sebagai
akibat dari menyempitnya sumber-sumber kkontak sosial yang ada biasanya daur
kehidupan keluarganya hanya terdiri dari inti kehidupan sosial orang usia
lanjut. Semakin tua semakin besar ketergantungan mereka dalam hal persahabatan
pada anggota keluarga. Pendapat seperti ini benar khususnya bagi pria usia
lanjut karena banyak pria usia lanjut yang istrinya meninggal sebelumnya.
·
Partisipasi
sosial.
Dengan semakin bertambahnya usia seseorang
maka partisipasi sosialnya akan semakin berkurang dan cakupannya juga
menyempit. Terdapat banyak alasan mengapa partisipasi sosial menurun sejalan
dengan bertambahnya usia. Alasan kesehatan menurun yang secara umum biasa digunakan
sebagai alasan pokok. Alasan yang sama pentingnya atau bahkan kadangkala
dianggap lebih penting yaitu keterlibatan dalam kegiatan sosial pada usia muda.
d) Minat
untuk Mati
Selama masakanak-kanak dewasa dan sedikit
masa dewasa dini, rasa tertarik pada kematian adalah lebih berkisar pada
seputar kehidupan sesudah mati daripada terhadap sebab-sebab yang menjadikan
seseorang mati. Apabila keinginan terhadap kematian berubah dari ketertarikan
terhadap kehidupan setelah mati yang merupakan ciri-ciri masa muda menjadi
kematian diri seseorang yang meruipakan ciri-ciri dari orang usia lanjut,
penilaian tentang itu menunjukan bahwa keinginan tersebut ada dalam berbagai
bentuk.
E.
Masalah yang
Perlu diselesaikan Agar Kesejahteraan Lansia dapat Ditingkatkan
Problematik yang
dihadapi dan perlu diselesaikan segera agar kesejahteraan Lansia dapat
ditingkatkan adalah.
1.
Perubahan
Aspek Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar,
persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan
reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik
(konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti
gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang
cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian
lansia sebagai berikut:
·
Tipe Kepribadian Konstruktif (Constructionpersonalitiy), biasanya tipe
ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
·
Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami postpowersindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak
diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
·
Tipe Kepribadian Tergantung (Dependentpersonalitiy), pada tipe ini
biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga
selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan
hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi
jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
·
Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostilitypersonality), pada tipe ini
setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak
keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga
menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
·
Tipe Kepribadian Kritik Diri (SelfHatepersonalitiy), pada lansia tipe
ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang
lain atau cenderung membuat susah dirinya.
2.
Rasio
Ketergantungan yang Mengecil
Angka harapan hidup yang makin tinggi dan jumlah lansia yang terus
meningkat akan menjurus pada perubahan demografis dan akan berdampak pada rasio
ketergantungan. Dengan persiapan serta pewarisan nilai-nilai yang baik dari
generasi tua, generasi produktif tetap akan menjadi pendukung setia orang tua,
karena oldagedependencyratio yang mengecil tidak akan menimbulkan banyak
masalah. Pada tahun 2000 dan selanjutnya, angka ketergantungan pendiuduk lansia
yang berusia 60 tahun atau lebih akan ditanggung oleh empat atau kurang dari
empat usia produktif.
Dengan demikian setiap calon penduduk Lansia harus menyiapkan keluarga
dan anak-anaknya dengan baik agar pada waktunya kelak dapat menanggung Lansia.
Sekaligus calon Lansia hendaknya menyadari bahwa para anak yang nantinya akan
berkeluarga harus menanggung dirinya sendiri serta keluarganya sendiri.
3.
System
Nilai Kekerabatan yang Berubah
Ukuran keluarga yang telah berubah menjadi kecil disertai perubahan
system nilai kekerabatan dalam keluarga ditandai sikap setiap anggota, termasuk
Lansia, yang menjadi lebih modern dan ditandai antara lain oleh perencanaan
masa depan dengan lebih seksama, dilandasi perhitungan rasional tentang untung
rugi, keinginan untuk hidup mandiri yang telah mengubah anutan pada nilai
tradisional-paguyuban yang selama ini dianut. Hal ini akan memposisikanLansia
ke kedudukan dan perannya yang baru dalam keluarga. Perubahan ini akan memberikan
pengaruhnya pada berbagai aspek kehidupan ekonomi dan social budaya.
4.
Sumber
Pendapatan yang Menurun
Seperti manusia lainnya yang membutuhkan pendukung kehidupan, Lansia
memerlukan sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhannya. Sumber-sumber
pendapatan lansia dapat berupa pension, tabungan, asuransi hari tua, bantuan
keluarga atau bagi yang masih aktif produktif diusia lanjut, sumber
pendapatannya adalah perolehan sebagai penghasilan dari pekerjaannya.
5.
Perubahan
Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik
dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada
lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang,
penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal
itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama
yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan.
Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi
dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah
menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta
merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya
seperti anak kecil.
6.
Masalah
Psikologi dan Kesehatan Mental-Spiritual
Factor psikologis adalah bagian tidak terpisahkan dari kehidupan dalam
(inner-life) seorang manusia, termasuk Lansia. Sejak dulu telah diketahui bahwa
factor emosional erat kaitannya dengan kesehatan mental Lansia. Aspek emosional
yang terganggu, kecemasan, apalagi stress berat, dapat secara tidak langsung
mencetuskan gangguan terhadap kesehatan fisik, seperti sebaliknya gangguan
kesehatan fisik dapat berakibat buruk terhadap stabilitas emosi.
Pada lansia permasalahan psikologis terutama muncul bola lansia tidak
berhasil menemukan jalan keluar masalah yang timbul sebagai akibat dari proses
menua. Rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan
baru seperti penyakit yang tak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan
sebagian kecil dari keseluruhan “ketidakenakan” yang harus dihadapi Lansia.
Depresi, postpower sindrom, theemptynest adalah masalah yang makin memberatkan
kehidupan Lansia. Kepada lansia sering dianjurkan agar ia mampu menghadapi
berbagai persoalan dengan sikap “enteng” hingga ia tidak merasa terdesak untuk
mengubah orientasi kehidupan yang selama ini secara ajek diikutinya.
Perubahan-perubahan yang terjadi hendaknya dapat diantisipasi dan diketahui
sejak dini sebagai bagian dari persiapan menghadapi masa tua dan hidaup di masa
tua. Mendekatkan diri pada Tuhan yang Maha Esa, biasanya gejala menjadi tua
yang amat wajar. Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa merupakan
benteng pertahanan mental yang amat ampuh dalam melindungi diri dari berbagai
macam ancaman masa tua.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Arfinurul.
2010. Perkembangan Emosi pada Remaja.
[tersedia] http://arfinurul.blog.uns.ac.id. (14 Nopember 2012).
Atkinson, L. Rita dkk. 1991. Pengantar Psikologi. Jakarta:
PT Gelar Aksar Pratama.
Billimham, Katherine A.
1982. Developmental Psychology for The Heah Care Professions : Part 1
– Prenatal Through Adolescent Development. Colorado : Westview
Press, Inc.
Bimo Walgito. 2000. Pengantar
Psikologi Umum. Yogyakarta : Yasbit Fakultas Psikologi Universitas Gajah
Mada.
Branca, Albert A. 1965. Psychology
: The Science of Behavior. Boston : Allyn and Bacon, inc.
Dirgagunarsa, Singgih.
1988. Pengantar Psikologi. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung :
Rosdakarya.
F.J. Monks, dkk. 2002. Psikologi
Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Gunarsa, D. 1986. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Jakarta : PT. BK Gunung Mulia
Hardy, Malcolm dan
Heyes, Steve. 1988. Pengantar Psikologi. Jakarta : Erlangga.
Hurlock, B. Elizabeth. 1993. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
1980. Psikologi Perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan.
Edisi ke lima. Jakarta : Erlangga
1997.
Perkembangan Anak : Jilid 1. (Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa
dan Muslichah Z.) Jakarta : Erlangga.
1997.
Perkembangan Anak : Jilid 2 (Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa dan
Muslichah Z.) Jakarta : Erlangga.
1997.
Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
(Alih Bahasa : Istiwidayanti dan Soedjarwo) Jakarta : Erlangga.
Hymovich, Debra P. and
Chamberlin, Robert W. 1980. Child and Family Development : Implications
for Primary Health Care. New York : Mc Graw Hill Book Company.
Jeff and Cindi. 2006.
“Oh Baby, Bond with Me” http:// www.envisagedesign.
com/ohbaby/ index/html (diakses 15 Maret 2006).
Kartini Kartono. 1992. Psikologi
Wanita Jilid 2 : Mengenal Wanita sebagai Ibu dan Nenek. Bandung : CV Mandar
Maju.
Kartono, K. 1979. Psikhologi Anak. Bandung : Alumni
Kasiram, M. 1983. Ilmu
Jiwa Perkembangan. Surabaya : Usaha Nasional.
Monk, dkk. 2002. Psikologi Perkembangan : pengantar dalam
berbagai bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Nugraha,
Ari. 2012. Psikologi Perkembangan.
[tersedia] http://the-arinugraha-centre.blogspot.com. (25
Desember 2012).
Perry, Bruce D. 2001. Bonding
Attachment in Maltreated Children : Consequences of Emotional Neglect in
Childhood. Booklet.
Sarlito Wirawan Sarwono. 2001. Psikologi
Remaja. Jakarta: Radja Grafindo Persada.
.
2002. Psikologi Remaja. Jakarta : PT Remaja Grafindo Persada.
Sujanto, Agus. 1986. Psikologi Deskripsi. Jakarta: Aksara Baru.
Syamsu Yususf, L.N.
2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Tarigan, Rosdiana S.
2006. “11 Perilaku Sulit Si Prasekolah. ” Nakita No. 367/Th VIII/15 April
2006.
Yusuf, S. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Zulkifli, L. 1992. Psikologi Perkembangan. Bandung
: PT Remaja Rosda Karya