Friday, May 3, 2013

PERKEMBANGAN MASA LANJUT USIA


A.      Pengertian Masa Lanjut Usia (Lansia)
Masa usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998).
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat  Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputuan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun.
Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang homogen. Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda. Ada orang berusia lanjut yang mampu melihat arti penting usia tua dalam konteks eksistensi manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi mereka kesempatan-kesempatan untuk tumbuh berkembang dan bertekad berbakti. Ada juga lanjut usia yang memandang usia tua dengan sikapsikap yang berkisar antara kepasrahan yang pasif dan pemberontakan, penolakan, dan keputusasaan. Lansia ini menjadi terkunci dalam diri mereka sendiri dan dengan demikian semakin cepat proses kemerosotan jasmani dan mental mereka sendiri.
Disamping itu untuk mendefinisikan lanjut usia dapat ditinjau dari pendekatan kronologis. Menurut Supardjo (1982) usia kronologis merupakan usia seseorang ditinjau dari hitungan umur dalam angka. Dari berbagai aspek pengelompokan lanjut usia yang paling mudah digunakan adalah usia kronologis, karena batasan usia ini mudah untuk diimplementasikan, karena informasi  tentang usia hampir selalu tersedia pada berbagai sumber data kependudukan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :
  • Usia pertengahan (middleage) 45 -59 tahun,
  • Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,
  • Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun,
  • Usia sangat tua (veryold) diatas 90 tahun.
Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari. Saparinah ( 1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap praenisium pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh/kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya.
Demikian juga batasan lanjut usia yang tercantum dalam Undang-Undang No.4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan adalah mereka yang berusia 56 tahun ke atas. Dengan demikian dalam undang-undang tersebut menyatakan bahwa lanjut usia adalah yang berumur 56 tahun ke atas. Namun demikian masih terdapat perbedaan dalam menetapkan batasan usia seseorang untuk dapat dikelompokkan ke dalam penduduk lanjut usia.
Menurut Hurlock (1997), usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode di mana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Bila seseorang yang sudah beranjak jauh dari periode hidupnya, ia sering melihat masa lalunya, biasanya dengan penuh penyesalan, dan cenderung ingin hidup pada masa sekarang, mencoba mengabaikan masa depan sedapat mungkin. Usia enam puluhan biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut.
Akan tetapi orang sering menyadari bahwa usia kronologis merupakan kriteria yang kurang baik dalam menandai permulaan usia lanjut karena terdapat perbedaan tertentu di antara individu-individu dalam usia pada saat mana usia lanjut mereka mulai. Karena kondisi kehidupan dan perawatan yang lebih baik, kebanyakan pria dan wanita zaman sekarang tidak menunjukkan tanda-tanda ketuaan mental dan fisiknya sampai usia enam puluh lima sebagai usia pensiun dalam berbagai urusan, sebagai tanda mulainya usia lanjut.
 Tahap terakhir dalam rentang kehidupan sering dibagi menjadi usia lanjut dini, yang berkisar antara usia enam puluh sampai tujuh puluh dan yang mulai pada usia tujuh puluh sampai akhir kehidupan seseorang. Orang dalam usia enam puluhan biasanya digolongkan sebagai usia tua , yang berarti antara sedikit-lebih tua atau setelah usia madya dan usia lanjut setelah mereka mencapai usia tujuh puluh, yang berarti makin lanjut usia seseorang dalam periode hidupnya dan telah kehilangan kejayaan masa mudanya (Hurlock, 1997).
Ketika seseorang sampai pada masa lansia yang merupakan tahap terakhir pada perkembangan manusia, ia seakan-akan dihadapkan pada kenyataan yang tidak diherankan bahwa ia menjadi tua dan akhirnya hanya bisa menerima tanpa dapat berbuat apa-apa. Masa lansia sering dianggap masa yang suram dan gelap Bila pada masa anak-anak, seseorang mengalami perubahan yang mengarah pada hal-hal yang positif dan mencapai puncak perkembangannya pada masa dewasa. Maka pada lansia perubahan-perubahan yang dialami mengarah pada perubahan yang negatif di mana mereka lebih banyak mengalami kemunduran daripada kemajuan (Pinakus dalam Sari,1993)
B.       Ciri-ciri Usia Lanjut Usia
1.     Usia Lanjut Usia Merupakan Periode Kemunduran
Periode selama usia lanjut, ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap dan pada waktu kompensasi terhadap penurunan ini dapat dilakukan, dikenal sebagai “senescence, yaitu masa periode menjadi tua. Kemunduran itu sebagian berasal dari faktor fisik dan psikologis. Penyebab fisik kemunduran ini merupakan suatu perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus tapi karena proses menua. Kemunduran yang disebabkan oleh faktor psikologis adalah sikap tidak senang terhadap diri sendiri orang lain, pekerjaan, dan kehidupan pada umumnya dapat menuju ke keadaan uzur, karena terjadi perubahan pada lapisan otak.
Akibatnya orang menurun secara fisik dan mental dan mungkin        akan       segera    mati. Selain itu, motivasi juga mempengaruhi kemunduran. Seseorang mempunyai motivasi rendah untuk mempelajari hal-hal baru atau ketinggalan dalam penampilan, atau sikap dan pola perilaku akan semakin buruk dan lebih cepat mengalami kemunduran daripada orang yang mempunyai motivasi kuat.
2.        Perbedaan Individual Pada Efek Menua
Dewasa ini bahkan lebih banyak terjadi daripada dahulu kala bahwa menua itu mempengaruhi orang secara berbeda-beda. Orang menjadi tua secara berbeda karena mempunyai sifat bawaan, sosioekonomi, latar belakang pendidikan, dan pola hidup yang berbeda pula. Bila perbedaan tersebut bertambah sesuai bertambahnya usia, maka akan membuat orang bereaksi secara berbeda terhadap situasi yang sama. Sebagai contoh, beberapa orang berfikir bahwa pensiun merupakan berkah dan keberuntungan, sedangkan orang lain menganggapnya sebagai kutukan.
3.        Usia Tua Dinilai dengan Kriteria yang Berbeda
Pendapat klise yang telah dikenal masyarakat tentang usia lanjut adalah pria dan wanita yang keadaan fisik dan mentalnya loyo, usang, sering pikun, jalannya membungkuk, dan sulit hidup bersama dengan siapapun, karena hari-harinya yang penuh dengan manfaat telah lewat, sehingga perlu dijauhkan dari orang-orang yang lebih muda. Pendapat klise ini tidak menyenangkan dan tampaiknya membuat ia sulit melihat usia lanjut sebagai segalanya melainkan lebih merupakan hal yang negatif dalam kehidupan.
4.        Sikap Sosial terhadap Usia Lanjut
Arti penting tentang sikap sosial terhadap usia lanjut yang tidak menyenangkan mempengaruhi cara memperlakukan orang usia lanjut. Sebagai pengganti penghormatan dan penghargaan terhadap orang usia lanjut, di beberapa negara seperti Amerika mengakibatkan orang usia lanjut merasa bahwa mereka tidak lagi bermanfaat bagi kelompok sosial dengan demikian maka lebih banyak menyusahkan daripada sikap yang menyenangkan.
5.        Orang Usia Lanjut Mempunyai Status Kelompok-Minoritas
Meskipun ada fakta bahwa dewasa ini orang usia lanjut bertambah jumlahnya, tetapi status mereka dalam kelompok-minoritas, yaitu status yang dalam beberapa hal mengecualikan mereka untuk tidak berinteraksi dengan kelompok lainnya, dan memberinya sedikit kekuasaan atau bahkan tidak. Status kelompok-minoritas ini terutama terjadi akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang usia lanjut dan diperkuat oleh pendapat klise yang tidak menyenangkan tentang mereka.
6.        Menua Membutuhkan Perubahan Peran
Karena sikap sosial yang tidak menyenangkan tentang orang usia lanjut, pujian yang mereka hasilkan dihubungkan dengan peran usia tua bukan dengan keberhasilan mereka. Persaan tidak berguna dan tidak diperlukan lagi bagi orang usia lanjut menumbuhkan rasa rendah diri dan kemarahan, yaitu perasaan yang tidak menunjang proses penyesuaian sosial seseorang.
7.        Penyesuaian yang Buruk Merupakan Ciri-ciri Usia Lanjut
Karena sikap sosial yang tidak menyenangkan bagi orang usia lanjut, yang nampak dalam cara orang memperlakukan mereka maka tidak heran lagi kalau banyak orang usia lanjut mengembangkan konsep diri yang yang tidak menyenangkan. Hal ini cenderung ditunjukan pada bentuk perilaku yang buruk dan tingkat kekerasan yang berbeda pula. Mereka yang pada masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung untuk semakin jahat ketimbang mereka yang dalam menyesuiakan diri pada masa lalunya mudah dan menyenangkan.
8.        Keinginan menjadi Muda Kembali sangat Kuat Pada Usia Lanjut
Status kelompok-minoritas yang dikenakan pada orang berusia lanjut secara alami telah membangkitkan keinginan mereka untuk tetap muda. Berbagai cara-cara kuno, obat termanjur untuk semua penyakit, zat kimia, tukang sihir dan ilmu gaib digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
C.      Karakteristik Masa Lanjut Usia
Menurut Butler dan Lewis (1983) serta Aiken (1989) terdapat berbagai karakteristik lansia yang bersifat positif. Beberapa di antaranya adalah:
·         Keinginan untuk meninggalkan warisan;
·         Fungsi sebagai seseorang yang dituakan;
·         Kelekatan dengan objek-objek yang dikenal;
·         Perasaan tentang siklus kehidupan;
·         Kreativitas,
·         Rasa ingin tahu dan kejutan (surprise);
·         Perasaan tentang penyempurnaan atau pemenuhan kehidupan, dll.

D.      Tugas Perkembangan Usia Lanjut
Sebagian besar tugas perkembangan usia lanjut lebih pada kehidupan pribadi ketimbang kehidupan orang lain. Orang tua diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan, kemunduran kesehatan secara bertahap. Hal ini sering diartikan sebagai perbaikan dan perubahan peran yang pernah dilakukan di dalam maupun diluar rumah. Mereka juga diharapkan mencari kegiatan-kegiatan untuk mengganti tugas-tugas terdahulu yang menghabiskan sebagian besar waktu mereka ketika muda.
Bagi beberapa orang usia lanjut kewajiban untuk menghadiri rapat yang menyangkut kegiatan sosial dan kewajiban warga negara sangat sulit dilakukan karena kesehatan dan pendapatan mereka menurun, yang akhirnya mereka terpaksa untuk mengundurkan diri dari acara kegiatan sosial. Cepat atau lambat sebagian besar orang usia lanjut perlu mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan peristiwa kematian suami atau istri. Saat anak-anak menjadi tumbuh besar, dan mulai banya terlibat dalam kegiatan keluarga atau pribadi, maka waktu yang dimiliki oleh orang usia lanjut bersama anak akan semakin sedikit. Oleh karena itu mereka perlu membangun ikatan dengan anggota dari kelompok usia mereka.
1.     Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan Fisik Bagi Usia Lanjut
a)    Perubahan Penampilan
Kebanyakan tanda fisik bagi penuaan adalah perubahan pada wajah. Bahkan walaupun wanita dapat menggunakan kosmetik yang dapat menutupi tanda-tanda penuaan, tetapi selalu banyak aspek yang tidak dapat ditutupinya. Selain itu, tangan juga dapat menyingkapkan usia seseorang. Sama seperti wajah, tangan lebih banyak berubah seiring berubahnya usia. Dan perubahan pada tangan ini sering tidak dapat disembunyikan.
b)    Perubahan Bagian dalam Tubuh
Perubahan kerangka tubuh (skelton) karena mengerasnya tulang-tulang, menumpuknya garam mineral dan modifikasi pada susunan organ tulang bagian dalam. Akibatnya adalah tulang mudah patah dan retak, atau terjadi osteoporosis. Perubahan sistem syaraf (nervous tems). Yang perlu diperhatikan adalah pada otak. Pada usia lanjut berat otak berkurang, bilik-bilik jantung melebar sedang pita jaringan cortical menyempit. Sistem saraf puja berubah sejak awal periode lanjut. Perubahan itu ketahuan dari menurunnya kecepatan belajar sesuatu yang diikuti menurunnya kemampuan intelektual. Isi perut (viscera). Isi perut mengalami penurunan seperti berhentinya pertumbuhan yang diketahui lewat limpa, hati, alat reproduksi, jantung, paru-paru pankreas dan ginjal.
c)     Perubahan pada Fungsi Fisiologis
·      Kurang tahan terhadap terhadap temperatur yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin).
·      Kesulitan dalam pernafasan.
·      Penurunan jumlah waktu tidur karena insomnia.
·      Perubahan dalam pencernaan.
·      Menurunnya ketahanan dan kekuatan bekerja karena menurunnya fungsi otot.
d)    Perubahan Panca Indera
Pada usia lanjut, fungsi seluruh organ penginderaan kurang mempunyai sensitivitas dan efisiensi kerja dibanding yang dimiliki orang yang lebih muda. Mata dan telinga merupakan dua organ yang paling banyak mengalami kemunduran fungsinya, karena mata dan teling paling sering digunakan sehingga lebih mudah dipengaruhi oleh bertambahnya usia.
e)    Perubahan Seksual
Masa berhentinya reproduksi keturunan (klimakterik) pada pria datang belakangan daripada masa menopause pada wanita, dan memerlukan masa yang lebih lama. Klimakterik pada pria mempunyai dua efek umum. Pertama, terjadi penyusutan atau penurunan ciri-ciri sekunder. Misalnya perubahan suara, titik nada meninggi, rambut pada bagian wajah dan badan menjadi berkurang keindahannya, dan kekerasan otot menurun. Secara umum orang usia lanjut merasa berkurang kelaki-lakiannya, dibanding sebelumnya. Begitu juga wanita berkurang keluwesannya setelah menopause terjadi. Kedua, klimakterik mempengaruhi fungsi seksual. Walaupun potensi seksual telah berkurang, tetapi tidak berarti keinginan untuk seksualnya menurun. Bahkan keinginan untuk seksual lebih besar daripada ketahanan atau kemampuan fisiknya.
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
·      Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
·      Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya.
·      Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
·      Pasangan hidup telah meninggal.
·      Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
2.     Perubahan Kemampuan Motorik Pada Usia Lanjut
Perubahan kemampuan motorik disebabkan oleh beberapa hal berikut ini adalah.

a)    Penyebab Fisik
Penyebab fisik yang mempengaruhi perubahan dalam kemampuan motorik adalah meliputi menurunnya kekuatan dan tenag, yang biasanya menyertai perubahan fisik yang terjadi karena bertambahnya usia, menurunnya kekerasan otot, kekuatan pada persendia, gemetar pada tangan, kepala dan rahang bawah.
b)    Penyebab Psikologis
Penyebab psikologi yang mempengaruhi perubahan dalam kemampuan motorik berasal dari kesadaran tentang merosotnya dan perasaan akan rendah diri kalau dibandingkan dengan orang yang lebih muda, dalam arti kekuatan, kecepatan dan keterampilan. Tekanan emosi yang berasal dari sebab-sebab psikologis dapat mempercepat perubahan kemempuan motorik atau menurunnya motivasi untuk mencoba melakukan sesuatu yang masih dapat dilakukan.
3.     Perubahan Kemampuan Mental Pada Usia Lanjut
Pada masa lalu, diduga bahwa kerusakan metal yang tidak dapat dihindari juga diikuti oleh kerusakan fisik. Menurunnya kondisi fisik yang menunjang terjadinya kerusakan mental telah ditunjukkan dengan fakta bahwa perlakuan terhadap hormon seks pada wanita berusia lanjut dapat meningkatkan kemampuan berpikir, mempelajari bahan baru, menghapal, mengingat, dan meningkatkan kemampuan untuk mengeluarkan energi intelektual. Pada pihak lain beberapa kondisi pathologis seperti tekanan darah tinggi, mengarah pada menghilangnya kemampuan intelektual pada usia lanjut meskipun menurut Wikkie dan Eisdorfer bahwa gangguan-gangguan seperti itu bukan dari proses ketuaan yang normal.
Langkahnya perangsang dari lingkungan juga memperngaruhi kecepatan tingkat penurunan mental. Dalam hal mental seperti belajar aspek motorik kelanjutan dari latihan yang dilakukan selama bertahun-tahun akan memperlambat kecepatan tingkat penurunan mental. Mereka yang bekerja hingga mencapai akhir hidupnya mempunyai fungsi otak yang lebih normal dan dapat melakukan tes kecerdasan dengan lebih baik dibanding mereka yang menganggur.
4.     Perubahan Minat Pada Usia Lanjut
a)    Minat Pribadi
·      Minat dalam Diri Sendiri
Orang usia lanjut akan semakin dikuasai oleh diri sendiri, yang berorientasi pada egonya (egocentric) dan dirinya (self-centred) dimana mereka lebih banyak berfikir tentang dirinya daripada orang laindan kurang memperhatikan keinginan dan kehendak orang lain.
·      Minat Pada Penampilan
Meskipun banyak orang usia lanjut menganggap penting tentang penampilan mereka seperti yang mereka lakuakan dulu, namun banyak juga yang menunjukan sikap tidak peduli terhadap penampilannya. Mereka mungkin akan berhenti dalam merawat pakaian, bahkan mereka tidak ambil pusing dengan perawatan diri.
·      Minat Terhadap Pakaian
Minat terhadap pakaian tergantung pada sejauh mana orang usia lanjut terlibat dalam kegiatan sosial. Sebagian bergantung pada status ekonomi, sebagian bergantung pada kesadaran untuk menerima kenyataan bahwa mereka telah lanjut usia sehingga harus menyesuaikan diri.
·      Minat Terhadap Uang
Minat terhadap uang semakin tua semakin berkurang, yang biasanya kesadaran tentang itu semakin besar sejalan dengan bertambahnya usia.
b)    Minat Untuk Rekreasi
Pria dan wanita lanjut usia cenderung untuk tetap tertarik pada kegiatan rekreasi yang biasa dinikmati pada masa mudanya.
·      Penyebab perubahan kegiatan rekreasi.
Walaupun mengembangkan minat baru untuk kegiatan rekreasi bukanlah merupakan hal yang biasa, akan tetapi mereka senang menggunakan waktunya untuk suatu kegiatan rekereasi yang menarik pada waktu mereka masih muda. Beberapa perubahan dalam kegiatan rekreasi sering dilakukan karena memang tidak dapat dielakkan. Sebagian besar perubahan minat rekreasi ini bukan disebabkan oleh perubahan minatnya, melainkan karena alasan kondisi yang tidak memungkinkan.
·      Kegiatan rekreasi yang biasa dilakukan pada usia lanjut.
Kegiatan yang biasa dilakukan oleh orang usia lanjut adalah membaca, menulis surat, mendengarkan radio, menonton TV, berkunjung ke rumah teman atau saudara, menjahit, menyulam, berkebun, piknik, jalan-jalan, bermain kartu, pergi ke gedung film, serta turut serta dalam kegiatan kewarganegaraan.
c)     Minat Sosial
Dalam bertambahnya usia mengakibatkan banyak orang yang merasa menderita karena jumlah kegiatan sosial yang dilakukannya semakin berkurang. Hal ini lazim diistilahkan sebagai lepas dari kegiatan kemasyarakatan (social disengagement), yaitu suatu proses pengunduran diri secara timbal balik pada masa usia lanjut dari lingkungan sosial. Social disengagement terdapat empat elemen “pelepasan beban” (load shedding) yaitu meliputi keterlibatan dengan orang lain berkurang, pengurangan variasi peranan sosial yang dimainkan, penggunaan kemampuan mental yang semakin bertambah, dan berkurangnya partisipasi dalam kegiatan fisik. Sosial disengagement dalam usia lanjut sering diungkapkan dalam bentuk penyusutan sumber yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan knontak sosial dan menurunnya pertisipasi sosial.
·      Jenis kegiatan sosial yang mulai dihentikan.
Berhentinya seseorang dari kegiatan sosial bisa terjadi secara sukarela atau terpaksa. Yang suka rela contohnya adalah mereka menganggap bahwa jenis kegiatan tersebut sudah tidah cocok lagi dengan usia mereka dan kebutuhan mereka, seperti minat terhadap diri sendiri meningkat dan minat terhadap orang lain berkurang. Pengunduran diri secara terpaksa adalah apabila mereka menginginkan dan memerlukan kontak semacam itu karena kondisi-kondisi tertentu yang sedikit terkontrol atau bahkan tidak sama sekali, seperti meningal dunia, atau pindah kota atau ekonominya tidak memungkinkan sehingga mereka harus mengundurkan     diri.
·      Sumber kontak sosial.
Ada sumber dalam masyarakat yang berbeda yang dapat dimanfaatkan oleh orang lanjut usia untuk melakukan kontak sosial dimasa tuanya. Masalah serius tentang hal tersebut adalah sekali kontak sosial itu dirusak, maka mereka akan jarang dapat memperbaiki atau           menukar dengan yang lain. Sebagai akibat dari menyempitnya sumber-sumber kkontak sosial yang ada biasanya daur kehidupan keluarganya hanya terdiri dari inti kehidupan sosial orang usia lanjut. Semakin tua semakin besar ketergantungan mereka dalam hal persahabatan pada anggota keluarga. Pendapat seperti ini benar khususnya bagi pria usia lanjut karena banyak pria usia lanjut yang istrinya meninggal sebelumnya.
·      Partisipasi sosial.
Dengan semakin bertambahnya usia seseorang maka partisipasi sosialnya akan semakin berkurang dan cakupannya juga menyempit. Terdapat banyak alasan mengapa partisipasi sosial menurun sejalan dengan bertambahnya usia. Alasan kesehatan menurun yang secara umum biasa digunakan sebagai alasan pokok. Alasan yang sama pentingnya atau bahkan kadangkala dianggap lebih penting yaitu keterlibatan dalam kegiatan sosial pada usia muda.
d)    Minat untuk Mati
Selama masakanak-kanak dewasa dan sedikit masa dewasa dini, rasa tertarik pada kematian adalah lebih berkisar pada seputar kehidupan sesudah mati daripada terhadap sebab-sebab yang menjadikan seseorang mati. Apabila keinginan terhadap kematian berubah dari ketertarikan terhadap kehidupan setelah mati yang merupakan ciri-ciri masa muda menjadi kematian diri seseorang yang meruipakan ciri-ciri dari orang usia lanjut, penilaian tentang itu menunjukan bahwa keinginan tersebut ada dalam berbagai bentuk.

E.       Masalah yang Perlu diselesaikan Agar Kesejahteraan Lansia dapat Ditingkatkan
Problematik yang dihadapi dan perlu diselesaikan segera agar kesejahteraan Lansia dapat ditingkatkan adalah.
1.        Perubahan Aspek Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:
·      Tipe Kepribadian Konstruktif (Constructionpersonalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
·      Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami postpowersindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
·      Tipe Kepribadian Tergantung (Dependentpersonalitiy), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
·      Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostilitypersonality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
·      Tipe Kepribadian Kritik Diri (SelfHatepersonalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
2.        Rasio Ketergantungan yang Mengecil
Angka harapan hidup yang makin tinggi dan jumlah lansia yang terus meningkat akan menjurus pada perubahan demografis dan akan berdampak pada rasio ketergantungan. Dengan persiapan serta pewarisan nilai-nilai yang baik dari generasi tua, generasi produktif tetap akan menjadi pendukung setia orang tua, karena oldagedependencyratio yang mengecil tidak akan menimbulkan banyak masalah. Pada tahun 2000 dan selanjutnya, angka ketergantungan pendiuduk lansia yang berusia 60 tahun atau lebih akan ditanggung oleh empat atau kurang dari empat usia produktif.
Dengan demikian setiap calon penduduk Lansia harus menyiapkan keluarga dan anak-anaknya dengan baik agar pada waktunya kelak dapat menanggung Lansia. Sekaligus calon Lansia hendaknya menyadari bahwa para anak yang nantinya akan berkeluarga harus menanggung dirinya sendiri serta keluarganya sendiri.
3.        System Nilai Kekerabatan yang Berubah
Ukuran keluarga yang telah berubah menjadi kecil disertai perubahan system nilai kekerabatan dalam keluarga ditandai sikap setiap anggota, termasuk Lansia, yang menjadi lebih modern dan ditandai antara lain oleh perencanaan masa depan dengan lebih seksama, dilandasi perhitungan rasional tentang untung rugi, keinginan untuk hidup mandiri yang telah mengubah anutan pada nilai tradisional-paguyuban yang selama ini dianut. Hal ini akan memposisikanLansia ke kedudukan dan perannya yang baru dalam keluarga. Perubahan ini akan memberikan pengaruhnya pada berbagai aspek kehidupan ekonomi dan social budaya.
4.        Sumber Pendapatan yang Menurun
Seperti manusia lainnya yang membutuhkan pendukung kehidupan, Lansia memerlukan sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhannya. Sumber-sumber pendapatan lansia dapat berupa pension, tabungan, asuransi hari tua, bantuan keluarga atau bagi yang masih aktif produktif diusia lanjut, sumber pendapatannya adalah perolehan sebagai penghasilan dari pekerjaannya.
5.        Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan.
Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.

6.        Masalah Psikologi dan Kesehatan Mental-Spiritual
Factor psikologis adalah bagian tidak terpisahkan dari kehidupan dalam (inner-life) seorang manusia, termasuk Lansia. Sejak dulu telah diketahui bahwa factor emosional erat kaitannya dengan kesehatan mental Lansia. Aspek emosional yang terganggu, kecemasan, apalagi stress berat, dapat secara tidak langsung mencetuskan gangguan terhadap kesehatan fisik, seperti sebaliknya gangguan kesehatan fisik dapat berakibat buruk terhadap stabilitas emosi.
Pada lansia permasalahan psikologis terutama muncul bola lansia tidak berhasil menemukan jalan keluar masalah yang timbul sebagai akibat dari proses menua. Rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan “ketidakenakan” yang harus dihadapi Lansia. Depresi, postpower sindrom, theemptynest adalah masalah yang makin memberatkan kehidupan Lansia. Kepada lansia sering dianjurkan agar ia mampu menghadapi berbagai persoalan dengan sikap “enteng” hingga ia tidak merasa terdesak untuk mengubah orientasi kehidupan yang selama ini secara ajek diikutinya. Perubahan-perubahan yang terjadi hendaknya dapat diantisipasi dan diketahui sejak dini sebagai bagian dari persiapan menghadapi masa tua dan hidaup di masa tua. Mendekatkan diri pada Tuhan yang Maha Esa, biasanya gejala menjadi tua yang amat wajar. Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa merupakan benteng pertahanan mental yang amat ampuh dalam melindungi diri dari berbagai macam ancaman masa tua.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta.
Arfinurul. 2010. Perkembangan Emosi pada Remaja. [tersedia] http://arfinurul.blog.uns.ac.id. (14 Nopember 2012).
Atkinson, L. Rita dkk. 1991. Pengantar Psikologi. Jakarta: PT Gelar Aksar Pratama.
Billimham, Katherine A. 1982. Developmental Psychology for The Heah Care Professions : Part 1 – Prenatal Through Adolescent Development. Colorado : Westview Press, Inc.
Bimo Walgito. 2000. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Yasbit Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Branca, Albert A. 1965. Psychology : The Science of Behavior. Boston : Allyn and Bacon, inc.
Dirgagunarsa, Singgih. 1988. Pengantar Psikologi. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung : Rosdakarya.
F.J. Monks, dkk. 2002. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Gunarsa, D. 1986. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : PT. BK Gunung Mulia
Hardy, Malcolm dan Heyes, Steve. 1988. Pengantar Psikologi. Jakarta : Erlangga.
Hurlock, B. Elizabeth. 1993. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
                1980. Psikologi Perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Edisi ke lima. Jakarta : Erlangga
                1997. Perkembangan Anak : Jilid 1. (Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Z.) Jakarta : Erlangga.
                1997. Perkembangan Anak : Jilid 2 (Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Z.) Jakarta : Erlangga.
                1997. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (Alih Bahasa : Istiwidayanti dan Soedjarwo) Jakarta : Erlangga.
Hymovich, Debra P. and Chamberlin, Robert W. 1980. Child and Family Development : Implications for Primary Health Care. New York : Mc Graw Hill Book Company.
Jeff and Cindi. 2006. “Oh Baby, Bond with Me” http:// www.envisagedesign. com/ohbaby/ index/html (diakses 15 Maret 2006).
Kartini Kartono. 1992. Psikologi Wanita Jilid 2 : Mengenal Wanita sebagai Ibu dan Nenek. Bandung : CV Mandar Maju.
Kartono, K. 1979. Psikhologi Anak. Bandung : Alumni
Kasiram, M. 1983. Ilmu Jiwa Perkembangan. Surabaya : Usaha Nasional.
Monk, dkk. 2002. Psikologi Perkembangan : pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Nugraha, Ari. 2012. Psikologi Perkembangan. [tersedia] http://the-arinugraha-centre.blogspot.com. (25 Desember 2012).
Perry, Bruce D. 2001. Bonding Attachment in Maltreated Children : Consequences of Emotional Neglect in Childhood. Booklet.
Sarlito Wirawan Sarwono. 2001. Psikologi Remaja. Jakarta: Radja Grafindo Persada.
                                . 2002. Psikologi Remaja. Jakarta : PT Remaja Grafindo Persada.
Sujanto, Agus. 1986. Psikologi Deskripsi. Jakarta: Aksara Baru.
Syamsu Yususf, L.N. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Tarigan, Rosdiana S. 2006. “11 Perilaku Sulit Si Prasekolah. ” Nakita No. 367/Th VIII/15 April 2006.
Wikipedia Free Encyclopedia. 2005. “Delayed Puberty”. www.en.wikiperia.- org/delayedpuberty.html.
Yusuf, S. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Zulkifli, L. 1992. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya