Thursday, December 10, 2020

PROGRAM SMART SEKOLAH

 A.      Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting guna membangun manusia yang berpengetahuan, bermoral, dan bermartabat. Tanpa pendidikan, manusia akan terbelakang dan sulit berkembang. Orang lain akan mudah memperdaya seseorang karena tidak memiliki pengetahuan. Segala sesuatu yang dilakukan akan bernilai baik jika sebelumnya mendapat pendidikan. Pendidikan dimaksudkan untuk menghindari kebodohan dan keterbelakangan.Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menjelaskan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Pendidikan merupakan usaha manusia agar dapat mengembangkan potenssi dirinya memalui proses pembangunan maupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Usaha untuk mengembangkan hal tersebut merupakan tanggung jawab yang harus dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan.

Sektor pendidikan informal pada saat ini sangat memberi andil dalam keberhasilan siswa-siswa yang dalam proses belajar mengajar disekolah kurang mendapatkan porsi yang cukup tentang materi pelajaran yang didapat dari guru. Kekurang pahaman siswa dalam memahami pelajaran di sekolah dapat ditanyakan kembali kepada guru-guru di lembaga bimbingan belajar.  Perubahan-perubahan pola pendidikan yang begitu cepat, serta globalisasi di segala bidang termasuk bidang pendidikan, memunculkan banyak lembaga-lembaga bimbingan belajar bermunculan sehingga persaingan yang sangat ketat di bidang bisnis jasa pendidikan.

Proses pembelajaran di lembaga pendidikan formal dengan lembaga pendidikan non-formal sangatlah berbeda. Di sekolah guru diperbolehkan menegur siswa dan menghukum siswa yang bersalah, tetapi di lembaga bimbingan belajar hal tersebut tabu untuk dilakukan. Oleh karena itu guru pun dituntut untuk tetap menyampaikan materi dengan berbagai kondisi di kelas, sehingga menuntut guru untuk memilih cara pembelajaran yang sesuai untuk siswanya.

Hasil belajar dapat dijadikan sebagai indikator dalam keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran yang biasanya ditunjukkan dengan tinggi rendahnya nilai mata pelajaran yang didapat oleh siswa. Ketika hasil belajar yang didapat siswa diatas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), maka proses belajar mengajar dianggap berhasil, begitu pula sebaliknya.

Hasil Belajar siswa di SMK AL HUSNA CISAGA rata-rata masih berada di bawah standar ketuntasan yang telah ditentukan.Hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor, baik faktor eksternal maupun faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor-faktor eksternal yang dapat berpengaruh dalam kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar diantaranya adalah kurangnya fasilitas pendidikan, kurangnya pemahaman guru terhadap materi pelajaran yang disampaikan, cara mengajar guru, lingkungan belajar, pergaulan dan lain sebagainya. Sementara faktor internal yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa adalah rendahnya motivasi siswa untuk belajar.

Faktor eksternal yang mempengaruhi pembelajaran dan hasil belajar adalah guru. Guru memegang peran penting dalam hal ini, di SMK AL HUSNA CISAGA dalam pembelajarannya guru masih menggunakan metode konvensional, hal tersebut dapat membuat siswa tidak bersemangat dan bosan dalam pembelajaran sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar. Selain dari buku pelajaran, sumber belajar lain dalam pembelajaran adalah guru, disini guru dituntut untuk dapat menguasai materi yang diajarkan, bukan hanya menghafal namun dapat memahami dan dapat menggambarkan dalam kehidupan keseharian siswa, sehingga pelajaran akan lebih mudah diterima oleh siswa.

Selain faktor eksternal, faktor internal juga sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor internal yang sangat penting adalah motivasi siswa. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMK AL HUSNA CISAGA , rata-rata siswa memiliki motivasi belajar yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran, dalam pembelajaran siswa tidak memperhatikan, dan tidak fokus dalam pembelajaran, kemudian siswa sering lupa dengan pelajaran yang telah disampaikan pada hari sebelumnya, mereka lebih suka jika tidak belajar.

Selain motivasi yang rendah, kedisiplinan siswa juga masih sangat rendah, masih banyak siswa yang datang terlambat.Lingkungan belajar seperti tempat bimbingan belajar juga dapat mempengaruhi pembelajaran, suasana yang nyaman dan tenang pastinya dapat mendukung proses pembelajaran. Lingkungan belajar disini yang dimaksud adalah suatu lokasi atau tempat yang digunakan untuk belajar termasuk didalamnya sikap dan perilaku individu yang ada di tempat tersebut. Suasana di SMK AL HUSNA CISAGA pada umumnya sudah sangat baik, sudah mendukung proses pembelajaran yang menjadi permasalahan disini adalah adanya pengaruh buruk dari luar sekolah yang dibawa ke sekolah.

Faktor-faktor tersebut tentunya dapat menghambat proses belajar mengajar yang akibatnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar dapat diketahui dengan melaksanakan tes. Tes merupakan cara yang ditempuh untuk mengukur nilai atau penilaian kepada siswa dengan cara memberikan tugas atau serangkaian tugas sehingga akan didapatkan hasil berupa nilai yang mencerminkan hasil belajar peserta didik. Tes dapat berisi pertanyaan-pertanyaan atau soal-soal yang harus dijawab oleh siswa yang mengikuti tes. Bentuk tes dapat bermacam-macam diantaranya adalah tes lisan, tes tertulis, dan tes tindakan (praktik). Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara yang telah dilakukan diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas IX masih tergolong rendah, hal ini terlihat dari siswa yang mencapai nilai ketuntasan minimum (KKM) hanya 43%.Berikut ini data hasil belajar yang diperoleh siswa kelas IX pada mata pelajaran IPA seperti terlihat pada tabel berikut.

 

Tabel 1.1 Hasil Belajar IPA  Siswa Kelas XI SMK AL HUSNA CISAGA

No

Jumlah Siswa

Lulus KKM

KKM

1

30

15

 

2

30

14

 

Jumlah

60

29

 

Presentase

43,3%

 

 

Berdasarkan data pada tabel di atas, terlihat bahwa hasil belajar IPA yang diperoleh siswa masih tergolong cukup rendah. Menurut staf pengajar di SMK AL HUSNA CISAGA  apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 50% dikuasai siswa maka presentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong cukup atau rendah .

Pembelajaran IPA di SMK AL HUSNA CISAGA masih menggunakan metode kovensional. Pada pembelajaran langsung, guru menyampaikan materi secara langsung kepada siswa dengan harapan siswa dapat mengerti dan memahami materi yang telah disampaikan oleh guru. Dalam pembelajaran langsung guru menjadi satu-satunya sumber pembelajaran, sehingga siswa tidak terlibat secara langsung dalam menggali informasi. Dalam metode ini siswa selalu diberikan materi oleh guru, sehingga siswa kurang kreatif dan cenderung pasif dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan karena pembelajaran dimonopoli oleh guru, tugas siswa hanya menerima yang disampaikan oleh guru tanpa memperoleh pelajaran dari sumber yang lain. Situasi seperti ini tentunya sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran, situasi seperti ini akan menimbulkan kebosanan bagi siswa sehingga akan mempengaruhi hasil belajarnya.  Salah satu permasalahan pokok dalam proses pembelajaran saat ini yaitu kesulitan siswa dalam menerima, merespon, serta mengembangkan materi yang diberikan oleh guru. Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik apabila di dalamnya terdapat kesiapan antara Guru dengan peserta didik. Guru sebagai fasilitator dituntut untuk bisa membawa siswanya ke dalam pembelajaran yang aktif, inovatif dan menyenangkan, sehingga siswa dapat menikmati pembelajaran dan dapat menjangkau semua sudut kelas. Bukan merupakan pembelajaran konvensional yang selama ini berpusat pada guru, akan terkesan merugikan siswa, terutama siswa yang berkemampuan rendah siswa terlihat cenderung jenuh dalam pembelajaran.

Inovasi yang dilakukan oleh guru dalam memperbaiki keadaan siswanya sehingga tercapai tujuan pembelajaran dimulai dari digunakannya metode, pendekatan atau bahkan model yang dapat membangkitkan siswanya untuk memotivasi belajar, berusaha menghadirkan pembelajaran yang menarik dan diminati oleh siswa, sehingga hasil belajar siswa bukan lagi menjadi masalah yang besar. Metode yang bisa digunakan di SMART.

Smart adalah metode pembelajaran yang mengacu pada inovasi guru untuk menyederhanakan materi agar mudah untuk diserap oleh siswa tanpa menghilangkan inti dari materi pelajaran. Metode ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa serta mengembangkan kemampuan mengajar guru.

Upaya untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran yang kemudian akan berdampak pada pencapaian hasil belajar ekonomi yang lebih baik adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Dalam pembelajaran kooperatif, setiap anggota sama-sama berusaha mencapai hasil yang nantinya dapat dirasakan oleh semua anggota kelompok. Pembelajaran kooperatif umumnya melibatkan kelompok yang terdiri dari tiga sampai lima siswa dengan kemampuan akademis, jenis kelamin, serta suku dan ras yang berbeda beda jika memungkinkan.

Makin tingginya tuntutan lembaga pendidikan di dunia kerja saat ini menimbulkan adanya persaingan yang ketat diantara sesama pegawai, baik untuk pegawai baru maupun pegawai lama. Dampak dari meningkatnya tuntutan dalam dunia kerja tersebut menciptakan sebuah paradigma baru diantara para pekerja, yaitu dimulainya era pemecatan masal. Pemecatan masal ini banyak terjadi dikarenakan adanya penurunan motivasi dari para pekerja untuk bekerja sesuai dengan tuntutan perusahaan. Dengan makin meningkatnya tingkat pemecatan, semakin tinggi pula tuntutan yang diinginkan oleh perusahaan untuk pegawai patuhi, diantaranya adalah visi dan misi yang tinggi.

Dalam usaha meningkatkan visi dan misi pegawai untuk dapat bekerja sesuai dengan tuntutan perusahaan, maka sebagian besar perusahaan melakukan usaha untuk meningkatkan kualitas kerja pegawai agar perusahaan dapat berkembang positif. Kualitas kerja pegawai dinilai dengan melakukan perankingan tingkat prestasi. Penentuan perankingan tingkat prestasi dilihat dari kriteria-kriteria pada perusahaan seperti absensi, sasaran perusahaan, sasaran individu, feedback, penilaian manager, waktu realisasi, target dan perkiraan output target. Tujuan dibuatnya perankingan ini adalah untuk memperlihatkan seberapa besarkah tingkat prestasi kerja pegawai dan secara tidak langsung akan menimbulkan suatu motivasi bagi para pegawai tersendiri untuk dapat bekerja lebih giat dan dapat bekerja dengan baik sesuai dengan tuntutan perusahaan. Perkembangannya kemudian akan dicatat dan dimasukan ke dalam database yang telah dibuat dan pada akhirnya nanti akan terlihat ranking tingkat prestasi kerja dari para pegawai dalam satu bagian perusahaan.

Metode SMART merupakan suatu metode dalam penetapan tujuan agar sebuah objektif dianggap valid berupa syarat-syarat yang harus dipenuhi. Sedangkan, Rank Inclusion in Criteria Hierarchies (RICH) adalah suatu desain untuk menemukan alternatif terbaik dimana ketika hanya tersedia rangking atribut atau bobot yang tidak komplit. Pengambil keputusan diizinkan untuk menghubungkan sekumpulan atribut dengan sekumpulan rangking yang mungkin. Kelebihan dari metode SMART adalah untuk menkhususkan suatu objektif agar lebih valid, memberikan arahan yang jelas mengenai suatu tujuan. Kelebihan dari Metode RICH adalah dapat menghasilkan suatu rangking dengan tepat karena memiliki prinsip mengeliminasi alternatif dengan rangking yang dominan dan menangani secara khusus alternative sisanya. Kekurangannya adalah SMART hanya menyelesaikan masalah tanpa eror dan tidak bisa dimasukan data informasi tambahan saat proses sedang dilakukan dan RICH hanya menangani masalah yang dapat dibuat struktur hierarkinya. Efisien apabila tidak melibatkan kriteria yang banyak.

 

B.   Perumusan Masalah

Dengan menggunakan metode SMART (Specific Measurable Achievable Realistic Timerelated), proses penentuan peringkat prestasi dan penentuan kelompok karir pegawai dilakukan dengan cara meranking seluruh pegawai pada satu bagian kemudian memasukkannya ke dalam database pegawai. Permasalahan yang timbul dan harus dijawab adalah:

1.      Bagaimana cara membobot kriteria yang belum terstruktur dengan baik sehingga

2.      menghasilkan solusi yang optimal?

3.      Bagaimana menganalisa metode SMART (Specific Measurable Achievable Realistic Timerelated)

4.      dan RICH (Rank Inclusion in Criteria Hierarchies) agar bisa digunakan untuk

5.      perankingan pegawai?

6.      Bagaimana memberi alternatif solusi kepada perusahaan untuk mengukur kinerja pegawai

7.      dengan membuat peringkat prestasi menggunakan metode SMART (Specific Measurable

8.      Achievable Realistic Time-related) dan RICH (Rank Inclusion in Criteria Hierarchies)?

 

C. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1.      Menganalisa dan mengimplementasikan metode SMART (Specific Measurable Achievable

2.      Realistic Time-related) dan RICH (Rank Inclusion in Criteria Hierarchie ) untuk

3.      digunakan pada perankingan pegawai.

4.      Memberi alternatif solusi kepada perusahaan untuk mengukur kinerja pegawainya dengan

5.      membuat peringkat prestasi dan memilih pegawai terbaik menggunakan metode SMART

6.      (Specific Measurable Achievable Realistic Time-related) dan RICH (Rank Inclusion in

7.      Criteria Hierarchies)?

8.      Meminimalisir nilai subyektif pada penilaian kinerja pegawai dengan menggunakan metode

9.      SMART (Specific Measurable Achievable Realistic Time-related) dan RICH (Rank Inclusion

10.  in Criteria Hierarchies)?

 

D.   Batasan Masalah

Penelitian yang dilakukan mempunyai batasan-batasan tertentu agar tidak terlalu luas sehingga hasil penelitian akan menjadi optimal, adapun batasan masalah tersebut adalah:

1.      Aplikasi ini merupakan salah satu solusi penilaian terhadap pegawai disatu unit perusahaan.

2.      Data yang digunakan adalah data pegawai satu bagian di Moonlay Group pada tahun 2011.

3.      Kriteria dari pegawai terbaik ditentukan oleh manajer suatu perusahaan.

4.      Atribut dari data pegawai berupa absensi, standar kerja perusahaan, disiplin, inisiatif, skil

1.      bahasa, kerja tim, dan lain-lain.

5.      Untuk running data menggunakan kriteria dari specific and technical aspects.

6.      Aplikasi dibuat dengan berbasiskan WEB dan penyimpanan data menggunakan MySQL.

 

D.   Metodologi Penyelesaian Masalah

Pendekatan sistematis dan metodologi yang digunakan untuk pemecahan masalah di atas adalah dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1.      Studi Literatur

·         Pada tahap ini akan dilakukan pendalaman materi mengenai perankingan data dan pemilihan data dengan menggunakan metode SMART (Specific Measurable Achievable Realistic Timerelated) dan RICH (Rank Inclusion in Criteria Hierarchies).

2.      Pengumpulan Data

·         Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data pegawai dari perusahaan yang didapat dari data sekunder yang ada di perusahaan.

3.      Perancangan dan Analisis Rancangan

·         Pada tahap ini dilakukan pemodelan masalah dengan metode SMART (Specific Measurable Achievable Realistic Time-related) dan RICH (Rank Inclusion in Criteria Hierarchies) dan kemudian dilakukan analisis data tersebut.

4.      Implementasi

·         Dari rancangan sistem yang dibuat sebelumnya kemudian diimplementasikan menjadi sistem perankingan pegawai dengan menggunakan metode SMART (Specific Measurable Achievable Realistic Time-related) dan RICH (Rank Inclusion in Criteria Hierarchies).

5.      Pengujian

·         Pada tahap ini dilakukan pengujian untuk mengatahui performansi dari sistem perankingan pegawai yang telah dibuat. Dengan cara memasukan data dari perusahaan dan mencocokannya.

6.      Analisis

·         Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap hasil pengujian sistem perankingan pegawai.

7.      Pembuatan Laporan

·         Pada tahap ini dilakukan pembuatan laporan dan dokumentasi dari sistem perankingan pegawai.

E.   PENUTUP

1. Kesimpulan

1.      Dari analisis pengujian penilaian performansi kerja dengan SMART diperoleh kesimpulan bahwa performansi kerja dari pegawai dalam satu periode kerja diukur dari total nilai pencapaian program kerja yang berupa jumlah nilai dan ranking.

2.      Dari analisis hasil pengujian fungsionalitas sistem, diketahui bahwa sistem telah mendukung dalam pengukuran performansi kerja pegawai dan menjadi alternatif solusi bagi perusahaan dengan melakukan perankingan pegawai.

3.      Dari hasil pengujian perhitungan bobot asli dan perhitungan sistem dengan metode RICH (skenario 1) diperoleh analisis bahwa hasil perhitungan bobot asli sama dengan perhitungan RICH. Output yang keluar dari sistem sama dengan apa yang pengambil keputusan inginkan.

4.      Hal ini menunjukkan bahwa sistem ini telah bekerja sesuai dengan aturan yang ada sesuai pengujian black box.

5.      Dari hasil pengujian dengan skenario 2, hasil terbaik ditunjukkan oleh perhitungan minimax regret karena data yang dimasukkan rata-rata bernilai tinggi (monoton) sehingga nilai penyesalannya kecil dengan nilai 0.0001 (99.9%).

6.      Persentase dari pilihan benar (percentage of correct choices) menunjukkan persentase dari aturan pengambilan keputusan yang mengidentifikasi alternatif dengan nilai tertinggi, yaitu minimax regret dalam kasus ini.

2.  Saran

1.      Sistem ini dimungkinkan dapat dipergunakan dalam penilaian performansi kerja pegawai di Moonlay Group.

2.      Tugas Akhir ini masih dapat dikembangkan untuk penilaian performansi kerja pegawai yang tidak hanya difokuskan pada bidang kerjaanya.

3.      Prototype ini dapat lebih dikembangkan menjadi sistem yang dapat mengukur hasil kerja manager dan perankingan lain.