Unsur
ekonomi makro dari pertumbuhan yang memihak pada kaum miskin adalah pekerjaan
tingkat tinggi dan rasio yang rendah dari inflasi. Bagaimanapun juga, didalam
pengertian kurva klasik Phillips, disana bisa menjadi sebuah penjualan diantara
2 tujuan ini. Yaitu, penerimaan kestabilan harga memerlukan batasan jumlah dari
permintaan, dengan maksud hal yang merugikan pada tingkat hasil produksi dan
pekerjaan. Jalan lain, mencapai tingkat pekerjaan mengharuskan pekerjaan yang
mendorong semangat, yang mana bisa jatuh kedalam tekanan inflasi. Penjualan ini
bisa dikurangi,bagaimanapun juga, jika ada kelebihan kapasitas dalam
perekonomian atau jika usaha dibuat untuk memperbesar faktor produktifitas.
Perjanjian
tradisional Washington pada kestabilan ekonomi makro di dukung oleh institusi
keuangan internasional terlalu menekan rendahnya inflasi, seringkali pada biaya
dari pertumbuhan dan pengembangan. Faktornya, gangguan dengan memotong defisit
fiskal (dan, dengan demikian, perhitungan laju deficit), jika diterima melalui
pemotongan dipengeluaran belanja publik pada aktifitas pengembangan dan layanan
publik, telah memperlambat proses pertumbuhan dan membuat kemiskinan lagi.
Sebaliknya pada pandangan bahwa kelompok deficit fiskal yang lebih tinggi.
Mengeluarkan investasi swasta oleh meningkatnya rasio ketertarikan, ada bukti
empiris yang menggoda bahwa jika tingginya deficit fiskal di sebabkan oleh
pengeluaran investasi publik yang lebih besar, lalu ini bisa sebenarnya
“tumpang tindih” investasi swasta pada jaringan dasar oleh pemindahan kemacetan
fisik dari infrastruktur dan dengan demikian timbullah faktor produktifitas
dari investasi swasta.
Oleh
karena itu pertanyaannya adalah,apa tujuan optimal dalam inflasi bukan
pekerjaan perdagangan dari sudut pandang pengentasan kemiskinan? Pengalaman
kelihatannya mengindikasikan bahwa ada sebuah kasus untuk daya tahan dari
deficit fiskal yang lebih besar ke rangsangan investasi dan pertumbuhan. Selama
inflasi berkecukupan, hal itu membutuhkan bukan pengurangan pertumbuhan. Lebih
jauh lagi, pertumbuhan dirangsang oleh perluasan fiskal dapat menolong deficit
keuangan pemerintah- selama mereka tidak terlalu berlebihan – melalui
pertumbuhan yang lebih cepat di dalam hasil pajak. Tingkat yang lebih luas dari
investasi publik memungkinkan di strategi ini harus fokus pada kegiatan yang
mendorong investasi swasta, pengembangan sumber daya manusia, dan pengentasan
kemiskinan.
Penampilan
perekonomian Pakistan tahun-tahun ini adalah contoh utama dari proses
stabilisasi yang terlalu jauh, dibawah perlindungan program IMF yang sedang
berjalan, yang memiliki keterlambatan pertumbuhan dan membawa peningkatan yang
cepat pada pengangguran dan kemiskinan (dari kira-kira 20% dari awal 1990an
hingga lebih dari 33%). Selama tahun 1990an, pengeluaran pengembangan sektor
publik dipotong dari hamper 10% dari GDP hingga kurang dari 3%. Sekarang ada
derajat dari stabilitas, laju perhitungan defisit telah dirubah kedalam sebuah surplus,
dan pertukaran luar negri sebaliknya meningkat secara tajam. Bantuan
pengembangan termasuk pembukaan dana bantuan oleh Amerika Serikat, hutang
dijadwal lagi pada saat bantuan, dan perpindahan pembayaran rumah yang lebih
besar.
Bagaimana
pun juga rasio pertumbuhan di jatuhkan kira-kira hanya 3%. Investasi swasta
telah mengalami kemunduran di tahun-tahun belakangan ini seperti kebijakan
stabilisasi membawa ratio nyata yang tinggi dari permintaan, biaya yang relatif
tinggi dari impor barang-barang capital (hak untuk mengganti turunnya nilai
yang tinggi), kelebihan kapasitas yang signifikan kepada tingkat jumlah
permintaan, dan tidak adanya investasi publik yang saling melengkapi di
infrastruktur. Stabilisasi fiskal telah di terbukti sulit untuk dipahami dan
defisit biaya tetap tinggi (hamper 7% dari GDP) utamanya kepada kegagalan dari
hasil pajak untuk tumbuh di dalam kehadiran perekonomian yang mandek.
No comments:
Post a Comment