Tuesday, January 10, 2012

KARAKTERISTIK INOVASI PENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu sektor vital dalam usaha pembangunan yang dilakukan oleh sebuah negara. Sejarah mencatat bahwa negara yang memiliki pola pengembangan pendidikan yang baik disertai dengan perhatian yang tinggi pula pada dunia pendidikannya, negara tersebut akan mengalami kemajuan yang lebih tinggi dan lebih pesat dibandingkan dengan negara lain yang menomorduakan atau menomor sekiankan masalah pendidikan.
Namun, perhatian yang besar saja tidaklah cukup. Para praktisi dan akademisi harus berupaya keras untuk melakukan inovasi tiada henti dalam mengelola dan mengembangkan pendidikan. Inivasi tersebut harus didasarkan pada tujuan guna meningkatkan kualitas pendidikan, yang pada akhirnya bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk insan cerdas kompetitif dan bermartabat.
Secara umum, inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu unit adopsi lain. Thompson dan Eveland (1967) mendefinisikan inovasi sama dengan teknologi, yaitu suatu desain yang digunakan untuk tindakan instrumental dalam rangka mengurangi ketidak teraturan suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi, inovasi dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu.
Fullan (1996) menerangkan bahwa tahun 1960-an adalah era di mana banyak inovasi-inovasi pendidikan kontemporer diadopsi, seperti matematika, kimia dan fisika baru, mesin belajar (teaching machine), pendidikan terbuka, pembelajaran individu, pengajaran secara team (team teaching) dan termasuk dalam hal ini adalah sistem belajar mandiri. Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru artinya hasil karya manuasia. Discovery adalah penemuan sesuatu benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya. Dengan demikian, inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan discovery. Dalam kaitan ini Ibrahim (1989) mengatakan bahwa inovasi adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi dapat berupa hasil dari invention atau  discovery. Inovasi dilakukan dengan tujuan tertentu atau untuk  memecahkan masalah (Subandiyah 1992:80). Faktor-faktor yang dijadikan Pertimbangan pihak adopter dalam membuat keputusan untuk menerima atau menolak produk suatu inovasi jika dikaitkan dengan pemikiran Everett M. Rogers (1983) dalam diffusion of innovasion dipengaruhi oleh 5 (lima) karakteristik inovasi.

B. Rumusan Masalah
Apa saja karakteristik inovasi pendidikan itu? Dan bagaimana aplikasinya?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui apa saja karakteristik inovasi pendidikan itu untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi para pembaca (terutama insan-insan pendidikan) dalam menentukan keputusan apakah akan menggunakan sebuah produk inovasi pendidikan dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, serta diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi pemerintah selalu memberikan dorongan kepada para akademisi dan praktisi untuk selalu melakukan inovasi pendidikan.

D. Manfaat Penulisan
Semoga makalah ini dapat mengetuk pintu hati dan membuka mata para pejabat pemerintah, guru-guru, para orang tua serta orang-orang yang bertanggung jawab dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Negara Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Inovasi Pendidikan
            Faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan pihak  adopter (pengguna inovasi) dalam membuat keputusan untuk menerima atau menolak produk suatu inovasi  jika dikaitkan dengan pemikiran Everett M. Rogers (1983) dalam diffusion of innovasion dipengaruhi oleh 5 (lima) karakteristik  inovasi yaitu :
 1. Relative advantage (Keunggulan relatif)
            Para  adopter akan menilai apakah suatu  Inovasi  itu relatif menguntungkan atau lebih unggul dibanding yang  lainnya atau tidak. Untuk  adopter  yang menerima secara cepat  suatu inovasi, akan melihat inovasi itu  sebagai sebuah keunggulan.
            Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik/unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi eknomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.

2. Compatibility (Kompatibilitas/Konsisten)
            Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible).Adopter juga akan mempertimbangkan pemanfaatan inovasi berdasarkan konsistensinya pada nilai-nilai, pengalaman  dan kebutuhannya.

3. Complexity (Kompleksitas/kerumitan)
            Kerumitan adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi.                                                      
            Adopter atau pengguna inovasi juga akan menilai tingkat kesulitan atau kompleksitas yang akan dihadapinya jika mereka memanfaatkan inovasi. Artinya bagi individu  yang lambat  mamahami dan menguasainya  tentu akan mengalami tingkat kesulitan lebih tinggi dibanding individu yang cepat memahaminya. Tingkat kesulitan tersebut berhubungan dengan  pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk mempelajari istilah-istilah dalam inovasi itu.

4. Trialability (Kemampuan untuk dapat diuji)
            Kemampuan untuk diuji cobakan adalah derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-coba batas tertentu. Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam seting sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukan (mendemonstrasikan) keunggulannya.
               Kemampuan untuk dapat diuji bertujuan untuk mengurangi ketidakpastian. Mempunyai kemungkinan untuk diuji coba terlebih dahulu oleh para adopter untuk mengurangi ketidakpastian mereka terhadap inovasi itu.

5. Observability (Kemampuan untuk dapat diamati)
Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relatif; kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk diuji cobakan dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi.
Dengan kemampuan untuk diamati akan mendorong adopter untuk  memberikan penilaian apakah inovasi itu  mampu meningkatkan status sosial mereka di depan orang lain sehingga dirinya akan dianggap sebagai orang yang inovatif.
Vanterpool (1990) mengatakan bahwa karakteristik inovasi yang memprediksikan kemungkinan besar akan sukses secara implisit terdapat dalam pertanyaan sebagai berikut:
1.      Relative advantage (compare with what exists), artinya relatif berguna dibandingkan dengan yang telah ada sebelumnya. Pertanyaannya apakah dengan inovasi tersebut akan lebih efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran?, Akankah memelihara sumber yang lebih efisien? Dan apakah inovasi tersebut akan berdampak pada program keseluruhan?
2.      Compatibility (consistent with values, xperiences, needs), artinya apakah inovasi tersebut akan konsisten terhadap nilai-nilai, pengalaman dan kebutuhan para adopter. Apakagh inovasi tersebut akan sesuai dengan aspek-aspek program yang telah direncanakan? Dan apakah inovasi tersebut akan diterima?
3.      Testability (can be tried on an experimental basis), artinya seberapa jauh inovasi tersebut bisa diujicobakan di sekolah-sekolah atau di lembaga pendidikan?
4.      Observability (can be seen in action), artinya apakah inovasi tersebut dapat diperlihatkan secara nyata hasilnya kepada para peserta didik? Apakah kita bisa melihat variasi-variasi saat mengaplikasikan inovasi tersebut?
5.      Complexity (ease of use), apakah guru-guru memerlukan pelatihan untuk mengaplikasikan inovasi tersebut? Dan apakah akan menambah tugas kerja guru?
Seorang inovator pendidikan harus mengetahui dan memahami karakteristik inovasi pendidikan agar tidak sia-sia dalam pelaksanaannya. Di saat kita membuat inovasi, kita harus yakin dulu apakah inovasi tersebut efisien, dapat diuji, dapat diamati, pasti dan bermanfaat atau tidak. Jika tidak memenuhi ke lima kriteria di ats, hendaknya kita berfikir seribu kali untuk memperkenalkan produk inovasi kita kepada publik.

BAB III
KESIMPULAN
Seorang inovator pendidikan harus mengetahui dan memahami karakteristik inovasi pendidikan agar tidak sia-sia dalam pelaksanaannya. Di saat kita membuat inovasi, kita harus yakin dulu apakah inovasi tersebut efisien, dapat diuji, dapat diamati, pasti dan bermanfaat atau tidak. Jika tidak memenuhi ke lima kriteria di ats, hendaknya kita berfikir seribu kali untuk memperkenalkan produk inovasi kita kepada publik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relatif; kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk diuji cobakan dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi. Namun untuk lebih yakin akan keberhasilan inovasi yang kita ciptakan, kita harus terlebih dahulu memperhatikan faktor-faktor utama dalam pendidikan yakni guru, siswa, kurikulum dan fasilitas, dan program/tujuan.
Penulis menyarankan kepada seluruh insan pendidikan ataupun pihak-pihak yang berwenang untuk menentukan kebijakan pendidikan, untuk senantiasa memahami esensi dari lahirnya sebuah inovasi. Apalah artinya sebuah inovasi jika diciptakan hanya demi mengundang decak kagum orang saja. Inovasi harus jelas-jelas nyata menfaatnya bagi peningkatan kualitas input, proses dan output pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Rogers, E.M. (1983) , Diffusion Of Innovations, London : Collier Macmillan Publisher.
Hanafi, Abdillah, Drs (1981), Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Surabaya : Usaha Nasional
Soekanto, Soejono (1990). Sosiologi Suatu Pengantar , Jakarta : Rajawali Pers.


No comments: