Tuesday, November 22, 2011

Ketegangan dalam Profesi Guru


Tiap pekerjaan mengandung aspek-aspek yang dapat menimbulkan ketegangan, apakah pekerjaan sebagai diplomat, penerbang, sopir, dokter atau guru. Ketegangan itu tidak hanya ditentukan oleh sifat pekerjaan itu akan tetapi juga bergantung pada orang yang melakukannya. Tiap orang ingin mencari kepuasan dalam pekerjaannya, akan tetapi tak selalu kepuasan itu diperolehnya karena ada yang menghalanginya. Ketegangan timbul sebagai akibat hambatan untuk mencapai kepuasan yang dicari individu dari kedudukannya. Sifat ketegangan itu bergantung pada apa yang ingin seseorang dalam pekerjaaannya atau keterlibatannya dalam pekerjaan itu. Kepuasan yang dicari oleh berbagai individu berbeda-beda. Pekerjaan yang dapat memberi kepuasan kepada seseorang belum tentu akan memberi kepuasan kepada orang lain. Apa yang menimbulkan ketegangan bagi seseorang mungkin tidak mempunyai pengaruh terhadap orang lain.
Jabatan guru tidak dapat dikaitkan menjadi idaman atau panggilan bagi kebanyakan pemuda. Walaupun tugas itu mulia, akan tetapi tidak selalu memberi kepuasan yang dicari orang dalam jabatannya. Apa yang diharapkan guru dari jabatannya? Antara lain :
ü  Keuntungan ekonomis, imbalan, financial, gaji atau uang. Gaji yang tinggi memberi kesempatan untuk menabung, mendirikan rumah, membiayai pendidikan anak, dan sebagainya. Pendapatan yang cukup memberi rasa aman untuk masa depan baginya dan bagi keluarganya.
ü  Status, kedudukan yang terhormat dalam masyarakat, penghargaan yang mempertinggi harga diri dihadapan orang lain.
ü  Otoritas, kewibawaan, kekuasaan atas orang lain, mengatur orang lain, merasa diri sebagai “bos”, dapat memerintah orang lain, dalam hal ini murid-murid.
ü  Status, professional, merasa diri memiliki kesanggupan yang khas yang diperoleh berkat pendidikan yang tidak dimiliki orang lain.
Gaji pekerja atau pegawai pada umumnya tidak tinggi dibandingkan dengan gaji orang di negara-negara yang maju, atau dibandingkan dengan guru di Malaysia atau Singapura. Walaupun gaji guru tidak lebih rendah dari gaji resmi pegawai-pegawai lain namun pendapatannya pada umumnya lebih rendah. Secara financial jabatan guru tidak akan membuat orang menjadi kaya. Bukan hanya di negara kita, juga di negara-negara lain, guru banyak mengeluh tentang gajinya. Di USA misalnya gaji buruh kasar sering melebihi gaji guru.
Guru-guru pada umumnya tidak begitu melibatkan diri dalam usaha hal mencari uanga, namun menginginkan adanya jaminan ekononis, agar dapat menutupi biaya kehidupan sehari-hari menurut keperluanya. Untuk mencari jaminan itu guru atau anggota keluarganya sering mencari sumber-sumber finalsial lain. Jadi aspek finansila dapat menimbulkan ketegangan di kalangan guru.
Mengenai status guru di dalam masyarakat, dapat kita selidiki pendapat orang banyak. Seorang peneliti meminta menilai status guru dari daftar yang berisi 90 macam pekerjaan. Pada waktu itu guru menduduki tempat ke-36, sedikit di atas rata-rata. Jadi status guru tidak ditetapkan orang pada tempat yang tinggi dan juga tidak pada tempat yang rendah. Peneliti serupa itu dapat kita lakukan juga di negara kita tentu perlu dibedakan berbagai tingkat guru seperti guru SD, SMP, SMA, dosen Perguruan Tinggi atau guru besar.
Guru sendiri tidak mempunyai gambaran yang jelas mengenai statusnya di tengah-tengah jabatan lain. Bila ia beranggapan bahwa guru yang melakukan tugas yang begitu mulia itu mempunyai kedudukan yang tinggi, mungkin ia akan mengalami ketegangan dan frustasi melihat kenyataan bahwa guru itu memang dihormati tetapi tidak diberikan status yang tinggi dibandingkan dengan jabatan lain. Mungkin pertimbangan orang banyak didasarkan atas asfek finasial dan bukan hakikat pekerjaan guru.
Guru banyak berasal dari golongan rendah atau menengah-rendah dan memandang jabatan sebagai guru sebagai jalan untuk mendapatkan status yang lebih tinggi. Status guru yang tidak begitu tinggi dalam mata masyarakat dan status yang tidak jelas bagi guru sendiri mungkin akan mengecewakannya dan dapat mengganggu kestabilan kepribadiannya. Status guru yang tidak jelas ini dapat menjadi sumber ketegangan bagi arang yang mencari kenaikan statusnya melalui jabatannya.
Sunber ketegangan lain bagi guru ialah otoritas guru untuk menghukum atau memberi penghargaan kepada murid. Tidak selalu sama pendapat masyarakat apa yang harus dihargai atau dihukum, sehingga dapat menimbulkan ketegangan. Semua orang tua menginginkan adanya disiplin, akan tetapi jika anaknya diberi hukuman karena terlambatsedikit, atau terdapat merokok, ada orang tua yang menganggap hukuman itu terlampau keras atau tidak pada tempatnya. Sebaliknya ada orang tua yang menginginkan agar anaknya diberi hukuman yang keras bahkan kalau perlu diberi hukuman jasmani yang tidak dapat diterima oleh guru. Demikian guru berada pada titik silang berbagai harapan dan tuntutan yakni dari pihak ornag tua dan msayarakat, dari pihak kepala sekolah dan atasan dari tuntutan profesi keguruan yang dipengaruhi oleh berbagai aliran. Guru diharapkan agarmematuhi berbagai tuntutan dan berusaha melayani berbagai permintaan berbagai pihak yang mungkin saling bertentangan sehinnga dapat menimbulkan ketegangan pada guru.
Ketegangan juga dapat ditimbulkan oleh persoalan apakah pekerjaan guru dapat diakui sebagai profesi. Tanpa melalui pendidikan keguruan seorang dapat mengajar, hal yang tidak mungkin terjadi dengan profesi kedokteran atau hukum. Diadakannya akata V dapat dipandang sebagai pengakuan atas perlunya pendidikan khusus keguruan agar dapat mengajar dengan tanggung jawab.
Sember ketegangan juga terletak dalam pekerjaan guru di dalam kelas. Di situ diuji kemampuannya dalam profesinya, kesanggupannya untuk mengatuer proses belajar mengajar agar berhasil baik sehingga memuaskan bagi setiap murid. Gangguan disiplin, kenakalan, kemalasan, ketidakmampuan, atau kebodohan anak dapat menjadi sumber ketegangan dan frustasi guru yang benar-benar melibatkan diri dalam prose situ.
Macam-macam hal lain yang dapat menjadi sumber ketegangan menjadi bagi guru. Dirasakan ada tidaknya ketegangan bergantung kepada kepuasan yang dicari seorang guru dalam profesinya. Keberhasilan guru dalam membantu anak dalam pelajarannya akan memberi kepuasan bagi guru yang menjunjung tinggi profesi keguruannya dan kurang menghiraukan penghargaan financial yang diperolehnya dari jabatannya. Kegagalan dalam hal ini akan menimbulkan frustasi yang dapat mempengaruhi kepribadiannya.

No comments: