Iman itu bukan sekadar angan-angan, tapi keyakinan
yang tertanam dalam hati dan dibuktikan kebenarannya oleh amal perbuatan (Hasan al-Bashri rahimahullah)
***
Dalam aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah, iman
bukan sekedar keyakinan hati yang diucapkan di bibir. Tapi ia merupakan
perpaduan antara keyakinan hati, perkataan lisan, dan perbuatan anggota badan.
Banyak ayat al-Qur’an dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
mengisyaratkan bahwa amal perbuatan merupakan bagian dari iman. Dantaranya
firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 143;“Sungguh, (Pemindahan qiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyi-nyiakan iman (shalat)mu. (terj. Qs. Al-Baqarah:143). Makna iman dalam kalimat “Allah tidak akan menyi-nyiakan imanmu” adalah shalat kalian menghadap baitul maqdis sebelum pengalihan qiblat ke Ka’bah. Artinya, dalam ayat di atas dengan tegas amalan shalat disebut oleh Allah sebagai Iman.
Dalam al-Qur’an dan hadits Nabi sering disebutkan ciri orang beriman berupa amal shaleh. Namun tulisan ini hanya akan fokus pada ciri dan sifat orang beriman yang Allah sebutkan dalam surah al-Anfal ayat 2-4. Alasannya adalah karena dalam ayat ini diawali dengan, “Innamal mu’minuunnaldziyna . . . ; Sesungguhnya orang-orang beriman itu hanyalah mereka yang . . .”. dan dikhiri dengan, “Ulaika humul mu’minuuna haqqan, . . . mereka itulah orang-orang beriman yang sebenarnya”.
Dalam ayat tersebut Allah menyebutkan lima sifat orang beriman, yakni;
1. Bila disebut nama Allah, hatinya bergetar
“Idza dzukirallahu wajilat quluubuhum; Bila disebut (nama, janji, dan ancaman) Allah
bergetarlah hati mereka. Inilah sifat pertama orang beriman yang disebutkan
oleh Allah dalam ayat ini. Bergetarnya hati mereka menunjukan rasa takut, sikap
ta’dzim (pengagungan), dan cinta kepada Allah yang tertanam di hati mereka.Dan diantara dzikrullah yang dapat menggetarkan hati orang-orang beriman adalah bacaan a-Qur’an. Bahkan tidak ada sesuatu yang paling besar pengaruhnya dalam mengingatkan tentang Allah dan memperingatkan untuk tidak menyelisihi perintah-Nya melebihi al-Qur’an. Karena dalam Al-Qur’an terdapat nama-nama Allah, janji dan ancaman-Nya. Allah Ta’ala sebutkan dalam surah Az- Zumar ayat 23;
Allah menurunkan perkataan terbaik (yaitu) Kitab Al-Qur’an yang serupa ayat-ayat-Nya lagi berulang-ulang. Gemetar karena-Nya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya. Kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka karena mengingat Allah. (terj. Qs. Az-Zumar :23)
Selain itu getaran hati yang muncul setelah mendengarkan nama Allah tersebut juga melahirkan ketenangan hati. Karena hanya dengan dzikrullah hati menjadi tenang. Sebagamana firman Allah dalam surah Ar-Ra’d ayat 28. Rasa tenang tersebut merupakan cerminan perasaan lapang dada yang ditimbulkan oleh cahaya makrifat dan tauhid. Karena hati yang bergetar ketika mendengar nama, janji, dan ancaman Allah juga melahirkan rasa takut berbuat maksiat serta semangat dan energi gerak melakukan ketaan kepada Allah.
2. Iman Mereka Bertambah bila Mendengar Ayat Allah
Sifat mereka yang kedua adalah, bila
dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, maka iman mereka bertambah. Yakni
keyakinan mereka kepada Allah bertambah mantap, dan bukti dari pertambahan iman
tersebut adalah meningkatnya amal shaleh. Hal ini menunjukan pula bahwa sarana efektif untuk meningakatkan keimanan adalah mendengarkan bacaan al-Qur’an dari orang lain. Karena mendengarkan melalui bacaan orang lain lebih membantu dan mengkondisikan untuk tadabbur (merenungkan kandungan makna) suatu ayat. Sebab saat mendengar, seseorang bisa lebih fokus medengarkan dan memikirkan serta tidak disibukkan fikirannya dengan memikirkan tatacara baca, tajwid, irama lagu, dan sebagainya. Rasulullah sendiri kadang meminta sahabat untuk memperdengarkan bacaan al Qur’an kepada beliau. Seperti beliau pernah meminta kepada ibn Masud radhiyallahu ‘anhu untuk membacakan al-Qur’an kepadanya.
3. Bertawakkal kepada Allah
Tawakkal adalah bertumpu dan bersandar
sepenuhnya hanya kepada Allah yang disertai dengan usaha mencari sebab
(sarana). Orang beriman hanya bertawakkal kepada Allah. Karena mereka tahu,
tawakkal merupakan ibdah dan ibadah hanya ditujukan kepada Allah semata.
Tawakkal merupakan tingkatan tauhid tertinggi. Oleh karena itu, ciri mukmin
sejati adalah tawajjuh kepada Allah semata dan hanya berdo’a kepada-Nya. Dalam kalimat wa ‘alaa rabbihim yatawakkalun pada ayat di atas didahulukan penyebutan Allah sebagai objek yang dituju dalam bertawakkal. Hal itu menunjukan dua hal; pertama, Tawakkal hanya ditujukan kepada Allah Rabb (Tuhan) semesta alam. Karen Dialah tumpuan dan dan sandaran satu-satu-Nya bagi setiap makhluq. Kedua, Menunjukan kuatnya tawakkal orang-orang beriman kepada Allah. Mereka hanya bertawakal kepada Allah, serta tidak bertumpu dan bersandar kepada selain-Nya.
4. Menegakkan Shalat
Ini merupakan salah satu sifat orang beriman
yang paling sering disebutkan dalam al-Qur’an dan hadits Nabi shallallau
‘alaihi wa sallam. Mendirikan atau menegakkan shalat. Bukan sekadar
mengerjakan shalat. Karena yang dimaksud dengan iqamatus Shalah
(mendirikan/menegakkan shalat) adalah mendirikan shalat dengan memenuhi
rukun-rukunnya, syarat-syaratnya, sunnah-sunnhnya, dan adab-adabnya. Selain itu menegakkan shalat juga bermakna menunaikan shalat tersebut pada awal waktunya secara berjama’ah di Masjid dan melaksanakannya dengan khusyu’. Penunaian dan penegakkan shalat secara sempurna dengan menyempurnakan rukun, syarat,wajib, sunnah, dan adabnya serta dilakukan dengan khusyu dan tertib; waktu, cara, dan tempat diharapkan membuahkan hasil mencegah seseornag dari perbuatan keji, mungkar, dan sia-sia.
5. Menginfakkan Sebagian Rezki Yang Mereka Peroleh
Rezki yang dimaksud di sini tidk hanya berupa
harta. Tapi termasuk di dalamnya harta, ilmu, kedudukan, dan kesehatan. Orang
beriman menginfakkan kesemua itu sebagai bukti iman dan taatnya kepada Allah
Ta’ala. Infaq di sini bisa mencakup yang wajib maupun yang sunnah. Karena
Ibadah kepada dengan harta (‘ibadah maliyah) memiliki ragam bentuk, seperti
zakat, infaq, sedekah, waqaf, hibah, hadiah, dan memberi pinjaman.Dalam ayat al-Qur’an, ibadah maliyah seperti infaq memiliki kedudukan yang sangat utama. Dalam sebagian ayat diisyaratkan bahwa ibadah maliyah berupa zakat, sedakah, infaq, dan sebagainya merupakan ciri utama orang beriman dan bertakwa yang akan memperoleh kemulian dan pemuliaan dari Allah berupa petunjuk (hudan), rezki, al-falah (keberuntungan), yang akan berujung pada derajat yang tinggi di Surga Firdaus pada hari akhir kelak. Diantara ayat yang menerangkan hal itu adalah Surah Al-Mukminun ayat 1-11 dan Surah Al-Anfal ayat 2-4 di atas.
Bukan Hanya Itu
Ciri dan sifat orang beriman bukan hanya lima poin yang disebutkan di atas. Meski Ayat di atas ditutup dengan penegasan bahwa, “Mereka itulah orang-orang beriman yang sebenar-nya”, namun hal ini bukan untuk membatasi sifat orang beriman pada lima poin itu saja. Tapi karena kelima sifat tersebut mewakili amalan hati yang paling afdhal dan amalan anggota badan yang paling afdhal pula. Sifat-sifat mukminin dalam kelima poin di atas mencakup ibadah qalbiyah (hati), badaniyah (badan), dan maliyah (harta). Bahkan ada amalan yang menggabungkan qalbiyah, qauliyah, dan badaniyah sekaligus seperti ibadah shalat. Wallahu Ta’ala a’lam. (Mawasangka, 17-02-2015).
Karena iman
saja tidak cukup.
"Mereka
akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu
tidak bertakwa?" (QS. Al Mu'minuun [23]: 87)"Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu." (QS. Al Hujuraat [49]: 13)
Sifat dan
Ciri Orang yang Bertaqwa
· Selalu
ingat Allah dan bertaubat
"Sesungguhnya
orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka
ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat
kesalahan-kesalahannya." (QS. Al A'raaf [7]: 201)
"Sesungguhnya
pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di
langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi
orang-orang yang bertakwa." (QS. Yunus [10]: 6)
· Takut
kepada Rabb-nya meskipun tidak bisa melihat-Nya.
"(yaitu)
orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak
melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat." (QS. Al
Anbiyaa' [21]: 49)"Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya
ada dua syurga" (QS. Ar Rahmaan [55]:46)
· Taat
selamanya hanya kepada Allah.
"Dan
kepunyaan-Nya-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi, dan untuk-Nya-lah
ketaatan itu selama-lamanya. Maka mengapa kamu bertakwa kepada selain
Allah?" (QS. An Nahl [16]: 52)
· Beriman,
mendirikan sholat, dan menafkahkan rezki di jalan Allah
"(yaitu)
mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan
sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka." (QS. Al Baqarah
[2]: 3)
"(yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
..." (QS. Ali 'Imran [3]: 134)
"Dan
perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki
kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa."
(QS. Thaahaa [20]: 132)
"Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan)
hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang
benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa" (QS. Al
Baqarah [2]: 177)
"Dan
orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah
orang-orang yang bertakwa." (QS. Az Zumar [39]: 33)
"Dan
pada harta-harta mereka ada hak untuk orang yang meminta dan orang yang tidak
mendapat bagian"(QS. Adz Dzaariyaat [51]: 19)
· Beriman
pada kitab-kitab Allah dan menjadikan firman Allah sebagai pegangan
"dan
mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan
Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat" (QS. Al Baqarah [2]: 4)
"...
"Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta
ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kamu menjadi
orang-orang yang bertakwa." (QS. Al A'raaf [7]: 171)
"Maka
barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran daripadanya (Al
Quran)." (QS. Al Muddatstsir [74]: 55)
"Dan
sesungguhnya Al Quran itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang
bertakwa." (QS. Al Haaqqah [69]: 48)
"Dan
sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi
penerangan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. An Nuur [24]: 34)
"Dan
demikianlah Kami menurunkan Al Quran dalam bahasa Arab, dan Kami telah
menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar
mereka bertakwa atau (agar) Al Quran itu menimbulkan pengajaran bagi
mereka." (QS. Thaahaa [20]: 113)
"dan
bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia,
dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah
agar kamu bertakwa." (QS. Al An'aam [6]: 153)
"Peganglah
teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada
didalamnya, agar kamu bertakwa". (QS. Al Baqarah [2]: 63)
"Demikianlah
(perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka
sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati." (QS. Al Hajj [22]: 32)
· Sabar
"Dan
berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari
pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang
menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada
musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar." (QS. Ali 'Imran [3]: 146)
"(yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan..." (QS. Ali 'Imran [3]: 134)
· Bila
berbuat dosa segera bertaubat
"Dan
(juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka
dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka
tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui." (QS.
Ali 'Imran [3]: 134-135)
· Menepati
janji, bahkan kepada orang non-muslim
"...maka
terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa." (QS. At Taubah [9]: 4)
· Waktu malam
banyak digunakan untuk beribadah
"Di
dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam." ~ "Dan selalu
memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar." (QS. Adz Dzaariyaat [51]:
17-18)
· Selalu
mengingatkan orang lain untuk bertaqwa & meninggalkan mereka yg
mempermainkan agama
"Dan
tidak ada pertanggungjawaban sedikitpun atas orang-orang yang bertakwa terhadap
dosa mereka; akan tetapi (kewajiban mereka ialah) mengingatkan agar mereka
bertakwa." (QS. Al An'aam [6]: 69)
"Dan
tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan
senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah
(mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke
dalam neraka, karena perbuatannya sendiri...." (QS. Al An'aam [6]: 70)
· Berdoa
& memohon pertolongan dari-Nya
"Bagi
mereka di dalam surga itu apa yang mereka kehendaki, sedang mereka kekal (di
dalamnya). (Hal itu) adalah janji dari Tuhanmu yang patut dimohonkan
(kepada-Nya)." (QS. Al Furqaan [25]: 16)
"...Mohonlah
pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan
Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya.
Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al
A'raaf [7]: 128)
· Berbuat
kebaikan di dunia dan meyakini akhirat sebagai tempat yang lebih baik
"Dan
dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan
oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan)
kebaikan." Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat
(pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan
itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa," (QS. An Nahl [16]:
30)
"Sesungguhnya
orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata
air-mata air,""sambil menerima segala pemberian Rabb mereka.
Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat
kebaikan."(QS. Adz Dzaariyaat [51]: 15-16)
· Tidak
berbuat kerusakan
"Patutkah
Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama
dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami
menganggap orang- orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat
ma'siat?" (QS. Shaad [38]: 28)
"Negeri
akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri
dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik)itu adalah bagi
orang-orang yang bertakwa." (QS. Al Qashash [28]: 83)
· Tidak ragu
memenuhi panggilan jihad
"Orang-orang
yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu
untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui
orang-orang yang bertakwa. (QS. At Taubah [9]: 44)
A. Pengertian Iman
Banyak orang mengenal iman dengan arti percaya. Iman
harus kita yakini dalam hati,ucapan dan perilaku perbuatan. Wujud iman
dibagi 2:
- Wujud Iman Haq –> isi hati,ucapan,perilaku perbuatan yg sesuai dengan ajaran Allah (Al-Quran dan Sunnah Rasul)
- Wujud Iman Bathil –> isi hati,ucapan,perilaku perbuatan yg tidak sesuai dengan ajaran Allah.
Kondisi & fungsi iman kepada Allah bagai pohon yg
besar yaitu berdiri tegak dan kuat serta tidak terpengaruh dengan situasi/tidak
plin-plan,menjadi tempat berteduh serta memberikan perlindungan kepada sesama
manusia yg membutuhkan,buahnya bisa dinikmati oleh orang lain dan perilakunya
selalu menyenangkan serta bermanfaat hidupnya bagi sesama manusia.
B. Wujud Keimanan
Adapun wujud
dari orang yang mengaplikasikan perilaku yang mencerminkan keimanan dalam
kehidupan sehari- hari, yakni sebagai berikut :
(a)
Enggan bergaul, kecuali dengan orang yang dapat
memperbaiki agamanya, mengendalikan syahwatnya, dan juga mengendalikan lisannya
(b)
Jika memperoleh dunia yang besar, maka itu akan ia
anggap sebagai ujian dan beban.
(c)
Jika ia memperoleh tambahan ilmu agama walaupun hanya
sedikit, ia akan merasa sangat bersyukur.
(d)
Tidak mengsi perutnya secara berlebihan, karena ia
merasa takut jika apa yang ia konsumsi terdapat barang yang haram.
(e)
Memandang semua orang baik, sedangkan memandang
terhadap dirinya sebagai orang yang berlumur dosa.
C. Proses Terbentuknya Iman
Ali bin Abu Talib RA berkata: “Seorang alim dan
bijaksana adalah orang yang tidak membuat murid-muridnya berputus asa dari
rahmat Allah dan tidak pula membuat mereka merasa aman dari pembalasan Allah.”
Kita semua adalah guru yang menuntun dan membimbing
hati kita sendiri supaya ia menjadi hidup dan selamat. Istilah di dalam Al-Quran
menyebut hati ini sebagai ‘qalbun salim’. Untuk itu kita memerlukan dua tonggak
keimanan untuk mendapat keseimbangan dalam kehidupan. Umpama seekor burung
dengan dua sayapnya, jika yang satu patah maka ia tidak boleh terbang dengan
sempurna. Sifat takut dan harap kepada Allah SWT menjadi suatu kemestian yang
wajib dimiliki oleh orang yang beriman. Jika jalan menuju Allah SWT itu jauh
terbentang di hadapan kita, maka di sisi jalan itu terdapat terminal-terminal
untuk kita mengambil bekalan. Maka di antara terminal-terminal itu ada dua
terminal yang mesti disinggahi dan tanpanya kita tidak akan sampai kepada Allah
Taala. Ia adalah sifat takut (khawf) dan harap (raja’)kepada Allah SWT.
Manusia memerlukan ilmu untuk menumbuhkan rasa takut
kepada Allah Taala. Proses belajar dan mengkaji tidak boleh berhenti, demi
mendapatkan keyakinan dalam hati bahawa hanya Allah SWT sahaja yang berhak
ditakuti. Rasulullah SAW pada suatu pagi selepas menunaikan sembahyang subuh
bersama para sahabat, baginda SAW memulakan proses mengajar dan mentarbiyah
mereka dengan nasihat-nasihat yang begitu menyentuh jiwa. Sehingga seorang
sahabat berkata: “Ya Rasulullah seakan-akan ini adalah wasiat terakhir darimu.”
Maka baginda SAW bersabda yang bermaksud: “Seandainya kamu semua memahami
sepertimana aku memahami, sudah tentu kamu lebih banyak menangis dan sedikit
tertawa dan kalian akan keluar menuju ke padang pasir sambil berseru meminta
tolong kepada Allah. Mintalah kepada-Ku, mintalah kepada-Ku!” (Hadis riwayat
al-Tirmizi). Mereka menutupi wajah seraya menangis mendengar sabda Rasulullah
SAW itu.
Mungkin kita telah memiliki rasa takut kepada Allah
SWT hari ini tetapi bolehkah kita menjamin ia berkekalan hingga kita
menghadap-Nya? Jiwa manusia yang sentiasa berubah mengikut arus menyebabkan ia
hilang rasa sensitiviti ketakutan yang sebenar. Antara punca manusia hilang
rasa takut kepada Allah SWT ialah: Menganggap remeh terhadap dosa dan maksiat,
lalai dengan dunia yang mempesona jiwa akibat terpengaruh oleh pergaulan bebas
dan hatinya yang sememangnya bebal.
Manakala tanda bagi mereka yang takut kepada Allah SWT
menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ialah: “Orang yang takut pasti bersegera
mengerjakan kebaikan sebelum maut menjemput dan sentiasa mengisi waktunya
dengan kebaikan dan ketaatan.”
Bagaimanakah menumbuhkan rasa takut kepada Allah?
1. Menguasai dengan sepenuh jiwa kalam Allah dan sabda Rasul-Nya.
Proses mentarbiyah diri sendiri harus berjalan sepanjang masa hingga ajal menjemput kita. Hanya ilmu yang hidup di dada membuahkan rasa takut kepada Allah SWT. Sumber segala ilmu adalah Al-Quran dan hadis Rasulullah SAW. Membaca dan merenungi keduanya membuat hati menjadi lembut dan rela ditunduk. Ibnu al-Jauzi pernah berkata: “Demi Allah, seandainya seorang mukmin yang berakal membaca surah al-Hadid, penghujung surah al-Hasyr, Ayatul Kursi dan surah al-Ikhlas nescaya kalbunya terpecah kerana takut kepada Allah dan tersentak kerana kebesaran dan kekuasaan Tuhannya.” Bagaimana mungkin orang-orang yang menghindari nasihat para ulama dan benci kepada majlis-majlis ilmu memiliki rasa takut (khasyah). Jiwa tanpa agama adalah umpama seorang yang telah tercabut roh dari jasadnya. Dia hidup tetapi mati. Maha Benar Allah dengan firman-Nya yang bermaksud: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari kalangan hamba-hamba-Nya ialah mereka yang berilmu (ulama).” (Surah Al-Fathir: Ayat 28)
1. Menguasai dengan sepenuh jiwa kalam Allah dan sabda Rasul-Nya.
Proses mentarbiyah diri sendiri harus berjalan sepanjang masa hingga ajal menjemput kita. Hanya ilmu yang hidup di dada membuahkan rasa takut kepada Allah SWT. Sumber segala ilmu adalah Al-Quran dan hadis Rasulullah SAW. Membaca dan merenungi keduanya membuat hati menjadi lembut dan rela ditunduk. Ibnu al-Jauzi pernah berkata: “Demi Allah, seandainya seorang mukmin yang berakal membaca surah al-Hadid, penghujung surah al-Hasyr, Ayatul Kursi dan surah al-Ikhlas nescaya kalbunya terpecah kerana takut kepada Allah dan tersentak kerana kebesaran dan kekuasaan Tuhannya.” Bagaimana mungkin orang-orang yang menghindari nasihat para ulama dan benci kepada majlis-majlis ilmu memiliki rasa takut (khasyah). Jiwa tanpa agama adalah umpama seorang yang telah tercabut roh dari jasadnya. Dia hidup tetapi mati. Maha Benar Allah dengan firman-Nya yang bermaksud: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari kalangan hamba-hamba-Nya ialah mereka yang berilmu (ulama).” (Surah Al-Fathir: Ayat 28)
Di dalam hal kecintaan, ketundukan dan ketakutan
kepada Allah SWT, kita disuruh menjadikan Rasulullah SAW sebagai contoh dan
teladan. Baginda bersabda yang bermaksud: “Aku adalah orang yang paling
mengetahui di antara kamu tentang Allah dan aku adalah orang yang paling takut
kepada-Nya.” (Hadis Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
2. Membandingkan diri kita dengan orang yang telah
diselamatkan oleh Allah SWT.
Apakah amal saleh kita sama banyak dengan mereka? Ataukah jauh ketinggalan berbanding mereka? Tapi sayang, bukan semua orang boleh selamat. Tidak semua orang menjadi pilihan Allah SWT. Adakah kita layak menjadi salah satu dari mereka? Berapa ramai orang yang beramal tertolak segala amalnya dan orang yang berilmu tertipu oleh kedudukan dan ilmunya? Hanya yang Allah SWT kehendaki sahaja yang terselamat daripada siksaan. Allah SWT telah berfirman yang bermaksud: “Dan jika Kami menghendaki, nescaya kami beri tiap-tiap jiwa petunjuk (baginya). Akan tetapi telah benar ketetapan dari-Ku: Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka jahannam itu dengan jin dan manusia.” (Surah Al-Sajadah ayat: 13)
Apakah amal saleh kita sama banyak dengan mereka? Ataukah jauh ketinggalan berbanding mereka? Tapi sayang, bukan semua orang boleh selamat. Tidak semua orang menjadi pilihan Allah SWT. Adakah kita layak menjadi salah satu dari mereka? Berapa ramai orang yang beramal tertolak segala amalnya dan orang yang berilmu tertipu oleh kedudukan dan ilmunya? Hanya yang Allah SWT kehendaki sahaja yang terselamat daripada siksaan. Allah SWT telah berfirman yang bermaksud: “Dan jika Kami menghendaki, nescaya kami beri tiap-tiap jiwa petunjuk (baginya). Akan tetapi telah benar ketetapan dari-Ku: Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka jahannam itu dengan jin dan manusia.” (Surah Al-Sajadah ayat: 13)
3. Memikirkan nasib diri ketika mati, hari kebangkitan
dan hari penghisaban.
Orang yang telah sebati jiwa dan raganya dengan kehidupan dan kenikmatan dunia mudah terlupa bahawa satu masa nanti semua itu akan dipisahkan darinya. Kenikmatan itu lenyap sekelip mata dan menjelmalah ruang dan waktu yang asing dan menyiksakan. Di kalangan manusia ada yang menunggu hari perjumpaan dengan Allah Taala dan berharap diterima dengan reda. Dalam pada itu ramai juga yang benci mengingati mati. Jangankan hendak bersedia menghadapi detik-detik Sakaratul Maut, saat Allah Taala sembuhkan dirinya dari sakit suatu masa dahulu pun sudah tak sudi diingat lagi. Semasa susah Allah tempatnya mengadu, ketika senang lupa akan pertolongan-Nya. Begitu hebatnya ujian dunia mengaburi mata hati manusia.
Orang yang telah sebati jiwa dan raganya dengan kehidupan dan kenikmatan dunia mudah terlupa bahawa satu masa nanti semua itu akan dipisahkan darinya. Kenikmatan itu lenyap sekelip mata dan menjelmalah ruang dan waktu yang asing dan menyiksakan. Di kalangan manusia ada yang menunggu hari perjumpaan dengan Allah Taala dan berharap diterima dengan reda. Dalam pada itu ramai juga yang benci mengingati mati. Jangankan hendak bersedia menghadapi detik-detik Sakaratul Maut, saat Allah Taala sembuhkan dirinya dari sakit suatu masa dahulu pun sudah tak sudi diingat lagi. Semasa susah Allah tempatnya mengadu, ketika senang lupa akan pertolongan-Nya. Begitu hebatnya ujian dunia mengaburi mata hati manusia.
Dalam hadis qudsi Allah Taala berfirman yang
bermaksud: “Demi keagungan dan kebesaran-Ku, Aku tidak akan menghimpun dalam
diri seorang hamba dua rasa takut dan dua rasa aman. Apabila dia takut
kepada-Ku di dunia nescaya Aku akan memberikan keamanan kepadanya di hari
kiamat, dan apabila dia merasa aman (dari siksa-Ku) di dunia, nescaya Aku akan
membuatnya takut pada hari kiamat.” (Hadis riwayat Ibnu Hibban).
D. Tanda – Tanda Orang Beriman
Membahas tentang keimanan, tentu saja memiliki kaitan
erat dengan rukun iman yang memiliki 6 point utama yang wajib bagi kita semua
untuk meyakininya. Sering kali jika seseorang ditanya apaka ia beriman? Tentu
saja ia akan menjawab bahwa ia beriman. Akan tetapi belum tentu hal itu
sepenuhnya benar, karena sesungguhnya yang paling tau beriman adalah Allah SWT.
karena hanya Ia satu-satunya zat maha sempurna yang bisa mengetahui apa yang
tersembunyi, yakni isi hati manusia.
allah telah
memberikan kita peringatan yang sangat jelas dan juga menakutkan, karena lawan
dari orang yang beriman adalah orang kafir. Bahkan golongan yang paling dibenci
Allah SWT adalah golongan orang- orang munafik. Kelompok orang munafik adalah
golongan yang hanya berpura- pura menunjukkan bahwa ia beriman kepada Allah
SWT, namun di hatinya sama sekali tidak ada keyakinan terhadap keimanan
tersebut.
Sebagaimana
firman Allah SWT tentang golongan munafik yang artinya : “diantara mannusia ada
yang mengatakan :”Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,” padahal mereka
itu sesungguhnya bukan orang- orang yang beriman.”
Dari
kutipan ayat al Qur’an tersebut menunjukkan bahwasanya Allah SWT maha
mengetahui segala hal yang tersembunyi, sekalipun itu isi hati seseorang.
Adapun tanda- tanda yang menunjukkan bahwa seseorang beriman kepada Allah SWT
yakni sebagai berikut :
(a)
Sangat mencintai
Allah SWT
Ketahuilah bahwa jika kita sudah mencintai pastinya
akan sangat cekatan dan aktif dalam perbuatan sebagaii pengaplikasian dari rasa
cintanya.Sebagaimana firman Allah SWT di dalam al Qur’an surah al Baqarah ayat 165
yang artinya :“dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-
tandingan selain Allah ; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai
Allah. Adapun orang- orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah, dan
jika seandainya orang- orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka
melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan
Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan- Nya (niscaya mereka
menyesal).
(b)
Menjadi kader
perjuangan Islam
Lihatlah dalil al Qur’an berikut yakni surah Al Anfaal
ayat 64-65 yang artinya : (64)” maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami
selamatkan Dia dan orang- orang yang bersamanya dalam dalam bahtera, dan Kami
tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat- ayat kami. Sesungguhnya mereka
adalah kaum yang buta (mata hatinya).”
(65) “ dan (kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad
saudara mereka, Hud. Ia berkata “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali- kali
tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertaqwa kepada-Nya
?.”
(c)
Selalu
komitmen dalam syahadatnya.
Sebagaimana yang dijelaskan Allah SWT dalam firmannya
yang terdapat pada surah Al- Fath ayat 18 yang artinya :” sesungguhnya Allah
telah ridha terhadap orang- orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu
di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang adadalam hati mereka lalu
menurunkan ketenangan atas mereka dan
memberi balasan kepda mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).”
(d)
Tiap pekerjaan yang
dilakukan selalu didasari dengan ilmu
Yang telah Allah terangkan dalam firmannya surah Al-
Isar’ ayat 36 yang artinya :” dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, pengelihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya.
(e)
Menaati aturan
(f)
Hidup berjamaah
(g)
Senatiasa bersyukur
kepada Allah SWT
E. Pengertian Taqwa
Menurut
penelitian al- Muqaddasi (Beirut,1323), di dalam al Quran terdapat 256 kata
taqwa dan 251 pada ayat yang memiliki hubungan dan keterkaitan makna. Awal kata
taqwa yakni “w.q.y” yang memiliki arti antara lain : takut, menjaga diri,
memelihara, tanggung jawab dan memenuhi kewajiban. Oleh karena itu, orang yang
bertaqwa adalah orang yang takut kepada Allah berdasarkan kesadaran :
mengerjakan suruhan-Nya, tidak melanggar larangan-Nya, dan takut terjerumus ke
dalam perbuatan dosa.
F. Korelasi Keimanan dan Ketaqwaan
Korelasi memiliki arti yakni “hubungan”. Antara keimanan dan ketaqwaan
memiliki korelasi yang begitu erat dan keduanya tidak bisa dipisahkan. Orang
yang bertaqwa adalah orang yang beriman dengan pandangan dan sikap hidup yang
senantiasa melaksanakan apa yang telah Allah tetapkan. Dan juga menjauhkan diri
dari segala perbuatan yang Allah larang.
No comments:
Post a Comment