Mengapa saya beri judul budaya malu dunia pendidikan, Betapa
memalukannya jika kita mendengar “di sekolah dididik apa sih?… Kok
ngomongnya ndak Sopan?” atau kita mendengar “sudah disekolahkan.. tapi
kok ga punya etika…..!!”
Saya pernah menulis tentang Sekolah Bukan Hanya Ilmu,
Akhirnya ada hal yang harus kita budayakan di dunia pendidikan. Yaitu
Budaya Malu. . Budaya Malu, bukan berarti saya malu sekolah di sekolah
desa, malu sekolah di sekolah yang fasilitasnya gak OKE, malu sekolah di
sekolah anak-anak Jalanan. BUKAN ITU.
Sebenarnya Segala Permasalahan di negeri ini Bisa terkendali jika Setiap Insan, setiap Generasi, Setiap Pribadi memiliki “BUDAYA MALU”
Budaya malu di dunia pendidikan harus kita terapkan dari sekarang. Budaya malu dalam hal apa ???
Budaya Malu Bagi Para Pendidik
- Budaya Malu Jika Seorang Pendidik tidak mempersiapkan diri sebelum mengajar, tidak belajar sebelum mengajar, dan tidak mau tahu keadaan siswa sebelum mengajar. Apakah kita sebagai pendidik tidak merasa malu pada diri sendiri, malu pada Stempel Profesi yang tertulis di dada kita, malu pada anak-anak yang meremehkan kita.
- Budaya Malu jika mendidik hanya untuk memberi Ilmu, Bukan Etika dan Sopan Santun. Untuk apa anak-anak itu pintar jika tidak memiliki etika dan sopan santun. Apa kita tidak malu mendengar anak juara umum di sekolah X tawuran, MEngucapkan kata kotor, tidak menghormati orang lain. maka kita kan malu mendengar kata-kata “disekolahkan kok tidak punya etika..”
- Budaya Malu menerima gaji Bersih tapi jarang masuk kelas. Memangnya tidak malu makan uang hasil jerih payah orang lain, tapi kita hanya duduk santai tanpa bekerja. Malah menuntut gaji, kita nomer satu. Berlomba sertifikasi, tapi kok kesekolahnya jarang. Mau duitnya saja. wah… Sangat tidak pantas.
- Budaya Malu tidak menghargai diri sendiri. Bukankah kita malu jika kita seorang pendidik, tapi tidak perduli dengan pendidikan anak dan keluarga sendiri. bagaimana kita mendidik, jika dari diri kita sendiri tidak terlaksana. Kita bicara kepada anak-anak jangan merokok, tetapi dihadapan mereka kita merokok.
Budaya Malu Seorang Siswa / Anak Didik
- Budaya Malu menyia-nyiakan Hasil kerigat orang tua. Malu tidak pada orang tuamu yang bekerja mati-matian demi masa depanmu. Mungkin kamu berkata “akh… kan duit orang tuaku banyak..!!!!” . Justru kamu harus malu memakan duit yang bukan hasil kerja kerasmu, bukan hasil keringatmu.
- Budaya Malu tidak punya sopan santun. Seharusnya malu dong sebagai anak yang katanya sudah belajar, sudah pintar baca, sudah bisa berpikir tentang hal-hal baru, tapi kok kata-katanya tidak sopan, kok kata-katanya suka memaki, kok kata-katanya kasar sama orang tua dan teman. Nanti dibilang “Mulutnya ga disekolahin ya…” waduh.. Jangan Sampe dong, malu.. malu… maluuuuu banget
- Budaya Malu Meremehkan Orang lain, Nah, kamu memang pintar, kamu meremehkan orang lain, kamu meremehkan orang yang hidupnya lebih sederhana dari kamu. Nanti suatu saat kalau tiba-tiba kamu mengalami kejatuhan, kamu tiba-tiba kekurangan, malu kan sama mereka. takutnya sih dibilang “alah….. Dulu aja Sombong…” hati-hati, hidup ini seperti roda yang berputar. terkadang di atas dan terkadang di bawah.
- Budaya Malu jadi pembuat Onar. kata-kata pembuat onar ini sangat tidak pantas kan di jadikan cap / stempel pada dirimu. Kalau kita bisa saling menghargai, mengapa tidak ! Kan Damai Itu indah. Tidak pernah dikatakan dan diajarkan disekolah…”nak… nanti pulang sekolah buat onar ya, berantem ya, tawuran ya,,!
- Budaya malu tidak belajar. Malu dong kamu dengan NIlai 100, 90, 80 tapi hasil nyontek, dan ketidakjujuran. Dengan bangga Kamu bilang “wah… Aku lulus, nilai 90..” eh ternyata teman-temanmu berbisik, “gitu aja kok bangga.. kan kemaren dia nyontek dari si A…” .. Akhhh Malunya. Kecuali kamu sudah tidak memiliki rasa malu lagi.
- Budaya Malu pada diri sendiri. Malu lah pada dirimu sendiri jika berbuat hal yang tidak baik, berbuat hal yang tidak bermoral, berbuat hal yang tidak sopan. Kalau kamu merasa malu pada diri sendiri, kamu pasti berusaha lebih baik. Tanya pada dirimu sendiri, rasakan dalam hati nuranimu. contoh “Kalau aku buang sampah ini sembarangan , malu dilihat orang…” atau “kalau nilaiku Jelek… malu sekali aku sama si DOi, sama ORTU, dan malau sekali pada diriku..”
Budaya malu Instansi Terkait Pendidikan
- Budaya Malu Duduk di bangku tertinggi pemerintahan, yang bertujuan memajukan pendidikan, tetapi uang rakyat, uang anak didik kok nyangkut dimana-mana. Seharusnya hak murid untuk mengecap fasilitas, kok turunnya cuma 40%. Bukankah memalukan memakai seragam Pemerintahan tapi kok ndak mendidik. Nanti dibilang “..orang pendidikan kok seperti tidak dididik ya..”. Kalau pemerintah di dunia pendidikan juga korupsi, ribut, saling mengadu domba, saling menjatuhkan, gimana anak didiknya ya??? .
- Budaya Malu cuma berkoak-koak tapi tidak terealisasi. Bukankah memalukan jika kita yang duduk dibangku pemerintahan yang berkoak-koak, berteriak-teriak pendidikan ini harus dimajukan, kita buat ini, kita buat itu, tapi cuma omong kosong, cuma mau mencari simpati rakyat, cuma mau cari dukungan. Bullshit… Semua hanya omong kosong. Tidak perlu lah berteriak kalau hanya suara. Realisasi yang penting
- Budaya Malu Pada Anak-Anak jalanan, Pada Orang miskin, Pada Pengemis, Pada Anak-anak penjual Koran, pada anak-anak yang tinggal dipinggiran, pada anak-anak yang tidak bisa baca tulis. Betapa memalukan jika pemimpin negara ini menutup mata untuk mereka. Berapa % (persen) dana pendidikan untuk negara ini? Kemana? Apa matamu buta pada mereka? Mereka juga butuh pendidikan, mereka juga mau maju, mereka juga berharap punya masa depan. Mereka seperti seseorang yang kelaparan memandang anak-anak berseragam sekolah. Apa Kita tidak malu? lewat dipinggir jalan dengan Pakaian dinas, dengan mobil mewah, tapi cuek saja dengan nasib mereka. Dimana jiwa pendidikmu? Seorang pemerintah haruslah orang yang memiliki jiwa mendidik yang tinggi melebihi seorang guru.
Budaya Malu para Orang Tua
- Budaya Malu tak lagi menjadi orang tua seutuhya. Malulah sebagai orang tua yang membiarkan anaknya hanya dididik di sekolah. Orang tua adalah orang yang paling berkewajiban mendidik anak. bukan sibuk bekerja mencari uang, anak-anak terlantar , mau belajar atau tidak, ya terserah. malu pada diri sendiri jika anak akhirnya sibuk dengan dirinya sendiri, m alu tidak punya waktu lagi menanyakan kabar anaknya, malu tidak lagi memiliki waktu makan bersama anaknya, malu pada akhirnya pergaulan anak terlampiaskan ke hal-hal negatif. Pantaskah kita disebut orang tua?
- Budaya malu tidak Mau belajar. Orang tua haruslah belajar, agar anak juga bisa diajar. umur semakin tua bukan berarti berhenti belajar. BElajarlah terus mendampingi anak-anak.
- Budaya Malu tidak mau mendengar. Malulah sebagai orang tua yang memaksakan segala kehendak kepada anak-anak. mengekang anak-anak. berkata tidak sopan terhadap anak-anak. Terkadang anak ingin di dengar, anak bukan untuk mendengar saja, tetapi butuh di dengar. Jangan biarkan anak-anak berlari kepada orang lain, hanya karena butuh didengar.
- Budaya malu tidak mengutamakan pendidikan anak. Malulah sebagai orang tua, jika pendidikan dianggap nomor kesekian, maka jiwa dan pemikiran anak tidak akan berkembang. anak tidak akan memiliki masa depan secerah yang mereka impikan
Akhirnya “BUDAYA MALU PADA DIRI SENDIRI” adalah hal
yang paling penting dalam hidup. Jika saja kita semua bisa menerapkan
Budaya malu, maka segala hal akan baik. Pendidikan akan maju, negara ini
akan maju, tidak ada kebodohan, tidak ada kemiskinan, tidak ada
egoisme.
No comments:
Post a Comment