Thursday, August 1, 2013

KAJIAN PARADIGMA SECARA ANALISIS


(Telaah analisis  disusun sebagai upaya dalam memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kajian Paradigma Ilmu, Sosial dan Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Galuh)

Paradigma menurut kamus Ilmiah Populer karangan : Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry menjelaskan bahwa paradigma memiliki pengertian sebagai berikut :
Paradigma sama dengan pengertian kata contoh, tasrif, teladan, pedoman dan dipakai untuk menunjukkan gugusan sistem pemikiran yakni sebuah bentuk kasus dengan pola pemecahannnya atau dikenal dengan istilah lain yaitu Paradigmatis artinya : secara paradigma atau berkenaan dengan paradigma.
Contoh :
I.      Pengertian Paradigma Definisi
Definisi disebut perumusan singkat, padat, jelas dan tepat, yang menerangkan “apa sebenarnya suatu hal itu” sehingga dengan jelas dapat dimengerti dan dibedakan dari semua hal lain. Jenis definisi ini biasanya dibedakan menjadi dua macam definisi, yaitu definisi nominal dan definisi riel.
a.      Definisi nominal hanyalah menerangkan arti “nama istilah tertentu” dan berguna untuk memberi petunjuk tentang arti kata dan mencegah kesalahpahaman;
b.      Definisi riel menerangkan apa sebenarnya barang tertentu itu, dengan menunjukkan realitas atau hakikat barang itu sendiri.

II.   Pengertian Paradigma Sosial
Empat macam karakteristik pada ilmu kemasyarakatan (social), atau selalu peduli pada kepentingan umum yaitu :
1.       Ontology : mengutamakan penyelidikan (investigasi) pada setiap peristiwa-peristiwa adat serta bentuk keadaan yang dapat diamatidan dinilai lewat kaca mata ilmiah bahwa apakah realita dapat berdiri sendiri atau berada dalam pemikiran kita saja;
2.      Epistemologi : Teori atau dasar pengetahuan-pengetahuan cabang dari filsafat yang menyelidiki sumber-sumber serta kebenaran pengetahuan tentang bagaimana mengerti dunia dan bagaimana mempelajari realita tersebut.
3.      Human Nature : Mempelajari hubungan antara manusia dan sesame manusia bahwa apakah tingkah laku manusia dapat dipastikan atau tidak;
4.      Metodologi : Gabungan dari ontological, epistomologi, dan human nature yang berisi strategi untuk melakukan penelitian tersebut.
Dari keempat sifat dasar ilmu social tersebut di atas, dipecah berdasarkan dua pandangan yaitu sudut pandang subjektif dan objektif, berikut penjelasannya:
a.     Sudut Pandang Subjektif
1.       Nominalisme : teori yang mengatakan bahwa universals atau kata-kata umum hanya merupakan nama dan tidak menunjukkan benda riil dan objektif, semua yang ada adalah particulars. Asumsi bahwa realitas social adalah relative dan dunia social di luar individu terbuat dari sekedar nama, konsep, label, yang membantu seseorang untuk membayangkan suatu kenyataan;
2.      Anti –positivisme : Mencari di dunia social yang relative dan hanya bisa dimengerti dari sudut pandang individu;
3.      Voluntarisme : Suatu pandangan, bahwa kemauan adalah fungsi jiwa yang terpenting berpandangan bahwa seseorang berpikir secara otomatis dan bebas;
4.      Ideografis : gambaran tentang angan-angan atau pikiran, berdasar pada pandangan bahwa seseorang membuat, mengubah, dan mengerti dunia dengan mencari ilmu dengan investigasi secara subyektif.

b.     Sudut Pandang Objektif
1.       Realisme : kepatuhan kepada fakta, kepada apa yang tampak dan terjadi bukan kepada yang diharapkan dan diinginkan, anggapan bahwa benda-benda yang kita rasakan dengan indera kita itu ada tanpa bersandar pada pikiran kita atau walaupun kita tanpa disadarinya. Asumsi bahwa dunia social di luar individu adalah dunia nyata yang terbentuk dari sesuatu yang keras, tidak berubah dan nyata;
2.      Positivisme : anggapan bahwa yang berarti itu hanya proposisi analitik yang dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris (pengalaman);
3.      Determinisme : pandangan bahwa pilihan manusia itu dikuasai oleh kondisi sebelumnya. Seluruh alam termasuk manusia merupakan rangkaian yang tak terputuskan dari sebab dan akibat;
4.      Nomotetik : berpandangan bahwa dengan menekankan pentingnya riset berprotokol dan sistematika yang baik untuk menganalisa hubungan dan keunikan antar elemen. Menggunakan tes kuantitatif seperti survey dan tes kepribadian.

Seseorang dapat memahami batasan dari debat sosiologi dengan memetakan teori pada peta 2x2 dengan subjektif – objektif pada satu dimensi dan regulasi-perubahan pada dimensi lainnya. Setiap kuadran merepresentasikan paradigm dalam sosiologi. Kebanyakan pengamat sosiologi berada dalam 1 paradigma saja.


Paradigma Fungsional
Paradigma ini adalah yang paling cocok untuk digunakan dalam organisasi. Fungsional memberikan penjelasan rasional dalam urusan sumber daya manusia. Hubungan antar manusia konkret, dapat diidentifikasi dan diukur.

Paradigma Interpretive
Paradigma ini mencoba untuk menerangkan kebiasaan dari sudut pandang individual.

Paradigma Humanis Radikal
Pandangan ini memperlihatkan bahwa kesadaran manusia didominasi oleh ideologi  tempat ia berada dan menghalanginya mencapai kesadaran diri sendiri. Kebanyakan paradigm ini menjurus ke anti – organisasi.

Paradigma Radikal Struktural
Mereka yang berada dalam paradigm ini percaya bahwa perubahan radikal berada dalam karakteristik struktur kemasyarakatan. Seringkali muncul ketika ada krisis politik dan ekonomi.
III.     Paradigma Penelitian
A.    Pengertian Penelitian
Kata penelitian dalam bahasa inggris “research” memiliki berbagai macam ragam penelitian yang dapat dilakukan. Antara lain hal ini bergantung pada tujuan, pendekatan, bidang ilmu, tempat dan sebagainya (Suharsimi A. : Prosedur Penelitian, 1998).
1.       Penelitian ditinjau dari tujuan :
Ø  Penelitian eksploratif yakni sebab-sebab atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu;
Ø  Penelitian  operasi “operation research” yaitu mengadakan percobaan dan penyempurnaan, mencoba meningkatkan mutu dalam skala kecil, dan kalau ternyata hasilnya lebih baik lalu dikenakan dalam skala luas. Seksi ini disebut Research and Development (R & D) penelitian dan pengembangan dan termasuk “operation research”;
Ø  Penelitian yang bertujuan untuk mengecek kebenaran hasil penelitian lain inilah yang diberi nama penelitian Verifikatif;
Ø  Penelitian kebijakan, yakni hasil yang diperoleh dari pengolahan data digunakan untuk menentukan kebijakan.

2.      Penelitian ditinjau dari pendekatan
Ø  Pendekatan longitudinal (bujur), peneliti mencatat kemampuan berpikir sejak anak duduk di kelas I berturut-turut setiap tahun perkembangan dicatat yaitu dikelas II, III, IV, V dan VI.
Ø  Pendekatan Cross-sectional (pendekatan silang), yaitu peneliti mengadakan pencatatan tentang perkembangan berpikir anak-anak SD secara serentak yaitu kelas I s.d. VI.
3.      Penelitian ditinjau dari bidang ilmu yaitu berkenaan dengan jenis spesialisasi dan interest. Ragam penelitian ditinjau dari bidangnya : penelitian terhadap pendidikan, keteknikan, ruang angkasa, pertanian, perbankan, kedokteran, dsb.
4.      Penelitian ditinjau dari tempatnya, selain penelitian di laboratorium, penelitian diperpustakaan , penelitian yang paling banyak dilakukan adalah penelitian kancah atau penelitian lapangan.
5.      Penelitian ditinjau dari hadirnya variable adalah hal-hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap dalam suatu kegiatan penelitian yang menunjukkan variasi baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

B.    Pengertian Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan social dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian (Guba & Lincoln, 1988 : 89 – 115). Secara umum, paradigma penelitian diklasifikasikan dalam  dua kelompok yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif (Indiantoro & Supomo, 1999 : 12 – 13). Masing-masing paradigma atau pendekatan ini mempunyai kelebihan dan juga kelemahan, sehingga untuk menentukan pendekatan atau paradigma yang akan digunakan dalam melakukan penelitian tergantung pada beberapa hal diantarannya :
1.       Jika ingin melakukan suatu penelitian yang lebih rinci yang menekankan pada aspek detail yang kritis dan menggunakan cara studi kasus, maka pendekatan yang sebaiknya dipakai adalah paradigma kualitatif. Jika penelitian yang dilakukan untuk mendapat kesimpulan umum dan hasil penelitian didasarkan pada pengujian secara empiris, maka sebaiknya digunakan paradigma kuantitatif;
2.      Jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang penerapannya luas dengan objek penelitian yang banyak, maka paradigma kuantitatif yang lebih tepat, dan jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang mendalam dan detail khusus untuk satu objek penelitian saja, maka pendekatan naturalis lebih baik digunakan.

No comments: