Sunday, October 30, 2011

Model Pembelajaran Inovatif di Era Global

Pendidikan di Indonesia
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Selain itu, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Sistem Pendidikan Nasional tersebut diharapkan mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Prinsip-prinsip dasar inilah yang telah melahirkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-undang Sisdiknas menggariskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya agar dapat memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.
Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan. Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya. Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya. Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam pendidikan.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.
Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama; mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya; mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya; mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya; pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara; dan menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.
Setiap peserta didik berkewajiban menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan; ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan ketiga jalur tersebut diselenggarakan dengan sistem terbuka melalui tatap muka dan/atau melalui jarak jauh. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. Jalur, jenjang, dan jenis pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebih berkualitas merupakan mandat yang harus dilakukan bangsa Indonesia sesuai dengan tujuan negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Lebih lanjut dalam Batang Tubuh UUD 1945 diamanatkan pentingnya pendidikan bagi seluruh warga negara seperti yang tertuang dalam Pasal 28B Ayat (1) yaitu bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan umat manusia, dan Pasal 31 Ayat (1) yang mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu pilar terpenting dalam meningkatkan kualitas manusia, bahkan kinerja pendidikan yaitu gabungan angka partisipasi kasar (APK) jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi dan angka melek aksara digunakan sebagai variabel dalam menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bersama-sama dengan variabel kesehatan dan ekonomi. Oleh karena itu pembangunan pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Pembangunan pendidikan nasional yang akan dilakukan dalam kurun waktu 2004 – 2009 telah mempertimbangkan kesepakatan-kesepakatan internasional seperti Pendidikan Untuk Semua (Education For All), Konvensi Hak Anak (Convention on the right of child) dan Millenium Development Goals (MDGs) serta World Summit on Sustainable Development yang secara jelas menekankan pentingnya pendidikan sebagai salah satu cara untuk penanggulangan kemiskinan, peningkatan keadilan dan kesetaraan gender, pemahaman nilai-nilai budaya dan multikulturalisme, serta peningkatan keadilan sosial.
Pada awal pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu permasalahan pendidikan yang dihadapi cukup luas. Di antara permasalahan itu adalah adanya tingkat pendidikan penduduk yang rendah, dinamika perubahan struktur penduduk yang belum sepenuhnya teratasi dalam pembangunan pendidikan, masih terdapat kesenjangan tingkat pendidikan yang cukup lebar antarkelompok masyarakat, fasilitas pelayanan pendidikan khususnya untuk jenjang pendidikan menengah pertama dan yang lebih tinggi belum tersedia secara merata, kualitas pendidikan relatif masih rendah dan belum mampu memenuhi kebutuhan kompetensi peserta didik, cukup banyak gedung sekolah yang mengalami rusak ringan dan rusak berat, pembangunan pendidikan belum sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan kewirausahaan lulusan, pendidikan tinggi masih menghadapi kendala dalam mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kegiatan penelitian dan pengembangan serta penyebarluasan hasilnya masih sangat terbatas. Disamping itu proses transfer ilmu pengetahuan dan teknologi juga mengalami hambatan karena masih terbatasnya buku-buku teks dan jurnal-jurnal internasional yang dapat diakses. Dengan kualitas dan kuantitas hasil penelitian dan pengembangan yang belum memadai, belum banyak hasil penelitian dan pengembangan yang dapat diterapkan oleh masyarakat dan masih sedikit pula yang sudah dipatenkan dan/atau mendapat pengesahan hak kekayaan intelektual, pendidikan non formal yang berfungsi baik sebagai transisi dari dunia sekolah ke dunia kerja maupun sebagai bentuk pendidikan sepanjang hayat dan diarahkan terutama untuk meningkatkan kecakapan hidup dan pembinaan profesionalisme serta kompetensi vokasional belum dapat diakses secara luas oleh masyarakat, manajemen pendidikan belum berjalan secara efektif dan efisien, dan anggaran pembangunan pendidikan belum tersedia secara memadai. Sampai saat ini satu persatu dari permasalahan tersebut telah ditangani dengan baik. Bahkan anggaran pendidikan untuk tahun 2009 mendatang akan memenuhi tuntutan 20% dengan tanpa dipengaruhi oleh kondisi krisis ekonomi finansial saat ini. Permasalahan pendidikan semua itu dihadapkan pula dengan berbagai turunan dari dampak globalisasi.

Era Global

Di berbagai kesempatan, tampaknya kita akan selalu menyentuh signifikansi dampak dari era yang disebut era global, dengan bentukan katanya globalisasi. Dalam pengertian harfiah, kata globalisasi merujuk pada proses transformasi fenomena lokal atau regional menjadi fenomena global. Hal ini dapat diperikan sebagai sebuah proses yang dengan proses itu semua individu warga dunia tersatukan menjadi sebuah masyarakat tunggal dan berfungsi secara bersama. Proses ini merupakan perpaduan anatara kekuatan ekonomi, teknologi, sosiobudaya dan politik. Keseringannya, globalisasi digunakan guna merujuk pada globalisasi ekonomi, yaitu, integrasi ekonomi nasional ke dalam ekonomi internasional melalui perdagangan, investasi asing, aliran modal, migrasi, dan penyebaran teknologi.
Globalisasi kultural lebih musykil lagi, karena semula dipahami sebagai proses homogenisasi karena munculnya didorong oleh teknologi komunikasi dan kegiatan pasar dunia dari industri budaya Barat. Kita melihatnya terutama sebagai akibat dari dominasi global budaya Amerika yang merasuki keanekaan budaya tradisional setempat. Globalisasi mencakupi berbagai aspek yang mempengaruhi dunia dengan berbagai caranya seperti aspek industrial, finansial, ekonomi, politis dan lain sebagainya.
Dari sisi industri, kita mengamati kemunculan pasar produk dunia dan akses yang lebih luas terhadap berbagai macam produk asing baik bagi konsumen maupun bagi perusahaan-perusahaan. Kita terutama dapat melihat bagaimana pergerakan barang dan jasa di antara dan di dalam lingkup batas kenegaraan. Dari sisi finansial, telah muncul pasar uang yang mendunia dan akses yang lebih baik terhadap keuangan eksternal. Terlihat pula adanya kemunculan pertukaran uang yang boleh dikatakan tak beraturan dan pasar spekulatif. Secara ekonomi, telah terjadi pasar bersama secara global yang didasarkan pada kebebasan pertukaran barang dan modal.
Secara politis, globalisasi itu bermakna pembentukan pemerintahan atau kartel pemerintahan, seperti WTO, Bank Dunia, dan IMF yang mengatur hubungan antar pemerintah dan menjamin hak-hak yang muncul dari globalisasi sosial dan ekonomi. Karena kekuatan ekonominya, AS menikmati posisi kekuasaan di antara kekuatan dunia. Dalam sepuluh tahun ke depan RRC, bila pertumbuhan ekonominya terus maju, akan berbagai kekuasaan dengan kekuatan dunia lainnya.
Dari sisi arus informasi, telah terjadi aliran informasi yang dahsyat bahkan menjangkau lokasi-lokasi yang secara geografis terpencil. Perubahan teknologi informasi yang amat melonjak disokong adanya kemajuan dalam komunikasi optik fiber, pemanfaatan satelit, dan ketersediaan fasilitas telepon dan internet yang telah meluas pada masyarakat. Kemudahan komunikasi secara mengglobal ini meletakkan bahasa Inggris sebagai bahasa yang paling banyak digunakan. Sekitar 75% surat-menyurat, teleks dan berita kabel menggunakan bahasa Inggris. Begitu juga kira-kira 60% program radio yang ada di dunia memakai bahasa Inggris. Pemakaian bahasa Inggris di Internet bahkan lebih hebat lagi. Lalu lintas Internet yang menggunakan bahasa Inggris mencakup sekitar 90%.
Semua interaksi dan kemudahan akses informasi secara mengglobal ini telah menciptakan lahan berkompetisi yang terus meluas. Salah satunya muncul tuntutan produktivitas yang lebih baik. Pasar dunia lebih terbuka juga dan melahirkan lebih banyak lagi industri di dunia. Hal ini menuntut pula tenaga kerja yang secara pengetahuan maupun teknologi lebih menguasai dan lebih terampil. Untuk itu daya saing menjadi kata kuncinya. Akibat lain dari globalisasi ini adalah adanya pertumbuhan yang subur di ranah kontak lintas budaya. Kontak lintas budaya ini telah memunculkan kategori kesadaran dan identitas baru di antara kelompok ummat manusia. Telah tumbuh keinginan yang menggebu untuk menaikkan standar kehidupan, untuk mengadopsi teknologi baru dan pemanfaatannya, dan untuk berpartisipasi dalam ”budaya dunia.” dalam hal ini, telah banyak keluhan sekaitan dengan tumbuh suburnya konsumerisme dan rusaknya pemakaian bahasa atau bahkan hilangnya bahasa tertentu.
Masih banyak lagi dampak dari globalisasi terhadap sudut kehidupan manusia itu. Iklim global telah menuntut kerja sama secara internasional. Sirkulasi manusia tumbuh dengan pesat, bergerak dari satu tempat ke tempat lain, dari negara ke negara lain, dengan hambatan peraturan yang makin sedikit. Akibatnya harus ada standar baru yang menjadikan acuan baik untuk kepentingan perdagangan dunia maupun untuk mencegah berbagai bentuk kejahatan yang memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.

Pengetahuan dan Keterampilan

Untuk bisa bertahan hidup dan sukses dalam era globalisasi ini diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang relevan dan mendukung untuk hidup di era ini. Penguasaan mata pelajaran berikut menjadi sangat penting: Bahasa Inggris dan bahasa dunia yang lain, Seni, Matematika, Sains, Ekonomi, Geografi, Sejarah dan Kewarganegaraan. Di samping mata-mata pelajaran di atas, pendidikan juga perlu memberikan layanan untuk peningkatan kompetensi-kompetensi yang lebih tinggi dan merupakan lintas mata pelajaran. Kompetensi-kompetensi tersebut mencakupi kesadaran global, kesadaran ekonomi dan kewirausahaan, kesadaran kewarganegaraan, dan kesadaran kesehatan.
Kesadaran global itu ditunjukkan oleh kemampuan untuk memahami dan mengangkat masalah-masalah global. Selain itu kesadaran global akan membuat seseorang dapat belajar dari dan bekerja secara kolaboratif dengan individu-individu yang mewakitli budaya, agama, gaya hidup yang berbeda-beda dalam semangat untuk saling menghormati dan membuka dialog dalam konteks pribadi, lingkungan kerja dan masyarakat. Lebih jauh lagi, kesadaran global akan tercermin lagi oleh pemahaman bangsa dan budaya lain, termasuk di dalamnya bangsa dan budaya yang warganya bukan penutur bahasa Inggris.
Kesadaran ekonomi dan kewirausahaan ditandai dengan pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan pilihan ekonomis yang tepat. Selain itu dimiliki pula pemahaman tentang peran ekonomi dalam masyarakat. Tambahan pula, kesadaran ekonomi dan kewirausahaan itu ditunjukkan pula dengan kemampuan memanfaatkan keterampilan entrepreneurial untuk memperkokoh produktivitas tempat kerja dan sekaligus untuk menambah adanya pilihan-pilihan pengembangan karier dalam pekerjaan itu sendiri.
Kesadaran kewarganegaraan amat penting dalam hiruk pikuk global saat ini. Kesadaran ini ditandai dengan keikutsertaan yang efektif dari seorang warga negara dalam kehidupan bernegara. Salah satunya ditunjukkan dengan kemampuan untuk tetap tahu tentang apa yang terjadi dalam negaranya dan berupaya memahami proses-proses pemerintahan. Selain itu kesadaran bernegara ditandai dengan pelaksanaan dan penggunaan hak maupun kewajiban sebagai warga negara pada tataran lokal, daerah, nasional dan global. Begitu juga kesadaran bernegara itu bercirikan pemahaman akan implikasi lokal maupun global dari putusan yang dibuat dan pilihan yang diambil oleh warga negara itu.
Dalam mengukur Indeks Pembangunan Manusia, selain aspek pendidikan kita juga diharuskan mengukur aspek kesehatan. Untuk itu kesadaran akan kesehatan hendalnya merupakan bagian utuh dalam proses pendidikan itu. Manusia yang sadar akan kesehatan diharapkan mampu menafsirkan dan memahami informasi dan layanan kesehatan dasar sehingga akan memperkuat kesehatan itu sendiri. Selain itu, manusia sadar kesehatan itu memahami ukuran-ukuran kesehatan fisik maupun mental, termasuk diet yang patut, gizi, penghindaran risiko dan pengurangan stress. Selain itu sadar kesehatan ditunjukkan pula dengan kemampuan menetapkan dan memantau tujuan kesehatan pribadi dan keluarga, serta memahami isu-isu kesehatan dan keselamatan baik yang bersifat nasional maupun internasional.

Keterampilan belajar dan Berinovasi

Keterampilan belajar dan berinovasi telah diakui sebagai keterampilan yang dapat membedakan siswa yang siap dan yang tidak siap dalam menghadapi kehidupan dan lingkungan kerja yang terus bertambah musykil. Fokus terhadap kreativitas, bepikir kritis, komunikasi dan kolaborasi merupakan hal pokok dalam mempersiapkan siswa bagi kehidupan mendatang. Kreativitas dan keterampilan inovasi terlihat dalam kemampuan siswa menunjukkan orisinalitas dan temuan dalam karya, selain kemampuan mengembangkan dan mengomunikasikan gagasan baru kepada orang lain. Juga akan terlihat pada sikap terbuka dan tanggap terhadap perspektif baru dan beraneka, serta memanfaatkan gagasan kreatif guna membuat kontribusi yang berguna bagi ranah yang tempat inovasi itu terjadi.
Pembelajaran yang inovatif diharapkan mampu membuat siswa yang mempunyai kapasitas berpikir kritis dan terampil dalam memecahkan masalah. Siswa yang seperti ini mampu memainkan penalaran yang jernih dalam proses memahami sesuatu dan piawai dalam mengambil pilihan dan membuat keputusan. Hal itu dimungkinkan karena pemahaman interkoneksi di antara sistem atau subsistem yang terkait dengan persoalan yang dihadapinya. Juga terlihat kemampuan mengidentifikasi dan menemukan pertanyaan tepat yang dapat mengarah ke pemecahan masalah secara lebih baik. Informasi yang diperolehnya akan dikerangkakan, dianalisis dan disintesiskan sehingga akan dapat dengan baik menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Selain itu, pembelajaran yang inovatif tercermin dari hasil yang diperlihatkan siswa yang komunikatif dan kolaboratif seperti tercermin dalam kemampuannya mengartikulasikan pikiran dan gagasan secara jelas dan efektif melalui tuturan dan tulisan. Begitu juga siswa dengan karakteristik ini dapat menunjukkan kemampuan untuk bekerja secara efektif dengan tim yang beraneka, untuk memainkan fleksibilitas dan kemauan berkompromi dalam mencapai tujuan bersama.

Mengajar dengan Teknologi

Manusia abad ke-21 ini hidup dalam lingkungan yang berlumuran dengan teknologi dan media, yang ditandai dengan berlimpah-ruahnya informasi, perubahan alat teknologi yang amat cepat, dan kemampuan berkolaborasi dalam skala yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Seseorang yang hidup di abad ke-21 ini, kalau mau efektif, dituntut untuk memperlihatkan serangkaian keterampilan fungsional dan berpikir kritis yang bertemali dengan informasi, media dan teknologi.
Ada tiga kemelekan yang diperlukan dalam hal ini: information literacy, media literacy, dan ICT literacy. Information literacy atau kemelekan informasi ditandai dengan kemampuan mengakses informasi secara efisien dan efektif, mengevaluasi informasi secara kritis dan kompeten, dan menggunakan informasi secara akurat dan kreatif guna menangani isu atau permasalahan yang dihadapi. Selain itu kemelekan informasi ditandai dengan pemahaman fundamental berkenaan dengan isu etis dan legal dalam hal mengakses dan menggunakan informasi.
Kemelekan media ditunjukkan dengan pemahaman bagaimana media itu dibentuk, untuk maksud apa, dan menggunakan alat, ciri dan konvensi apa. Selain itu individu yang melek media bisa mengamati bagaimana orang menafsirkan pesan secara berbeda, bagaimana nilai-nilai dan pandangan diliput atau disisihkan, dan bagaimana media bisa mempengaruhi keyakinan dan perilaku. Begitu juga orang yang melek media itu akan mempunyai pemahaman mendasar bekenaan dengan isu etis dan legal sekaitan dengan media itu sendiri.
Dengan ICT literacy atau kemelekan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), seseorang akan menggunakan teknologi digital, alat komunikasi dan atau jejaring yang tepat untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi, dan membuat informasi agar bisa berfungsi dalam ekonomi berbasis pengetahuan. Ia juga akan mampu menggunakan teknologi sebagai alat untuk meneliti, mengorganisasikan, mengevaluasi, dan mengomunikasikan informasi, dan tentu saja pemahaman berkenaan dengan isu etis an legal yang berkaitan dengan ini.
Teknologi di Ruang Kelas bukan hal yang baru. Tape recorder, laboratorium, dan video telah muncul sejak tahun 1960-an, dan masih digunakan sampai saat ini. Bahan-bahan pelajaran berbasis komputer telah muncul sejak awal 1980-an. Dalam pengajaran bahasa, misalnya, ada CALL (Computer Assisted Language Learning), yang dalam program awalnya menuntut siswa untuk merespon terhadap stimulus pada layar komputer dan mengerjakan perintah seperti melengkapi rongga pada teks, mencocokkan bagian-bagian kalimat dan mengerjakan soal-soal pilihan berganda. Setelah akses kepada TIK lebih meluas lagi, maka program belajar berbasis komputer pun melebar dengan pemakaian Internet dan dengan berbagai program dan alat berbasis web.
Word Processor merupakan alat piranti lunak yang paling dasar. Guru dapat menyiapkan, menciptakan, menyimpan dan berbagi bahan untuk pengajarannya dengan program word processing ini. Guru dapat memanfaatkan piranti lunak ini untuk mempercantik bahan ajarannya dengan misalnya menyisipkan gambar dan link yang bisa ditindak-lanjuti oleh para siswanya. Selain itu guru dapat membuat berbagai format untuk bahan yang dibuatnya, dan juga memanfaatkan alat ‘document tracking’ atau ‘versioning’ yang dengan itu dokumen bisa digunakan dan dimanfaatkan bersama, dan teknik highlighting dalam teks itu dapat dipakai untuk mengoreksi dan mencek asal mula koreksi itu sendiri. Siswa dapat menggunakannya baik di kelas maupun di luar kelas, untuk mempraktekan kemampuan menulis, mendeskripsikan tugas-tugas, menyimpan berbagai bahan pelajaran, dan menyuguhkan hasil karyanya. Siswa dengan word processing dapat melampiaskan kreativitasnya secara bebas dengan berbagai kemudahan di dalamnya.
Menggunakan Website merupakan salah satu cara yang boleh dikatakan termudah di kelas dalam kaitan dengan pemanfaatan teknologi. Web atau laman merupakan sumber yang dapat dijadikan jendela yang terbuka terhadap dunia yang lebih luas di luar kelas, dan sekaligus merupakan tempat tersimpannya bahan autentik yang amat banyak. Guru dapat berkolaborasi dengan guru lain dalam memanfaatkan apa yang tersedia di website itu. Setiap orang mempunyai laman favorit masing-masing dan juga mempunyai pengalaman unik dalam menelusuri berbagai laman yang tersedia itu. Kolaborasi dan saling tukar informasi dalam pemakaian website itu biasasnya memperpendek waktu yang diperlukan untuk mencari bahan yang akan dibawa ke ruang kelas. Pencarian informasi melalui website biasanya dilakukan dengan menggunakan apa yang disebut dengan search engines. Begitu banyak search engines yang ada di Internet itu. Salah satu yang paling banyak digunakan adalah Google, dengan mengakses www.google.com.
Proyek berbasis Internet dapat dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar karena guru dapat secara terstruktur meramu Internet ke dalam kegiatan mengajarnya. Projek seperti ini dapat dilakukan dengan manfaat yang banyak seperti mengembangkan kolaborasi dan mendorong interaksi di antara para siswa itu sendiri. Projek berbasis internet dapat dimulai dengan topik sederhana seperti pencarian aktor atau aktris terkenal saat ini, atau topik yang lebih berat seperti masalah pemanasan global. Dengan diberi tugas yang jelas seperti liputan biografis, faktual, pandangan atau pendapat, siswa dapat memulai projeknya dengan menemukan sumber-sumber di Internet. Tentu saja sebelumnya, perlu diuraikan kepada para siswa itu apa tujuan yang ingin dicapai dengan projek itu.
Menggunakan email merupakan kegiatan yang tampaknya paling banyak dilakukan oleh para pemanfaat TIK. Email dapat membantu siswa dan juga guru untuk terhubung satu sama lain di seluruh dunia ini melalui apa yang disebut dengan mailing lists dan discussion groups. Begitu juga guru dapat berkomunikasi dengan siswanya di luar kelas dengan tidak terikat oleh waktu. Karya-karya tulis siswa dapat dengan bebas diantarkan kepada gurunya lewat alamat email guru itu, begitu juga umpan balik dari guru dapat diberikan melalui alamat emai siswa itu sendiri.
Blogs, Wikis dan Podcasts merupakan contoh dari apa yang disebut dengan piranti lunak sosial. Blog itu asal mulanya merupakan kependekan dari web log. Oleh karenanya blog pada dasarnya merupakan halaman web dengan bahan-bahan catatan harian dan jurnal seseorang. Dalam perkembangannya orang menggunakan blog untuk kepentingan yang lebih luas lagi. Wiki adalah ruang web kolaboratif, yang biasanya berisi sejumlah halaman yang bisa disunting oleh para penggunanya secara langsung. Kata wiki sendiri berasal dari bahasa Hawaii yang berarti cepat. Podcast merupakan file atau bongkah informasi yang berisi bahan audio dan/atau video yang dipancarkan melalui Internet dan bisa diunduh ke komputer atau ke alat lain seperti MP3 player untuk didengarkan atau untuk dilihat.
Terdapat situs blog yang tanpa bayar yang tersedia di Internet. Di antaranya adalah Blogger dengan www.blogger.com, Word Press www.wordpress.org, EzBlog World www.ezblogworld.com, Bahraich Blogs www.bahraichblogs.com, dan Getablog www.getablog.net/portal3.php.
Dalam penyelenggaraan pembelajaran telah muncul e-learning yang merujuk pada pembelajaran yang terjadi dengan menggunakan teknologi, seperti Internet, CD-ROM, dan alat-alat portabel seperti HP atau pemutar MP3. Ada beberapa istilah dalam dunia pendidikan yang bertalian dengan e-learning itu, seperti pembelajaran jarak jauh (distance learning), pembelajaran terbuka (open learning), pembelajaran online (online learning), dan pembelajaran campuran (blended learning). Dalam kaitan dengan pembelajaran online dikenal istilah virtual learning environment yang merupakan platform pembelajaran yang dengan melalui itu pembelajaran online dilaksanakan.

TIK dalam Pendidikan di Indonesia

Landasan Strategis pengembangan dan pemanfaatan TIK dalam pendidikan di Indonesia sudah cukup baik. Pertama kita mempunyai Keputusan Presiden Nomor 20 tahun 2006 tentang Dewan TIK Nasional. Selain itu, kita mempunyai Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2008 yang di antaranya meliputi masalah jaringan pendidikan nasional dan interneyt untuk SMA dan sederajat. Begitu juga Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 38 tahun 2008 tentang pengelolaan TIK di lingkungan Depdiknas. Tambahan pula Rencana Strategis Depdiknas 2005-2009 yang antara lain meliput pengembangan dan penggunaan TIK dalam upaya perbaikan pendidikan. Lebih ditegaskan lagi, pada dua tahun terakhir ini, Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat secara terus menerus menekankan dan memantau perlunya upaya sungguh-sungguh dari jajaran Depdiknas dalam mencapai sasaran minimal 1 perangkat komputer untuk setiap 20 siswa baik di tingkat SMA maupun SMP atau yang sederajat.
Dalam Renstra pendidikan nasional 2005-2009, peran TIK diharapkan mampu menunjang pilar kebijakan pendidikan: perluasan dan pemerataan akses pendidikan;
peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan; dan penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan. Dalam kaitan dengan akses pendidikan telah dimunculkan TV Edukasi sejak tahun 2004 yang merupakan televisi yang mengkhususkan pada siaran pendidikan, termasuk program pembelajaran. Selain itu sejak 2006, jaringan pendidikan nasional, yang lebih dikenal dengan kependekan Jardiknas, telah dikembangkan yang dapat dimanfaatkan guna keperluan komunikasi data administrasi, konten pembelajaran, serta informasi dan kebijakan pendidikan.
TV Edukasi menurut Gani (2008) telah berkembang dengan jumlah perangkat penerima siaran TV untuk SMP dan MTs yang cukup besar: 80.275 unit Pesawat TV, 33.679 unit DVD Player, 17.412 unit TVRO (Parabola), 2.515 unit Genset (Generator), 50 unit Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan pada saat ini didukung 70 TV Lokal/Kabel sebagai Mitra TVE. Pola Siaran TVE meliputi informasi, tutorial dan pengayaan. Informasi mencakup berita, pola siaran yang berisikan kebijakan, profil guru, dan lain sebagainya. Tutorial yang berkaitan dengan pendidikan formal berisikan materi pembelajaran berdasarkan kurikulum Program SD, SMP, SMA, SMK, PJJ S-1 PGSD konsorsium dan Program S1 PGSD Non Konsorsium. Sedangkan pengayaan berisikan materi pengkayaan dan materi yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi Guru.
Jaringan pendidikan nasional pada tahun 2008 ini menghubungkan 24.015 nodes, sesuai dengan Inpres No. 5/2008. Nodes sebanyak itu tersebar pada zona kantor dan zona perguruan tinggi sebanyak 1072 nodes, zona sekolah 15.000 nodes, dan zona perorangan/guru (KKG/MGMP) 7.943 nodes. Jardiknas zona sekolah meliputi 15.000 sekolah: 4.336 SMA, 3.488 SMK, 2.678 MA, 3.057 SMP, 939 MTs, 343 SD, 121 MI, dan 38 SLB.
Terdapat pula upaya lain yaitu penyediaan Internet gratis yang telah dirancang menghubungkan 17.000 SMA dan sederajat. Dirancang adanya schoolNet kelompok SMA dan sederajat melalui Jardiknas Depdiknas: 4.336 SMA, 3.488 SMK, dan 2.678 MA. Selain itu 6.498 sekolah pada tingkat SMA dan yang sederajat dirancang memperoleh penyediaan Internet gratis ini melalui inisiasi CSR DeTIKNas.
Dalam penguatan implementasi Jardiknas dilakukan berbagai upaya seperti standarisasi berdasarkan Permendiknas nomor 38/2008 yang meliputi standarisasi pengelolaan, sistem, konten, SDM TIK, dan keamanan. Selain itu terdapat pelatihan pengembangan TIK untuk guru yang meliputi pengembang TIK untuk TV Edukasi, TIK berbasis online, dan TUK untuk PJJ.

PAKEM

Pendekatan Pembelajaran yang dianggap mendukung untuk mengembangkan keterampilan yang diutarakan di atas adalah antara lain apa yang kita kenal dengan Active Learning, alias pembelajaran aktif. Pendekatan pembelajaran ini sudah dan sedang dikembangkan dan diimplementasikan di berbagai negara maju. Pembelajaran aktif adalah istilah umum yang menggambarkan suatu pendekatan pembelajaran yang secara luas diterima di seluruh dunia sebagai praktik terbaik (best practice). Pendekatan ini didasarkan pada prinsip bahwa cara belajar terbaik bagi anak-anak adalah dengan melakukan, dengan menggunakan semua inderanya, dan dengan mengeksplorasi lingkungannya yang terdiri atas orang, hal, tempat dan kejadian yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari anak (pembelajaran kontekstual). Dan, bahwa mereka belajar dari pengalaman langsung dan konkrit (menulis surat, menanam bunga, mengukur benda) serta berbagai bentuk pengalaman lainnya (seperti, membaca buku, melihat gambar, atau mendengarkan radio). Keterlibatan aktif dengan benda dan gagasan ini mendorong anak untuk aktif berpikir untuk mendapatkan pengetahuan baru dan memadukannya dengan pengetahuan yang sudah dimiliki.
Di Indonesia, istilah PAKEM (singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) sudah lazim digunakan untuk menggambarkan pendekatan serupa dalam pembelajaran. Untuk memfasilitasi pembelajaran aktif, guru harus menggunakan berbagai strategi yang aktif dan kontekstual, melibatkan pembelajaran bersama (cooperative learning) dan mengakomodasi perbedaan jender dan gaya belajar masing-masing anak. Semuanya dilakukan guna memaksimalkan kemampuan pembelajar untuk memahami dan dapat menggunakan informasi baru yang diajarkan. Pembelajaran aktif juga dapat mengangkat tingkat pembelajaran dari keterampilan berpikir tingkat rendah (pengamatan, menghafal, dan mengingat informasi, pengetahuan akan gagasan umum–yakni tentang apa, di mana dan kapan) hingga keterampilan berpikir tingkat yang lebih tinggi (memecahkan masalah, analisis, sintesis, evaluasi–yakni tentang bagaimana dan mengapa).
Pembelajaran aktif merujuk pada teknik yang di dalamnya siswa berbuat lebih dari sekedar mendengarkan. Siswa berbuat sesuatu seperti menemukan, memproses dan menerapkan informasi. Pembelajaran aktif itu didasarkan atas dua asumsi: pertama, bahwa belajar itu secara alami merupakan upaya aktif, dan kedua, bahwa setiap siswa itu belajar dengan caranya sendiri berbeda dari siswa lainnya.
Dalam menggunakan pendekatan pembelajaran aktif itu guru bisa menghadapi beberapa kesulitan baik bagi guru maupun siswa yang memang tidak terbiasa dengan bentuk pengajaran seperti itu. Berikut ini adalah beberapa teknik yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar yang aktif.

Think-pair-share
merupakan kegiatan sederhana di kelas. Berikan waktu kepada siswa untuk memikirkan tentang sebuah topik, berdiskusi dengan teman sebelahnya, dan berbagai hasilnya dengan teman lain di kelasnya.

Minute Papers
memberikan peluang kepasa siswa untuk mensintesiskan pengetahuannya dan menjawab pertanyaan seperti apa hal yang paling penting yang telah dipelajari hari ini? Apa pertanyaan yang masih belum terjawab? Dan pertanyaan lainnya yang menyangkut kegiatan belajar mengajar yang telah dilaluinya.

Writing activities
merupakan peluang bagi siswa untuk berpikir dan memproses informasi yang dimilikinya. Misalnya sebagai tambahan ke kegiatan Minutes Papers di atas, guru dapat memberikan sebuah pertanyaan yang dari situ siswa diberi waktu untuk secara bebas menuliskan jawabannya. Tentu saja guru juga bisa memberikan topik untuk menjadi bahan yang akan ditulis oleh siswanya.

Brainstorming
merupakan teknik sederhana lainnya yang dapat melibatkan semua siswa di dalam kelas untuk berdiskusi. Dengan mengetengahkan sebuah topik, guru dapat meminta masukan dari siswanya dan mencatat masukan-masukan itu pada papan tulis.

Games
merupakan teknik yang biasanya menarik banyak siswa. Bisa termasuk didalamnya matching, mysteries, group competitions, solving puzzles, dan lain sebagainya.
Debates yang ditampilkan di kelas bisa menjadi alat yang efektif dalam mendorong siswa untuk berpikir tentang sesuatu dari arah yang berbeda-beda.

Group work
dapat menjadi peluang bagi setiap siswa untuk berbicara, berbagi pandangan, dan mengembangkan keterampilan untuk berkolaborasi dengan orang lain.
Case studies biasanya menggunakan ceritera nyata dari kehidupan sehari-hari yang terjadi pada masyarakat di lingkungan siswa itu sendiri, dalam keluarga, dalam sekolah, atau atau yang terjadi pada seseorang di antara siswa itu. Hal ini akan memberikan wawasan tentang situasi nyata, langkah yang sebaiknya diambil, dan akibat-akibat yang mungkin terjadi.

Concept mapping
membantu siswa untuk bisa menciptakan representasi visual dari model, gagasan, dan hubungan antara konsep. Mereka menggambarkannya dengan menggunakan lingkaran dan garis penghubung, dengan frase yang dapat menghubungkan pada garis-garis tersebut. Kegiatan ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.

Penutup

Model pembelajaran inovatif di era global ditandai dengan dominasi yang amat kuat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang telah berkembang amat pesat pada dua dekade terakhir ini. Begitu banyak kemajuan yang ada dihadapan kita, terutama yang didukung dengan teknologi. Namun semua piranti itu tidak akan bermanfaat bila tidak dimanfaatkan dan dikomunikasikan secara baik kepada para siswa. Dalam hal ini peran guru muncul ke permukaan, dengan posisi dan postur yang menentukan. Adalah benar bahwa guru sebagai pemegang kunci utama dalam upaya perbaikan pendidikan, dan karenanya dituntut untuk peka dan mempunyai kemelekan yang memadai terhadap teknologi informasi dan komunikasi agar mampu menciptakan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efisien dan menyenangkan. Tentu saja di belakang itu, kesejahteraan guru akan turut memberikan andil yang berarti.


Rujukan
Dudeney, G. & Hockly, N. 2007. How to teach English with Technology. Essex, England: Pearson Education Limited.
Gani H.A, Lilik, Ir., M.Sc., Ph.D. 2008. Program Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan di Indonesia. Presentasi PowerPoint disuguhkan dalam Rakor Pendidikan di Kantor Menko Kesra, 29 Juli 2008. (Dr. Lilik Gani adalah Kepala Pustekkom, Depdiknas).
Harmer, J. 2007. The Practice of English Language Teaching. Essex, England: Pearson Education Limited.
http://en.wikipedia.org/wiki/Globalization – Globalization
http://www.21stcenturyskills.org/ – Skills for 21st century
http://www.cat.ilstu.edu/additional/tips/newActive.php – Active Learning
http://trc.ucdavis.edu/TRC/ta/tatips/activelearning.pdf – Active Learning
http://www.geoffpetty.com/activelearning.html – Active Learning
Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2004-2009
USAID-DBE 2. 2008. Paket Dasar : Pengenalan Pembelajaran Efektif dalam Mata Pelajaran Pokok. Jakarta

No comments: