Saturday, January 29, 2022

MATERI PPG BAHASA INDONESIA LK 1 MODUL 3

 

Nama Mahasiswa          : Ari Nugraha

Nomor Peserta PPG       : 201503280480

Mapel                            : Bahasa Indonesia

Judul Modul

Modul 3 Kesastraan

Judul Kegiatan Belajar (KB)

1.    Genre Puisi dalam Pembelajaran Sastra Kurikulum 2013

2.    Genre Prosa dalam Pembelajaran Sastra Kurikulum 2013 Wacana

3.    Genre Drama dalam Pembelajaran Sastra Kurikulum 2013

4.    Perangkat Pembelajaran Sastra Kurikulum 2013

No

Butir Refleksi

Respon/Jawaban

1

Daftar peta konsep (istilah dan definisi) di modul ini

PETA KONSEP

DAFTAR ISTILAH & DEFINISI

1.    Hakikat Puisi

Menurut Sayuti (2002:3), puisi adalah sebentuk pengucapan bahasa yang mempertimbangkan adanya aspek bunyi-bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya, yang diungkapkan dengan teknik pilihan tertentu, sehingga puisi itu mampu membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau pendengar-pendengarnya.

2.    Puisi Rakyat

·         Pantun

Pantun merupakan salah satu warisan nenek moyang. Pantun ini berkembang hingga sekarang. Pantun ini tumbuh dan berkembang dalam budaya masyarakat. Pantun sering digunakan untuk sambutan, ceramah, dan khotbah sehingga menarik (Gawa, 2009:xiv).

·         Karmina

Karmina merupakan pantun pendek yang hanya terdiri dari 2 baris. Karmina sering juga disebut pantun kilat. Baris pertama merupakan sampiran. Baris kedua merupakan isi. Jumlah suku kata setiap baris 8-12.

·         Gurindam

Menurut Waluyo (2003:46), gurindam merupakan puisi yang terdiri dari dua baris yang kesemuanya merupakan isi dan menunjukkan hubungan sebab akibat. Kebanyakan gurindam bersajak sempurna a-a, namun ada pula yang bersajak paruh a-b. Gurindam ini biasanya berisi nasihat yang bermanfaat untuk kehidupan.

·         Syair

Syair merupakan puisi lama yang berasal dari Arab dan berkembang di kalangan masyarakat Melayu. Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dan Hamzah Fansuri merupakan penggubah syair yang terkenal di Indonesia.

3.    Unsur Pembangun Puisi

Unsur pembangun puisi terdiri dari unsur fisik dan unsur batin. Unsur fisik adalah unsur yang secara fisik tampak dapat dilihat, seperti rima, gaya bahasa, imaji, diksi, struktur, dan perwajahan. Rima, gaya bahasa, imaji, dan diksi tampak melalui kata atau frase yang digunakan dalam puisi. Perwajahan puisi tampak melalui bentuk penyajian puisi. Unsur batin adalah unsur yang ada dalam batin puisi, yaitu berupa tema, feeling (perasaan), nada, dan amanat.

·         Unsur Fisik Puisi

a.    Rima (Persajakan)

Menurut Sayuti (2008:104), rima atau persajakan merupakan perulangan bunyi yang sama dalam puisi. Pengertian ini dapat diperluas sehingga persajakan dapat diartikan sebagai kesamaan dan atau kemiripan bunyi tertentu dalam dua kata atau lebih, baik yang berada di akhir kata, maupun yang berupa perulangan bunyi-bunyi yang sama yang disusun pada jarak atau rentangan tertentu secara teratur.

b.    Diksi

Diksi merupakan pemilihan kata yang dilakukan oleh penyair untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan-perasaan. Fungsi diksi dalam puisi merupakan sarana yang menghubungkan pembaca dengan gagasan penyair dan dunia intuisi penyair, menciptakan kesan hidup dalam puisi. Diksi dalam puisi menjadi ciri khas penyair. Bahasa puisi bersifat konotatif dan estetis.

c.    Gaya Bahasa

Salah satu keindahan puisi terletak pada gaya bahasanya. Gaya bahasa yang sering muncul dalam puisi antara lain simile, metafora, metonimi, sinekdok, personifikasi, repetisi, pertanyaan retoris, dan ironi (Sayuti, 2002).

ü  Simile, yaitu membandingkan satu hal dengan hal lain dengan kata-kata pembanding, yaitu seperti, bagai, laksana, semisal, seumpama, sepantun, sebagai, serupa, bak, dan sebagainya. Bentuk pembandingannya eksplisit.

ü  Metafora, yaitu menyatakan sesuatu sebagai hal yang sebanding dengan hal lain yang sesungguhnya tidak sama. Bentuk pembandingannya implisit.

ü  Metonimi, yaitu pemanfaatan ciri atau sifat suatu hal yang erat hubungannya.

ü  Sinekdok, yaitu bahasa viguratif yang menyebutkan suatu bagian penting dari suatu benda atau hal itu sendiri. pars prototo (penyebutan sebagian dari suatu hal untuk menyebutkan keseluruhan) dan totum pro parte (penyebutan keseluruhan dari suatu benda atau hal untuk sebagiannya).

ü  Personifikasi, yaitu mempersamakan sesuatu benda dengan manusia.

ü  Repetisi berfungsi sebagai penekan dan melukiskan keadaan atau peristiwa yang terjadi secara terus menerus.

ü  Pertanyaan retoris, merupakan sarana retorik berbentuk pertanyaan yang tanpa perlu dijawab karena jawabannya sudah tersirat dalam jalinan konteks yang tersedia atau jawabannya diserahkan sepenuhnya kepada pembaca atau pendengar.

ü  Ironi, merupakan bentuk pengucapan kata-kata yang bertentangan dengan maksud sebenarnya, dan biasanya dimaksudkan untuk menyindiri atau mengejek.

d.    Imaji

Citraan merupakan rangkaian kata yang mampu menggugah pengalaman keindraan (membentuk gambaran angan-angan). Gambar yang muncul dalam angan-angan disebut citra (imaji). Sesuatu itu tergambar dengan sarana indra. Karena itu, jenis citraan sellau dikaitkan dengan indra ini. Berikut ini enam jenis citraan dalam puisi.

ü  Citraan visual (visual imagery), yaitu citraan yang berhubungan dengan indera penglihatan, contoh kata ‘daun’, ‘pohon’, ‘langit’, ‘pelangi’, dan sebagainya.

ü  Citraan auditif (auditory imagery), yaitu citraan yang berhubungan dengan indera pendengaran, misalnya kata ‘ritmis’, ‘gemericik’, ‘denting’, dan sebagainya.

ü  Citraan kinestetik/gerak (kinaesthetic/movement imagery), yaitu citraan yang berhubungan dengan indera gerak, misalnya kata ‘melompat’, ‘berlari’, ‘beranjak’, dan sebagainya.

ü  Citraan peraba (thermal imagery), yaitu citraan yang berhubungan dengan indera peraba, misalnya kata ‘prasasti’, ‘stupa’, dan sebagainya.

ü  Citraan penciuman, yaitu citraan yang berhubungan dengan indera penciuman, misalnya kata ‘aroma’, ‘bangkai’, ‘melati’, dan sebagainya.

ü  Citraan pencecapan, yaitu citraan yang berhubungan dengan indera pencecapan, misalnya kata ‘getir’, ‘pahit’, ‘manis’, dan sebagainya.

e.    Perwajahan

Perwajahan merupakan bagian dari wujud visual puisi. Hal ini terkait dengan pengaturan bait dan baris dalam puisi.

·         Unsur Batin Puisi

Unsur batin puisi puisi merupakan pikiran perasaan yang diungkapkan penyairnya (Waluyo, 1995:47). Unsur batin ini merupakan makna yang ingin disampaikan penyair dalam puisinya. Makna puisi ini tersurat di balik unsur fisiknya. I.A.Richards (melalui Waluyo, 1995:180-181) menyebutkan makna atau stuktur batin puisi itu ada empat yaitu :

a.    Tema (Sense)

Tema merupakan gagasan pokok atau subject matter yang dikemukakan penyair (Waluyo, 1995:106).

b.    Perasaan (Feeling)

Perasaan (feeling) merupakan sikap penyair terhadap pokok persoalan yang ditampilkannya.

c.    Nada (Tone)

Nada dalam puisi dapat diketahui dengan memahami apa yang tersurat. Nada berhubungan dengan suasana karena nada menimbulkan suasana tertentu pada pembacanya. Suasana adalah keadaan jiwa pembaca (sikap pembaca) setelah membaca puisi atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi terhadap pembaca (Waluyo, 1995:71).

d.    Amanat (Intention)

Amanat yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca. Meskipun penyair tidak secara khusus dan sengaja mencantumkan amanat dalam puisinya, amanat tersirat di balik kata dan tema yang diungkapkan penyair (Waluyo, 1995:130).

4.    Menuliskan Puisi dengan Memperhatikan Unsur Pembangun

Menulis puisi dapat dimulai dengan menemukan gagasan yang akan ditulis. Gagasan itu dapat diperoleh melalui berbagai sarana, seperti objek gambar pemandangan, video, lagu, kisah inspiratif, dan sebagainya.

5.    Mendemonstrasikan Puisi

Salah satu cara mengapresiasi puisi adalah dengan mendemonstrasikannya menjadi sebuah pembacaan yang menarik. Untuk melakukan pembacaan puisi dengan baik, kita perlu memahami isi puisi tersebut. Aktivitas menemukan unsur batin puisi, baik berupa tama, perasaaan, nada, maupun amanat, di atas dapat menjadi bekal untuk membaca puisi.

 

1.    Hakikat Prosa Fiksi

Istilah fiksi digunakan untuk menandai karya sastra dalam bentuk prosa, seperti cerpen, dongen, dan novel. Prosa fiksi sering juga disebut cerita rekaan atau cerita khayalan, artinya cerita yang tidak sungguh-sungguh terjadi atau bersifat imajinatif. Prosa fiksi menampilkan permasalahan manusia. Meskipun begitu, sebuah prosa fiksi haruslah tetap merupakan bangunan struktur yang koheren dan tetap mempunyai tujuan estetik (Wellek dan Warren, 2014).

2.    Unsur Pembangun Prosa Fiksi

·         Alur

Alur cerita merupakan rangkaian peristiwa yang disusun berdasar hubungan kausalitas atau hubungan sebab akibat (Sayuti, 2002). Artinya, peristiwa-peristiwa dalam prosa fiksi itu saling berhubungan.

·         Tokoh

Cerita digerakkan oleh tokoh. Tokoh ini bisa berupa manusia, binatang, mainan, hantu, dan sebagainya. Sebagaimana manusia, tokoh digambarkan secara utuh meliputi tiga dimensi, yaitu dimensi fisiologis, psikologis, dan sosiologis (Sayuti, 2002 cari).

·         Latar

Latar cerita merupakan unsur fiksi yang mengacu pada tempat, waktu, dan kondisi sosial cerita itu terjadi. Hal ini sejalan dengan pembagian latar, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial (Nurgiyantoro, 1995).

3.    Jenis Fiksi

·         Fabel

Fabel merupakan prosa fiksi yang menggunakan tokoh binatang. Fabel ini dapat digunakan untuk menanamkan moral dan karakter.

·         Legenda Setempat

Legenda setempat tidak sama dengan fabel. Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap sebagai kejadian yang sungguh-sungguh terjadi. Legenda ini bersifat keduniawian (bukan di dunia gaib), bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang (Danandjaja, 1991).

·         Cerita Rakyat (Hikayat)

Hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat itu, dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta, misalnya Hikayat Hang Tuah, Hikayat Perang Palembang, Hikayat Seribu Satu Malam (https://kbbi.kemdikbud.go.id). Sudjiman (2006:34) menyatakan hikayat adalah jenis cerita rekaan dalam sastra Melayu Lama yang menggambarkan keagungan dan kepahlawanan.

·         Anekdot

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (kbbi.web.id), anekdot merupakan cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya.

·         Cerpen, Novelet, dan Novel

Jenis tulisan prosa fiksi dilihat dari panjang pendeknya cerita dan kata dapat dikategorikan dalam cerpen, novelet, dan novel. Pembedaan ketiga bentuk fiksi ini didasarkan pada panjang pendeknyanya cerita. Cerpen adalah cerita yang pendek, sedangkan novelet adalah cerpen yang panjang tetapi lebih pendek dari novel. Jika diurutkan berdasarkan panjangnya maka diperoleh urutan: cerpen-novelet-novel. Sayuti (2000) menyatakan bahwa istilah cerpen biasanya digunakan untuk pada prosa fiksi yang panjangnya antara 1.000 sampai 5.000 kata, sedangkan novel umumnya berisi lebih dari 45.000 kata. Sementara itu, novelet berkisar antara 5.000 sampai 45.000 kata.

·         Cerita Fantasi

Menurut Nurgiyantoro (2013), cerita fantasi menampilkan tokoh, alur, atau tema yang derajat kebenarannya diragukan, baik dalam seluruh cerita maupun dalam sebagian cerita. Teks cerita fantasi menghadirkan dunia khayal atau imajinatif yang diciptakan oleh pengarang.

·         Cerita Sejarah

Prosa fiksi merupakan salah satu genre fiksi yang sifatnya imajinatif. Akan tetapi, karya fiksi dapat mendasarkan diri pada fakta. Setidaknya ada tiga fiksi yang mendasarkan diiri pada fakta, yaitu historical fiction (fiksi sejarah) jika yang menjadi dasar fakta sejarah, biographical fiction (fiksi biografi) jika yang menjadi dasar fakta biografi seseorang, dan science fiction (fiksi sains) jika yang menjadi dasar fakta ilmu pengetahuan (Nurgiyantoro, 1995).

4.    Menulis Prosa Fiksi

Secara umum, untuk menulis kita perlu memahami tahapan menulis. Tompkins (2004) menyatakan ada lima tahapan dalam menulis, yaitu tahap pre-writing (pramenulis), drafting (menulis draf), revising (revisi), editing (penyuntingan), dan publishing (publikasi).

·         Pertama, tahap pre-writing (pramenulis). Pada tahap ini penulis menentukan tujuan penulisan, sasaran pembaca, ide atau gagasan tulisan, dan kerangka tulisan.

·         Kedua, tahap menulis draf (drafting). Tahap menulis drat adalah tahap menulis ide-ide ke dalam bentuk tulisan yang kasar.

·         Ketiga, tahap merevisi (revising). Tahap merevisi adalah tahap memperbaiki ulang atau menambahkan ide-ide baru terhadap karya.

·         Keempat, tahap menyunting (editing). Pada tahap ini kita harus memperbaiki karangan pada aspek kebahasaan dan kesalahan mekanik yang lain.

·         Kelima, tahap publikasi (publishing). Tulisan akan berarti dan lebih bermanfaat jika dibaca orang lain dengan memublikasikannya.

 

1.    Hakikat Drama

Drama merupakan salah satu genre sastra dengan kekhasan pada unsur dialog. Hal ini sebagaimana pendapat Suryaman (2010: 10) yang menyatakan drama sebagai karya sastra yang berupa dialog-dialog dan memungkinkan untuk dipertunjukkan sebagai tontonan. Meskipun memiliki kemungkinan untuk dipertunjukkan, tetapi drama tidak selalu dipentaskan.

2.    Unsur Drama

·         Alur

Alur atau plot atau kerangka cerita merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan (Waluyo, 2001:8).

·         Tokoh

Tokoh adalah pelaku yang menggerakkan alur drama. Cara menggambarkan tokoh disebut penokohan. Penokohan ini erat hubungannya dengan perwatakan. Menurut Wiyanto (2002: 27), karakter atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama.

·         Latar

Waluyo (2001: 23) menyatakan bahwa setting atau tempat kejadian cerita disebut latar cerita. Secara lebih lengkap, Wiyatmi (2006: 51) menyatakan latar dalam naskah drama meliputi latar tempat, waktu, dan suasana yang ditunjukkan dalam teks samping.

·         Tema

Tema adalah pikiran pokok yang mendasari lakon drama, yang dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang menarik (Wiyanto, 2002: 23).

·         Amanat

Seorang pengarang drama, sadar atau tidak sadar, pasti menyampaikan amanat atau pesan dalam karyanya. Pembaca dan penonton mencari amanat dari drama yang dibacanya atau pementasan yang ditontonnya. Pembaca yang teliti akan menangkap amanat yang tersirat di balik yang tersurat. Amanat bersifat subjektif. Artinya, pembaca dapat berbeda-beda menafsirkan makna atau amanat karya itu bagi dirinya (Waluyo, 2003:28).

·         Dialog

Dialog merupakan ciri khas drama. Dialog dilakukan oleh para tokoh dan harus mendukung karakter tokoh yang diperankan. Dialog ini menggerakkan alur drama. Karena drama adalah gambaran kehidupan, maka dialog juga harus menggambarkan kehidupan para tokohnya. Menurut Waluyo (2003:20), ragam bahasa dialog adalah bahasa lisan yang komunikatif dan bukan bahasa tulis.

·         Lakuan

Lakuan merupakan gerak-gerik pemain di atas pentas. Lakuan harus berkaitan dengan alur dan watak tokoh. Lakuan adalah proses perwujudan adanya sebuah konflik di dalam sebuah drama. Konflik adalah hal yang bersifat dramatik.

·         Teks Samping

Teks samping atau petunjuk teknis mempunyai nama lain yaitu kramagung. Dalam bahasa Inggris sering disebut stage direction. Sesuai namanya, teks samping ini memberikan petunjuk teknis tentang tokoh, waktu, suasana pentas, suara, musik, keluar masuknya pemain, keras lemahnya dialog, warna suara, perasaan yang mendasari dialog, dan sebagainya.

3.    Unsur Pementasan Drama

·         Naskah Drama

Pementasan drama dilakukan berdasarkan naskah drama. Dalam naskah drama terdapat dialog dan teks samping yang akan menjadi panduan pementasan. Naskah drama ini biasanya dibagi menjadi babak demi babak dan adegan demi adegan.

·         Pemain (Aktor dan Aktris)

Pemain merupakan orang yang memerankan cerita di atas pentas. Aktor adalah pemain laki-laki, sedangkan aktris adalah pemain perempuan. Pemain ini akan menentukan jalan cerita drama.

·         Sutradara

Menurut Waluyo (2003:36), tugas sutradara adalah mengkoordinasi segala anasir pementasan, sejak latihan sampai dengan pementasan selesai. Tugas sutradara meliputi mengurus acting para pemain, mengurus kebutuhan yang berhubungan dengan artistik dan teknis.

·         Tata Rias

Tata rias adalah seni menggunakan bahan kosmetika untuk menciptakan wajah peran sesuai tuntutan lakon (Waluyo, 2003:131).

·         Tata Busana

Penata busana dalam pementasan drama membantu aktor membawakan perannya sesuai tuntutan lakon (Waluyo, 2003:134).

·         Tata Pentas

Tata pentas adalah segala hal yang terkait dengan penataan tempat pementasan. Istilah tata panggung biasanya digunakan untuk pementasan di panggung.

·         Tata Lampu

Penata lampu bertugas mengatur pencahayaan di panggung. Karena itu, bagian ini sangat terkait dengan tata panggung.

·         Tata Suara

Tata suara bisa terkait pengaturan pengeras suara (sound system), microphone, musik latar, musik dan suara-suara pengiring, dan sebagainya.

·         Penonton

Penonton menjadi unsur penting dalam pementasan drama. Kesuksesan sebuah pementasan drama dapat dilihat dari respon para penonton.

4.    Jenis Drama

Menurut Siswanto (2008:165), berdasarkan masanya, drama dapat dibagi menjadi dua, yaitu drama tradisional dan drama modern. Drama tradisional dan modern ini, menurut Wiyanto (2002:11-12), merupakan pembagian drama berdasar ada tidaknya naskah.

·         Drama Tradisional

Menurut Siswanto (2008:165), drama tradisional atau drama rakyat (folk drama) adalah drama yang lahir dan diciptakan masyarakat tradisional. Drama ini digunakan untuk kegiatan sosial dan keagamaan seperti menyambut datangnya panen, menyambut tamu, sarana ritual atau mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan.

·         Drama Modern

Menurut Siswanto (2008:165), drama modern adalah drama yang lahir pada masyarakat industri. Drama semacam ini sudah memanfaatkan unsur teknologi modern dalam penyajiannya.

5.    Apresiasi Drama

Ada banyak cara untuk mengapresiasi drama, di antaranya menginterpretasi drama, merefleksi nilai-nilai drama, menulis teks drama, dan mementaskan drama. Semua aktivitas dalam rangka mengapresiasi drama akan memberi kemanfaatan pada pembaca drama atau penonton pementasan drama.

 

 

1.    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Sebelum melaksanakan pembelajaran, seorang guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP ini memuat rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih, sesuai dengan KD yang diajarkan. Sebagaimana disebutkan dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 20016, RPP harus disusun secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

2.    Menentukan Indikator Pencapaian Kompetensi

Dalam kurikulum terdapat Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Sesuai namanya, Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) merupakan rumusan kemampuan yang menunjukkan ketercapaian KD. IPK ini menjabarkan KD ke dalam unit-unit yang lebih kecil dan rinci. IPK ini akan menjadi acuan untuk menentukan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, langkah pembelajaran, lembar kerja peserta didik, dan instrumen penilaian. Karena itu, ketepatan merumuskan IPK menjadi penentu bagi keberhasilan pencapaian KD.

3.    Menentukan Tujuan Pembelajaran

Dalam RPP, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dengan jelas, berdasarkan KD dan IPK yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran ini menunjukkan kecakapan yang harus dimiliki oleh siswa. Karena itu, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan

4.    Menyusun Materi Pembelajaran Sastra

Sesuai dengan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, materi pembelajaran dalam RPP harus memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi. Materi ini relevan dengan dimensi pengetahuan yang dirumuskan oleh Anderson dan Krathwoll (Kemdikbud, 2018:6-8).

5.    Menentukan Media/ Alat Pembelajaran dan Sumber Belajar

Media/alat pembelajaran merupakan sarana bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran di kelas. Media ini harus relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai, sehingga media harus menjadi bagian yang integral dari keseluruhan proses pembelajaran yang saling berhubungan dengan komponen lainnya (Sumiharsono dan Hasanah, 2018:14). Jika dua hal terpenuhi, maka fungsi media untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar akan terwujud. Media pembelajaran yang tepat akan membuat informasi mengendap lebih tahan lama pada diri siswa (Sumiharsono dan Hasanah, 2018:14).

6.    Mengembangkan Lembar Kerja Peserta Didik

Menurut Depdiknas (2008), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas, dan tugas yang harus dikerjakan siswa. Lembar kerja peserta didik (LKPD) akan membantu dan mempermudah kegiatan belajar mengajar sehingga terukur pencapaian kompetensinya. Karena itu, LKPD harus disusun dengan memperhatikan KD dan IPK. Dengan LKPD, akan terbentuk interaksi yang efektif antara peserta didik dengan pendidik, sehingga dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam peningkatan prestasi belajar.

7.    Menyusun Penilian Pembelajaran

Dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 dijelaskan bahwa penilaian dalam pembelajaran meliputi penilaian proses dan penilaian hasil belajar. Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar secara utuh. Hasil penilaian otentik digunakan guru untuk merencanakan program perbaikan (remedial) pembelajaran, pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan.

8.    Menyusun Langkah Kegiatan Pembelajaran

Langkah kegiatan pembelajaran disusun menyesuaikan dengan KD, IPK, dan metode pembelajaran. Secara umum langkah pembelajaran meliputi bagian pendahuluan, inti, dan penutup. Metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran sastra antara lain scientific learning dan discovery learning dengan sintak yang tepat. Sintak scientific learning adalah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Sintak discovery learning adalah (1) pemberian rangsangan (stimulation); (2) pernyataan/Identifikasi masalah (problem statement); (3) pengumpulan data (data collection); (4) pengolahan data (data processing); (5) pembuktian (verification), dan menarik simpulan/generalisasi (generalization).

2

Daftar materi yang sulit dipahami di modul ini

1.    Menyusun langkah pembelajaran

2.    Mengembangkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

3.    Mengembangkan penilaian pembelajaran

4.    Menentukan materi pembelajaran pada sastra yang relevan

3

Daftar materi yang sering mengalami miskonsepsi

1.   Metode pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran sastra

2.   Menentukan skor dan kriteria penilaian dalam pembelajaran drama

3.   Pada materi jenis drama antara drama tradisional dan modern

 

 

No comments: