Nama Mahasiswa : Ari
Nugraha
Nomor Peserta PPG :
201503280480
Mapel :
Bahasa Indonesia
Judul Modul |
Modul 3 Kesastraan |
|
Judul Kegiatan Belajar (KB) |
1.
Genre Puisi dalam Pembelajaran Sastra Kurikulum
2013 2.
Genre Prosa dalam Pembelajaran Sastra Kurikulum
2013 Wacana 3.
Genre Drama dalam Pembelajaran Sastra Kurikulum
2013 4.
Perangkat Pembelajaran Sastra Kurikulum 2013 |
|
No |
Butir Refleksi |
Respon/Jawaban |
1 |
Daftar peta konsep (istilah dan definisi) di
modul ini PETA KONSEP |
DAFTAR ISTILAH & DEFINISI 1. Hakikat Puisi Menurut Sayuti (2002:3), puisi adalah sebentuk pengucapan bahasa yang
mempertimbangkan adanya aspek bunyi-bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan
pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari
kehidupan individual dan sosialnya, yang diungkapkan dengan teknik pilihan
tertentu, sehingga puisi itu mampu membangkitkan pengalaman tertentu pula
dalam diri pembaca atau pendengar-pendengarnya. 2. Puisi Rakyat ·
Pantun Pantun merupakan salah satu
warisan nenek moyang. Pantun ini berkembang hingga sekarang. Pantun ini
tumbuh dan berkembang dalam budaya masyarakat. Pantun sering digunakan untuk
sambutan, ceramah, dan khotbah sehingga menarik (Gawa, 2009:xiv). ·
Karmina Karmina merupakan pantun
pendek yang hanya terdiri dari 2 baris. Karmina sering juga disebut pantun
kilat. Baris pertama merupakan sampiran. Baris kedua merupakan isi. Jumlah
suku kata setiap baris 8-12. ·
Gurindam Menurut Waluyo (2003:46),
gurindam merupakan puisi yang terdiri dari dua baris yang kesemuanya
merupakan isi dan menunjukkan hubungan sebab akibat. Kebanyakan gurindam
bersajak sempurna a-a, namun ada pula yang bersajak paruh a-b. Gurindam ini
biasanya berisi nasihat yang bermanfaat untuk kehidupan. ·
Syair Syair merupakan puisi lama
yang berasal dari Arab dan berkembang di kalangan masyarakat Melayu. Abdullah
bin Abdul Kadir Munsyi dan Hamzah Fansuri merupakan penggubah syair yang
terkenal di Indonesia. 3. Unsur Pembangun Puisi Unsur pembangun puisi terdiri dari unsur fisik dan unsur batin. Unsur
fisik adalah unsur yang secara fisik tampak dapat dilihat, seperti rima, gaya
bahasa, imaji, diksi, struktur, dan perwajahan. Rima, gaya bahasa, imaji, dan
diksi tampak melalui kata atau frase yang digunakan dalam puisi. Perwajahan
puisi tampak melalui bentuk penyajian puisi. Unsur batin adalah unsur yang
ada dalam batin puisi, yaitu berupa tema, feeling (perasaan), nada, dan
amanat. ·
Unsur Fisik Puisi a. Rima (Persajakan) Menurut Sayuti (2008:104), rima atau persajakan merupakan perulangan
bunyi yang sama dalam puisi. Pengertian ini dapat diperluas sehingga
persajakan dapat diartikan sebagai kesamaan dan atau kemiripan bunyi tertentu
dalam dua kata atau lebih, baik yang berada di akhir kata, maupun yang berupa
perulangan bunyi-bunyi yang sama yang disusun pada jarak atau rentangan
tertentu secara teratur. b. Diksi Diksi merupakan pemilihan kata yang dilakukan oleh penyair untuk
mengekspresikan gagasan dan perasaan-perasaan. Fungsi diksi dalam puisi
merupakan sarana yang menghubungkan pembaca dengan gagasan penyair dan dunia
intuisi penyair, menciptakan kesan hidup dalam puisi. Diksi dalam puisi
menjadi ciri khas penyair. Bahasa puisi bersifat konotatif dan estetis. c. Gaya Bahasa Salah satu keindahan puisi terletak pada gaya bahasanya. Gaya bahasa yang
sering muncul dalam puisi antara lain simile, metafora, metonimi, sinekdok,
personifikasi, repetisi, pertanyaan retoris, dan ironi (Sayuti, 2002). ü Simile, yaitu membandingkan satu hal dengan
hal lain dengan kata-kata pembanding, yaitu seperti, bagai, laksana, semisal,
seumpama, sepantun, sebagai, serupa, bak, dan sebagainya. Bentuk
pembandingannya eksplisit. ü Metafora, yaitu menyatakan sesuatu sebagai
hal yang sebanding dengan hal lain yang sesungguhnya tidak sama. Bentuk
pembandingannya implisit. ü Metonimi, yaitu pemanfaatan ciri atau sifat
suatu hal yang erat hubungannya. ü Sinekdok, yaitu bahasa viguratif yang
menyebutkan suatu bagian penting dari suatu benda atau hal itu sendiri. pars
prototo (penyebutan sebagian dari suatu hal untuk menyebutkan keseluruhan)
dan totum pro parte (penyebutan keseluruhan dari suatu benda atau hal untuk
sebagiannya). ü Personifikasi, yaitu mempersamakan sesuatu benda
dengan manusia. ü Repetisi berfungsi sebagai penekan dan
melukiskan keadaan atau peristiwa yang terjadi secara terus menerus. ü Pertanyaan retoris, merupakan sarana retorik berbentuk
pertanyaan yang tanpa perlu dijawab karena jawabannya sudah tersirat dalam
jalinan konteks yang tersedia atau jawabannya diserahkan sepenuhnya kepada
pembaca atau pendengar. ü Ironi, merupakan bentuk pengucapan kata-kata yang bertentangan
dengan maksud sebenarnya, dan biasanya dimaksudkan untuk menyindiri atau
mengejek. d. Imaji Citraan merupakan rangkaian kata
yang mampu menggugah pengalaman keindraan (membentuk gambaran angan-angan).
Gambar yang muncul dalam angan-angan disebut citra (imaji). Sesuatu itu
tergambar dengan sarana indra. Karena itu, jenis citraan sellau dikaitkan
dengan indra ini. Berikut ini enam jenis citraan dalam puisi. ü Citraan visual (visual imagery), yaitu citraan
yang berhubungan dengan indera penglihatan, contoh kata ‘daun’, ‘pohon’,
‘langit’, ‘pelangi’, dan sebagainya. ü Citraan auditif (auditory imagery), yaitu citraan
yang berhubungan dengan indera pendengaran, misalnya kata ‘ritmis’,
‘gemericik’, ‘denting’, dan sebagainya. ü Citraan kinestetik/gerak (kinaesthetic/movement
imagery), yaitu citraan yang berhubungan dengan indera gerak, misalnya kata
‘melompat’, ‘berlari’, ‘beranjak’, dan sebagainya. ü Citraan peraba (thermal imagery), yaitu citraan
yang berhubungan dengan indera peraba, misalnya kata ‘prasasti’, ‘stupa’, dan
sebagainya. ü Citraan penciuman, yaitu citraan yang berhubungan
dengan indera penciuman, misalnya kata ‘aroma’, ‘bangkai’, ‘melati’, dan
sebagainya. ü Citraan pencecapan, yaitu citraan yang berhubungan
dengan indera pencecapan, misalnya kata ‘getir’, ‘pahit’, ‘manis’, dan
sebagainya. e. Perwajahan Perwajahan merupakan bagian dari
wujud visual puisi. Hal ini terkait dengan pengaturan bait dan baris dalam
puisi. ·
Unsur Batin Puisi Unsur batin puisi puisi merupakan pikiran perasaan yang diungkapkan
penyairnya (Waluyo, 1995:47). Unsur batin ini merupakan makna yang ingin
disampaikan penyair dalam puisinya. Makna puisi ini tersurat di balik unsur
fisiknya. I.A.Richards (melalui Waluyo, 1995:180-181) menyebutkan makna atau
stuktur batin puisi itu ada empat yaitu : a. Tema (Sense) Tema merupakan gagasan pokok atau subject matter yang dikemukakan penyair
(Waluyo, 1995:106). b. Perasaan (Feeling) Perasaan (feeling) merupakan sikap penyair terhadap pokok persoalan yang
ditampilkannya. c. Nada (Tone) Nada dalam puisi dapat diketahui dengan memahami apa yang tersurat. Nada
berhubungan dengan suasana karena nada menimbulkan suasana tertentu pada
pembacanya. Suasana adalah keadaan jiwa pembaca (sikap pembaca) setelah
membaca puisi atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi terhadap pembaca
(Waluyo, 1995:71). d. Amanat (Intention) Amanat yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca.
Meskipun penyair tidak secara khusus dan sengaja mencantumkan amanat dalam
puisinya, amanat tersirat di balik kata dan tema yang diungkapkan penyair
(Waluyo, 1995:130). 4. Menuliskan Puisi dengan Memperhatikan Unsur Pembangun Menulis puisi dapat dimulai dengan menemukan gagasan yang akan ditulis.
Gagasan itu dapat diperoleh melalui berbagai sarana, seperti objek gambar
pemandangan, video, lagu, kisah inspiratif, dan sebagainya. 5. Mendemonstrasikan Puisi Salah satu cara mengapresiasi puisi adalah dengan mendemonstrasikannya
menjadi sebuah pembacaan yang menarik. Untuk melakukan pembacaan puisi dengan
baik, kita perlu memahami isi puisi tersebut. Aktivitas menemukan unsur batin
puisi, baik berupa tama, perasaaan, nada, maupun amanat, di atas dapat menjadi
bekal untuk membaca puisi. |
|
|
1. Hakikat Prosa Fiksi Istilah fiksi digunakan untuk menandai karya
sastra dalam bentuk prosa, seperti cerpen, dongen, dan novel. Prosa fiksi
sering juga disebut cerita rekaan atau cerita khayalan, artinya cerita yang
tidak sungguh-sungguh terjadi atau bersifat imajinatif. Prosa fiksi
menampilkan permasalahan manusia. Meskipun begitu, sebuah prosa fiksi
haruslah tetap merupakan bangunan struktur yang koheren dan tetap mempunyai
tujuan estetik (Wellek dan Warren, 2014). 2. Unsur Pembangun Prosa Fiksi ·
Alur Alur cerita merupakan rangkaian peristiwa yang
disusun berdasar hubungan kausalitas atau hubungan sebab akibat (Sayuti,
2002). Artinya, peristiwa-peristiwa dalam prosa fiksi itu saling berhubungan. ·
Tokoh Cerita digerakkan oleh tokoh. Tokoh ini bisa
berupa manusia, binatang, mainan, hantu, dan sebagainya. Sebagaimana manusia,
tokoh digambarkan secara utuh meliputi tiga dimensi, yaitu dimensi
fisiologis, psikologis, dan sosiologis (Sayuti, 2002 cari). ·
Latar Latar cerita merupakan unsur fiksi yang
mengacu pada tempat, waktu, dan kondisi sosial cerita itu terjadi. Hal ini
sejalan dengan pembagian latar, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar
sosial (Nurgiyantoro, 1995). 3. Jenis Fiksi ·
Fabel Fabel merupakan prosa fiksi yang menggunakan
tokoh binatang. Fabel ini dapat digunakan untuk menanamkan moral dan
karakter. ·
Legenda Setempat Legenda setempat tidak sama dengan fabel.
Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap sebagai kejadian yang
sungguh-sungguh terjadi. Legenda ini bersifat keduniawian (bukan di dunia
gaib), bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang (Danandjaja,
1991). ·
Cerita Rakyat (Hikayat) Hikayat adalah karya sastra lama Melayu
berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat
rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat itu, dibaca
untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan
pesta, misalnya Hikayat Hang Tuah, Hikayat Perang Palembang, Hikayat Seribu
Satu Malam (https://kbbi.kemdikbud.go.id). Sudjiman (2006:34) menyatakan
hikayat adalah jenis cerita rekaan dalam sastra Melayu Lama yang
menggambarkan keagungan dan kepahlawanan. ·
Anekdot Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(kbbi.web.id), anekdot merupakan cerita singkat yang menarik karena lucu dan
mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan
kejadian yang sebenarnya. ·
Cerpen, Novelet, dan Novel Jenis tulisan prosa fiksi dilihat dari panjang
pendeknya cerita dan kata dapat dikategorikan dalam cerpen, novelet, dan
novel. Pembedaan ketiga bentuk fiksi ini didasarkan pada panjang pendeknyanya
cerita. Cerpen adalah cerita yang pendek, sedangkan novelet adalah cerpen
yang panjang tetapi lebih pendek dari novel. Jika diurutkan berdasarkan
panjangnya maka diperoleh urutan: cerpen-novelet-novel. Sayuti (2000)
menyatakan bahwa istilah cerpen biasanya digunakan untuk pada prosa fiksi
yang panjangnya antara 1.000 sampai 5.000 kata, sedangkan novel umumnya
berisi lebih dari 45.000 kata. Sementara itu, novelet berkisar antara 5.000
sampai 45.000 kata. ·
Cerita Fantasi Menurut Nurgiyantoro (2013), cerita fantasi
menampilkan tokoh, alur, atau tema yang derajat kebenarannya diragukan, baik
dalam seluruh cerita maupun dalam sebagian cerita. Teks cerita fantasi
menghadirkan dunia khayal atau imajinatif yang diciptakan oleh pengarang. ·
Cerita Sejarah Prosa fiksi merupakan salah satu genre fiksi
yang sifatnya imajinatif. Akan tetapi, karya fiksi dapat mendasarkan diri
pada fakta. Setidaknya ada tiga fiksi yang mendasarkan diiri pada fakta,
yaitu historical fiction (fiksi sejarah) jika yang menjadi dasar fakta
sejarah, biographical fiction (fiksi biografi) jika yang menjadi dasar fakta
biografi seseorang, dan science fiction (fiksi sains) jika yang menjadi dasar
fakta ilmu pengetahuan (Nurgiyantoro, 1995). 4. Menulis Prosa Fiksi Secara umum, untuk menulis kita perlu memahami
tahapan menulis. Tompkins (2004) menyatakan ada lima tahapan dalam menulis,
yaitu tahap pre-writing (pramenulis), drafting (menulis draf), revising
(revisi), editing (penyuntingan), dan publishing (publikasi). ·
Pertama, tahap pre-writing
(pramenulis). Pada tahap ini penulis menentukan tujuan penulisan,
sasaran pembaca, ide atau gagasan tulisan, dan kerangka tulisan. ·
Kedua, tahap menulis draf (drafting).
Tahap menulis drat adalah tahap menulis ide-ide ke dalam bentuk tulisan yang
kasar. ·
Ketiga, tahap merevisi (revising). Tahap
merevisi adalah tahap memperbaiki ulang atau menambahkan ide-ide baru
terhadap karya. ·
Keempat, tahap menyunting (editing). Pada
tahap ini kita harus memperbaiki karangan pada aspek kebahasaan dan kesalahan
mekanik yang lain. ·
Kelima, tahap publikasi (publishing).
Tulisan akan berarti dan lebih bermanfaat jika dibaca orang lain dengan
memublikasikannya. |
|
|
1. Hakikat Drama Drama merupakan salah satu genre sastra dengan kekhasan pada unsur
dialog. Hal ini sebagaimana pendapat Suryaman (2010: 10) yang menyatakan
drama sebagai karya sastra yang berupa dialog-dialog dan memungkinkan untuk
dipertunjukkan sebagai tontonan. Meskipun memiliki kemungkinan untuk
dipertunjukkan, tetapi drama tidak selalu dipentaskan. 2. Unsur Drama ·
Alur Alur atau plot atau kerangka cerita merupakan jalinan cerita atau
kerangka dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua
tokoh yang berlawanan (Waluyo, 2001:8). ·
Tokoh Tokoh adalah pelaku yang menggerakkan alur drama. Cara menggambarkan
tokoh disebut penokohan. Penokohan ini erat hubungannya dengan perwatakan.
Menurut Wiyanto (2002: 27), karakter atau perwatakan adalah keseluruhan
ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama. ·
Latar Waluyo (2001: 23) menyatakan bahwa setting atau tempat kejadian cerita
disebut latar cerita. Secara lebih lengkap, Wiyatmi (2006: 51) menyatakan
latar dalam naskah drama meliputi latar tempat, waktu, dan suasana yang
ditunjukkan dalam teks samping. ·
Tema Tema adalah pikiran pokok yang mendasari lakon drama, yang dikembangkan
sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang menarik (Wiyanto, 2002: 23). ·
Amanat Seorang pengarang drama, sadar atau tidak sadar, pasti menyampaikan
amanat atau pesan dalam karyanya. Pembaca dan penonton mencari amanat dari
drama yang dibacanya atau pementasan yang ditontonnya. Pembaca yang teliti
akan menangkap amanat yang tersirat di balik yang tersurat. Amanat bersifat subjektif.
Artinya, pembaca dapat berbeda-beda menafsirkan makna atau amanat karya itu
bagi dirinya (Waluyo, 2003:28). ·
Dialog Dialog merupakan ciri khas drama. Dialog dilakukan oleh para tokoh dan
harus mendukung karakter tokoh yang diperankan. Dialog ini menggerakkan alur
drama. Karena drama adalah gambaran kehidupan, maka dialog juga harus
menggambarkan kehidupan para tokohnya. Menurut Waluyo (2003:20), ragam bahasa
dialog adalah bahasa lisan yang komunikatif dan bukan bahasa tulis. ·
Lakuan Lakuan merupakan gerak-gerik pemain di atas pentas. Lakuan harus
berkaitan dengan alur dan watak tokoh. Lakuan adalah proses perwujudan adanya
sebuah konflik di dalam sebuah drama. Konflik adalah hal yang bersifat
dramatik. ·
Teks Samping Teks samping atau petunjuk teknis mempunyai nama lain yaitu kramagung.
Dalam bahasa Inggris sering disebut stage direction. Sesuai namanya, teks
samping ini memberikan petunjuk teknis tentang tokoh, waktu, suasana pentas,
suara, musik, keluar masuknya pemain, keras lemahnya dialog, warna suara,
perasaan yang mendasari dialog, dan sebagainya. 3. Unsur Pementasan Drama ·
Naskah Drama Pementasan drama dilakukan berdasarkan naskah drama. Dalam naskah drama
terdapat dialog dan teks samping yang akan menjadi panduan pementasan. Naskah
drama ini biasanya dibagi menjadi babak demi babak dan adegan demi adegan. ·
Pemain (Aktor dan Aktris) Pemain merupakan orang yang memerankan cerita di atas pentas. Aktor
adalah pemain laki-laki, sedangkan aktris adalah pemain perempuan. Pemain ini
akan menentukan jalan cerita drama. ·
Sutradara Menurut Waluyo (2003:36), tugas sutradara adalah mengkoordinasi segala
anasir pementasan, sejak latihan sampai dengan pementasan selesai. Tugas
sutradara meliputi mengurus acting para pemain, mengurus kebutuhan yang
berhubungan dengan artistik dan teknis. ·
Tata Rias Tata rias adalah seni menggunakan bahan kosmetika untuk menciptakan wajah
peran sesuai tuntutan lakon (Waluyo, 2003:131). ·
Tata Busana Penata busana dalam pementasan drama membantu aktor membawakan perannya
sesuai tuntutan lakon (Waluyo, 2003:134). ·
Tata Pentas Tata pentas adalah segala hal yang terkait dengan penataan tempat
pementasan. Istilah tata panggung biasanya digunakan untuk pementasan di
panggung. ·
Tata Lampu Penata lampu bertugas mengatur pencahayaan di panggung. Karena itu,
bagian ini sangat terkait dengan tata panggung. ·
Tata Suara Tata suara bisa terkait pengaturan pengeras suara (sound system),
microphone, musik latar, musik dan suara-suara pengiring, dan sebagainya. ·
Penonton Penonton menjadi unsur penting dalam pementasan drama. Kesuksesan sebuah
pementasan drama dapat dilihat dari respon para penonton. 4. Jenis Drama Menurut Siswanto (2008:165), berdasarkan masanya, drama dapat dibagi
menjadi dua, yaitu drama tradisional dan drama modern. Drama tradisional dan
modern ini, menurut Wiyanto (2002:11-12), merupakan pembagian drama berdasar
ada tidaknya naskah. ·
Drama Tradisional Menurut Siswanto (2008:165), drama tradisional atau drama rakyat (folk
drama) adalah drama yang lahir dan diciptakan masyarakat tradisional. Drama
ini digunakan untuk kegiatan sosial dan keagamaan seperti menyambut datangnya
panen, menyambut tamu, sarana ritual atau mengungkapkan rasa syukur kepada
Tuhan. ·
Drama Modern Menurut Siswanto (2008:165), drama modern adalah drama yang lahir pada
masyarakat industri. Drama semacam ini sudah memanfaatkan unsur teknologi
modern dalam penyajiannya. 5. Apresiasi Drama Ada banyak cara untuk mengapresiasi drama, di antaranya menginterpretasi
drama, merefleksi nilai-nilai drama, menulis teks drama, dan mementaskan
drama. Semua aktivitas dalam rangka mengapresiasi drama akan memberi
kemanfaatan pada pembaca drama atau penonton pementasan drama. |
|
|
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sebelum melaksanakan pembelajaran, seorang guru
harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP ini memuat rencana
kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih, sesuai
dengan KD yang diajarkan. Sebagaimana disebutkan dalam Permendikbud Nomor 22
Tahun 20016, RPP harus disusun secara lengkap dan sistematis agar
pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. 2. Menentukan Indikator Pencapaian Kompetensi Dalam kurikulum terdapat Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
Sesuai namanya, Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) merupakan rumusan
kemampuan yang menunjukkan ketercapaian KD. IPK ini menjabarkan KD ke dalam
unit-unit yang lebih kecil dan rinci. IPK ini akan menjadi acuan untuk
menentukan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, langkah pembelajaran,
lembar kerja peserta didik, dan instrumen penilaian. Karena itu, ketepatan
merumuskan IPK menjadi penentu bagi keberhasilan pencapaian KD. 3. Menentukan Tujuan Pembelajaran Dalam RPP, tujuan pembelajaran harus dirumuskan
dengan jelas, berdasarkan KD dan IPK yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran
ini menunjukkan kecakapan yang harus dimiliki oleh siswa. Karena itu, tujuan
pembelajaran harus dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang
dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan 4. Menyusun Materi Pembelajaran Sastra Sesuai dengan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016,
materi pembelajaran dalam RPP harus memuat fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator ketercapaian kompetensi. Materi ini relevan dengan dimensi
pengetahuan yang dirumuskan oleh Anderson dan Krathwoll (Kemdikbud,
2018:6-8). 5. Menentukan Media/ Alat Pembelajaran dan Sumber Belajar Media/alat pembelajaran merupakan sarana bagi guru
untuk melaksanakan pembelajaran di kelas. Media ini harus relevan dengan
kompetensi yang ingin dicapai, sehingga media harus menjadi bagian yang
integral dari keseluruhan proses pembelajaran yang saling berhubungan dengan
komponen lainnya (Sumiharsono dan Hasanah, 2018:14). Jika dua hal terpenuhi,
maka fungsi media untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar akan
terwujud. Media pembelajaran yang tepat akan membuat informasi mengendap
lebih tahan lama pada diri siswa (Sumiharsono dan Hasanah, 2018:14). 6. Mengembangkan Lembar Kerja Peserta Didik Menurut Depdiknas (2008), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah
lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.
Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan
suatu tugas, dan tugas yang harus dikerjakan siswa. Lembar kerja peserta
didik (LKPD) akan membantu dan mempermudah kegiatan belajar mengajar sehingga
terukur pencapaian kompetensinya. Karena itu, LKPD harus disusun dengan
memperhatikan KD dan IPK. Dengan LKPD, akan terbentuk interaksi yang efektif
antara peserta didik dengan pendidik, sehingga dapat meningkatkan aktivitas
peserta didik dalam peningkatan prestasi belajar. 7. Menyusun Penilian Pembelajaran Dalam Permendikbud Nomor 22
Tahun 2016 dijelaskan bahwa penilaian dalam pembelajaran meliputi penilaian proses
dan penilaian hasil belajar. Penilaian proses pembelajaran menggunakan
pendekatan penilaian otentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan
peserta didik, proses, dan hasil belajar secara utuh. Hasil penilaian otentik
digunakan guru untuk merencanakan program perbaikan (remedial) pembelajaran,
pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian
otentik digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai
dengan Standar Penilaian Pendidikan. 8. Menyusun Langkah Kegiatan Pembelajaran Langkah kegiatan pembelajaran disusun menyesuaikan dengan KD, IPK, dan
metode pembelajaran. Secara umum langkah pembelajaran meliputi bagian
pendahuluan, inti, dan penutup. Metode pembelajaran yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran sastra antara lain scientific learning dan discovery
learning dengan sintak yang tepat. Sintak scientific learning adalah
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
mengomunikasikan. Sintak discovery learning adalah (1) pemberian rangsangan
(stimulation); (2) pernyataan/Identifikasi masalah (problem statement); (3)
pengumpulan data (data collection); (4) pengolahan data (data processing);
(5) pembuktian (verification), dan menarik simpulan/generalisasi
(generalization). |
2 |
Daftar materi yang sulit dipahami di modul ini |
1. Menyusun langkah
pembelajaran 2. Mengembangkan Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) 3. Mengembangkan penilaian
pembelajaran 4. Menentukan materi
pembelajaran pada sastra yang relevan |
3 |
Daftar materi yang sering mengalami
miskonsepsi |
1. Metode pembelajaran yang
diterapkan dalam pembelajaran sastra 2. Menentukan skor dan kriteria
penilaian dalam pembelajaran drama 3. Pada materi jenis drama
antara drama tradisional dan modern |
No comments:
Post a Comment