CINTA TANAH AIR
Bisa dikatakan bahwa Negara
Kesatuan Republik Indonesia ini dilahirkan oleh generasi yang mempunyai
idealisme cinta tanah air & bangsa, kalau tidak, mungkin saat ini kita
bangsa Indoneia masih dijajah oleh Belanda yang luas negaranya dibandingkan
pulau Bali saja masih luasan pulau Bali. Kita harus sangat terimakasih kepada
para tokoh yang mencentuskan pembentukan organisasi Boedi Oetomo pada tanggal
20 Mei 1908, para pencetus Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, dan para
tokoh yang memungkinkan terjadinya proklamasi 17 Agustus 1945. Mereka adalah
contoh paling pas untuk dijadikan tokoh-tokoh nasionalis tulen yang cintanya
pada tanah air dan bangsa melebihi cintanya pada diri sendiri yang kita harus hormati sepanjang masa.
Cinta tanah air dapat diwujudkan melalui belajar tekun, menjaga kebersihan lingkungan, menghormati orang tua dan guru, menghargai sesama teman meskipun berbeda keyakinan, belajar agama kepada kiai atau ulama secara mendalam, dan berusaha agar keberadaaanya mendatangkan manfaat untuk masyarakat, bangsa, dan negara. Tanah air sebagaimana yang kita ketahui bersama adalah negeri tempat kelahiran. Ali bin Muhammad bin Ali Al-Jurjani (1984) mendefinisikan hal ini dengan istilah al-wathan al-ashli yaitu tempat kelahiran seseorang dan negeri di mana ia tinggal di dalamnya. Al-Jurjani mengatakan, “Al-wathan al-ashli adalah tempat kelahiran seseorang dan negeri di mana ia tinggal di dalamnya.” Dari definisi ini, maka dapat dipahami bahwa tanah air bukan sekadar tempat kelahiran tetapi juga termasuk di dalamnya adalah tempat di mana kita menetap.
Dapat dipahami pula bahwa mencintai tanah air adalah berarti mencintai tanah kelahiran dan tempat di mana kita tinggal. Pada dasarnya, setiap manusia itu memiliki kecintaan kepada tanah airnya sehingga ia merasa nyaman menetap di dalamnya, selalu merindukannya ketika jauh darinya, mempertahankannya ketika diserang dan akan marah ketika tanah airnya dicela. Dengan demikian mencintai tanah air adalah sudah menjadi tabiat dasar manusia. Kesimpulannya adalah bahwa mencintai tanah air bukan hanya karena tabiat, tetapi juga lahir dari bentuk dari keimanan kita. Karenanya, jika kita mengaku diri sebagai orang yang beriman, maka mencintai Indonesia sebagai tanah air yang jelas-jelas penduduknya mayoritas Muslim merupakan keniscayaan. Inilah makna penting pernyataan hubbul wathan minal iman. Konsekuensi, jika ada upaya dari pihak-pihak tertentu yang berupaya merongrong keutuhan NKRI, maka kita wajib untuk menentangnya sebagai bentuk keimanan kita. Tentunya dalam hal ini harus dengan cara-cara yang dibenarkan menurut aturan yang ada karena kita hidup dalam sebuah negara yang terikat dengan aturan yang dibuat oleh negara.
Cintailah negeri kita dengan terus merawat dan menjaganya dari setiap upaya yang dapat menghancurkannya. Perlu dipahami juga bahwa cinta tanah air mempunyai makna, Indonesia terdiri dari 700 suku lebih yang mempunyai tradisi, budaya, dan bahasa yang sangat beragam. Langkah kita sebagai seorang pelajar hendaknya berusaha mengetahui dan memahami kemajemukan Indonesia. Menjaga dan merawat Indonesia yang beragam ini merupakan bentuk cinta tanah air yang telah dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Untuk mempertegas pandangan cinta tanah air dalam Islam, ulama muda asal Lampung KH Ahmad Ishomuddin (2018) mengungkapkan beberapa dalil tentang cinta tanah air dalam perspektif ajaran Islam: Pertama, cinta tanah air dalam al-Qur'an dan menurut para ahli tafsir. Allah berfirman, "Dan sesungguhnya jika seandainya Kami perintahkan kepada mereka (orang-orang munafik): "Bunuhlah diri kamu atau keluarlah dari kampung halaman kamu!" niscaya mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagian kecil dari mereka..." (QS. An-Nisa': 66) Dalam Tafsir al-Kabir, al-Imam Fakhr Al-Din al-Razi menafsirkan ayat di atas, "Allah menjadikan meninggalkan kampung halaman setara dengan bunuh diri." Pernyataan al-Razi di atas menjelaskan bahwa meninggalkan tanah air bagi orang-orang yang berakal adalah perkara yang sangat sulit dan berat, sama sebagaimana sakitnya bunuh diri. Jadi, cinta tanah air merupakan fitrah yang terhunjam sangat dalam pada jiwa manusia. Kedua, cinta tanah air dalam hadits dan penjelasan ulama pen-syarah-nya. "Diriwayatkan dari Anas, bahwa Nabi SAW. ketika kembali dari bepergian dan melihat dinding-dinding Madinah, beliau mempercepat laju untanya.
Dan apabila beliau menunggangi unta maka beliau menggerakkannya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau pada Madinah." (HR. Al-Bukhari, Ibn Hibban dan al-Turmudzi) Mengomentari hadits di atas, dalam Fath al-Bari, al-Hafidz Ibnu Hajar menyatakan, "Hadits ini menunjukkan keutamaan kota Madinah dan disyariatkannya cinta tanah air." Hal yang sama juga dikemukakan dalam kitab 'Umdat al-Qariy oleh Badr al-Din al-'Aini. Ketiga, cinta tanah air menurut para ahli fiqih. Bahwa hikmah berhaji dan pahalanya yang besar karena mendidik jiwa menjadi lebih baik dengan meninggalkan tanah air dan keluar dari kebiasaannya. Dalam kitab al-Dakhirah, al-Qarafi menyatakan, "Manfaat haji adalah mendidik diri dengan meninggalkan tanah air." Keempat, cinta tanah air menurut para wali. Orang-orang yang saleh senantiasa mencintai tanah air. Dalam kitab Hilyat al-Awliya', Abu Nu'aim meriwayatkan dengan sanadnya kepada pimpinan kaum zuhud dan ahli ibadah, Ibrahim bin Adham, ia berkata, "Saya tidak pernah merasakan penderitaan yang lebih berat daripada meninggalkan tanah air." Berdasarkan beberapa dalil di atas, maka setiap orang beragama selain berkewajiban untuk mencintai agama yang dianutnya--dengan cara memahami dan mengamalkannya dengan sebenar-benarnya--juga berkewajiban untuk mencintai tanah airnya.
Karena mencintai tanah air itu tidak bertentangan dengan agama dan bahkan merupakan bagian dari ajaran agama yang wajib diamalkan. Orang yang beragamanya benar dan cinta terhadap tanah airnya akan selalu memerhatikan keamanan tanah air, tempat hidupnya, kampung halamannya. Ia tidak akan membuat kegaduhan demi kegaduhan, tidak menebar kebencian dan saling permusuhan di antara setiap orang dan setiap suku serta para pemilik indentitas berbeda yang menempati setiap jengkal tanah airnya. Orang yang mencintai tanah air karena perintah agamanya bahkan sanggup mengorbankan harta benda atau apa saja. Bahkan mengorbankan nyawanya untuk kepentingan mempertahankan tanah airnya dari setiap ancaman, baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Cukuplah kiranya kita belajar kepada bangsa-bangsa lain yang penduduk negerinya berpecah belah, saling menumpahkan darah, saling bunuh dan masing-masing mereka berjuang atas nama agama yang sama, namun mereka tidak peduli kepada nasib tanah airnya.
Itu semuanya terjadi karena kecintaan mereka pada agama yang tidak diiringi dengan kecintaan kepada tanah air yang juga merupakan tuntutan agamanya. Terakhir, penulis ingin mengemukakan doa cinta tanah air yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim as yang difirmankan Allah SWT dalam Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 126: Rabbij’al hâdzâ baladan âminan warzuq ahlahû minats tsamarâti man âmana minhum billâhi wal yaumil âkhir. Artinya: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.” (QS. Al-Baqarah [2]: 126)
Bagaimana
dengan saat ini, masih adakah diantara kita yang mencintai tanah air dan bangsa
melebihi cintanya pada diri sendiri? Atau pertanyaan ini pertanyaan yang cukup
bodoh untuk diajukan? Siapa yang masih perlu mecintai tanah air dan bangsa
Indonesia? Yang penting asal kita bisa hidup cukup sandang, pangan dan papan
sudah cukup, kalau ada kelebihan sedikit untuk bisa jalan-jalan ke mall, makan
enak di café, atau pergi karaokean kan sudah cukup, untuk apa mikirin cinta
tanah air dan bangsa! Bahkan kalau mungkin bisa punya rumah yang megah, mobil
mewah, dan menyekolahkan anak keluar negeri, setiap tahun bisa liburan kemana
kita mau pergi kan sudah lebih dari cukup! Tapi masih ada juga dari bangsa kita
yang bergulat dengan kemiskinan untuk makan saja susah dan tinggal di rumah
yang lebih mirip kandang dari pada disebut rumah, dan jumlahnya juga tidak
sedikit bisa mencapai 50 juta jiwa bangsa Indonesia, apakah masih ada perlunya mencintai tanah air dan bangsa?.
Apakah
masih relevan kita mencintai tanah air dan bangsa pada zaman globalisasi ini?
Bukankah tanah air dan bangsa ini sudah nggak jelas batas-batasnya dengan
adanya era globalisasi? Ada internet yang menghubungkan setiap orang untuk bisa
berhubungan satu sama lain setiap saat keseluruh dunia. Belum lagi adanya Hand
Phone atau kalau diluar negeri lebih dikenal dengan nama Mobile Phone, yang
juga kita bisa berhubungan dengan siapapun ke hampir seluruh pelosok dunia.
Kalau secara fisik mau bertemu ada yang namanya penerbangan murah yang siap
menerbangkan kita kemana saja dengan harga yang murah (bagi yang terjangkau).
Kenapa kita mau membatasi hanya tanah air dan bangsa Indonesia saja.
Kita
juga bisa bertanya apakah bangsa Amerika, bangsa Jepang, bangsa China, bangsa
Singapore (walupun kecil mereka marah kalau tidak disebut Singaporean), bangsa
Malaysia, bangsa Korea masing-masing tidak lagi mencintai tanah air dan bangsa
mereka sendiri-sendiri toh secara bersama-sama telah menjadi warga dunia. Saya
tidak tahu jawabnya, kalau ketemu mereka kita bisa bertanya apakah mereka masih
bangga menjadi bangsa mereka sendiri sebagai suatu indikasi bahwa mereka
mencintai tanah air dan bangsanya atau lebih bangga menjadi warga dunia? Kita
juga bisa bertanya pada diri kita sendiri kita lebih bangga menjadi bangsa
Indonesia atau lebih bangga menjadi warga dunia atau mungkin lebih bangga jadi
bangsa lain?
Belajar dari bangsa Korea
Ada
yang konsisten yang tetap dilakukan oleh mereka dalam periode dua kali
kunjungan tersebut, yang mungkin masih dilakukan mereka sampai saat ini, yaitu
penghormatan mereka terhadap lagu dan bendera kebangsaan mereka. Setiap hari
dua kali, pagi hari menaikkan bendera dan sore hari menurunkan bendera, setiap
kegiatan (kecuali kendaraan yang melaju dijalan) berhenti dan setiap orang
berdiri untuk menghormati penaikan bendera dan penurunan bendera. Walaupun
mereka sedang jalan, mereka berhenti, walaupun mereka sedang makan, mereka
berhenti dan berdiri, walaupun sedang sekolah, sedang meeting, mereka berhenti
dan berdiri. Ini jelas refleksi penghormatan pada lagu kebangsaan dan bendera
kebangsaan sebagai simbolisasi kecintaan bangsa Korea pada tanah air dan bangsanya.
Ternyata
melalui media TV dengan membuat film seri bertema sejarah yang dibuat dengan
biaya yang luar biasa besar dengan kwalitas suara dan gambar HDTV (High
Difinition TV), dengan aktor dan aktris yang hebat yang membuat kita yang
menonton dibuat kagum dengan bangsa Korea dan memaksa kita mempelajari sejarah
bangsa Korea. Bahkan generasi muda Korea juga dibuat tergugah dengan film seri
ini ini ter-refleksi pada forum internet seperti “www.soompi.com” yang membahas
dan mengikuti perkembangan dan membahas dengan antusias film seri TV tersebut.
Korea
adalah kerajaan besar dengan nama Goguryeo yang mengalahkan Dinasti Han dari
Cina dan menguasai area seluruh jazirah Korea sampai dengan sebagian besar
Manchuria saat ini. Film seri ini memceritakan perjuangan Jumong pendiri negara
Goguryeo, membentuk Dinasti yang berumur sampai 600 tahun yang akhirnya
dikalahkan oleh Dinasti Tang dari China yang mendapat bantuan dari negara kecil
di Korea bagian selatan, Silla.
Mungkin
motivasi produsennya adalah sepenuhnya komersial, dan secara komersial memang
film seri Jumong sangat unggul dibandingkan dengan flim seri serupa buatan
China, Hongkong, atau Taiwan. Tapi kenapa bisa menimbulkan gelombang kebanggaan
pada masyarakat Korea, pasti ada unsur idealis semacam propaganda yang
seolah-olah Korea ingin mengatakan pada dunia, ini adalah Korea yang sebenarnya
yang telah pernah mengalami masa kejayaannya, tidak kalah besar dengan bangsa
Cina atau Jepang .Bangsa Korea ingin menunjukan identitas nasional mereka,
kecintaan mereka sebagai bangsa Korea, yang memang saat ini sudah sangat maju
dari sisi tehnologi, dan mencoba membangkitkan kembali dengan memanfaatkan
tehnologi yang ada kebanggaan mereka sebagai bangsa Korea yang kuat dan besar.
Menurut saya melalui film TV seri ini cukup berhasil. Ada selentingan bahwa
film TV seri ini dilarang diputar di Cina, karena ada komplikasi versi sejarah
Cina berkenaan dengan area kekuasaan Goguryeo yang saat ini merupakan bagian dari Cina.
Film
TV seri Jumong ini berhasil mencapai rating berkisar antara 40% s/d 60%
tergantung eposidenya, yang suatu rekor di masyarakat Korea itu sendiri untuk
film seri bertemakan sejarah. Kemudian film TV seri ini secara overlap diikuti
dengan film seri Dae Joyoung yang total episodenya mencampai 134 dengan tayang
60 menit setiap episode. Film seri ini menceritakan kejatuhan kerajaan Goguryeo
pada abad ke 6, dibawah kepemimpinan Jendral Yeon Gaesomun berhasil
berkali-kali mengalahkan serangan Dinasti Tang yang dipimpin langsung oleh
kaisarnya, Kaisar Li Shi Min, dan baru bisa dikalahkan setelah Li Shi Min
meningal digantikan oleh anaknya dengan bantuan negara kecil Korea bagian
Selatan, Silla. Kemudian salah satu panglima perangnya Dae Joyoung melanjutkan
Dinasti Goguryeo dengan mendirikan kerajaan Balhae di area Manchuria saat ini.
Walaupun tidak sehebat TV Seri Jumong, Dae Joyoung juga cukup mendapatkan perhatian
di masyarakat Korea. Ternyata melalui media film TV seri, Korea bisa membangkitkan cinta tanah air dan bangsa.
Sejarah sebagai inspirasi cinta tanah air dan bangsa
Pada
hakekatnya cinta tanah air dan bangsa adalah kebanggaan menjadi salah satu
bagian dari tanah air dan bangsanya yang berujung ingin berbuat sesuatu yang
mengharumkan nama tanah air dan bangsa. Pada keadaan yang amburadul saat ini
apa yang bisa dibanggakan dari negara dan bangsa Indonesia? Generasi “founding
fathers” pada masa penjajahan berhasil membangkitkan rasa cinta tanah air dan
bangsa yang pada akhirnya berhasil memerdekakan bangsa Indonesia. Kalau saja
rasa cinta tanah air dan bangsa sekali lagi bisa menjadi faktor yang memotivasi
bangsa Indonesia, ada kemungkinan bangsa Indonesia akan bisa bangkit kembali
dengan masyarakatnya bisa menghasilkan karya-karya yang membanggakan kita
sebagai bangsa.
Bangsa
Korea yang selalu memotivasi dirinya dengan menghormati bendera dan lagu
kebangsaannya, selalu memotivasi bangsanya untuk mencintai tanah air dan
bangsanya. Walaupun dengan prestasi yang produk elektonik dan automotif-nya
yang mampu ikut meramaikan pasaran dunia, Koreapun masih menggali inspirasi
sejarah untuk diceritakan pada dunia bahwa bangsa Korea adalah bangsa yang
besar dan hebat.
Bung
Karno dulu juga sering menceritakan kebesaran kerajaan Majapahit untuk
memotivasi bangsa Indonesia bahwa kita dulu adalah negara yang besar, dengan
kekuatan armada lautnya bisa menguasai seluruh Nusantara, termasuk Singapore,
Malaysia, Madagaskar, bahkan juga selatan Taiwan. Bahkan menurut sejarah dulu
Singapore itu namanya Temasek, dan yang memberi nama ini adalah patih
Gajahmada, oleh Raffles entah kenapa diganti jadi Singapore.
Kadang-kadang
saya membayangkan kalau kisah kejayaan Gajahmada/Majapahit dibuat film TV seri
dengan kwalitas seperti film TV Seri Korea, pasti bisa menumbuhkan kembali,
kecintaan kita pada tanah air dan bangsa Indonesia. Pernah pada suatu saat ada
bisnis meeting yang dihadiri oleh delegasi seluruh Asia Tenggara, pada waktu
makan malam saya cerita pada mereka bahwa dulu di Indonesia pada abad ke 13
pernah ada kerajaan Majapahit yang menguasai Singapore, Malaysia, bahkan sampai
ke Madagastar dan selatan Taiwan, mereka memandang bengong ke saya, seolah-olah
saya orang yang baru mimpi atau orang gila barangkali dan mereka tidak ada yang
percaya. Pasti mereka punya versi sejarah masing-masing yang berbeda dengan
versi kita atau mungkin tidak pernah diceritakan perihal kerajaan Majapahit
abad ke 13 ini. Oleh karena itu Korea perlu menceritakan sejarah versinya (yang
sudah pasti beda dengan versi Cina dan versi Jepang) kepada dunia melalui media
yang mendunia, tentang kebesaran bangsa Korea masalalu.
Sungguh
disayangkan, kwalitas film TV seri kita tidak bisa membuat saya tergerak untuk
menonton satupun, kalau sekelibat lihat di TV, tehniknya sangat primitif,
akting aktor dan aktrisnya amburadul, apa bisa membuat pemirsa seluruh dunia
mau menonton? Kalau ada insan film dan produsen kaya nasionalis yang membaca
artikel ini, anggap saja ini satu tantangan untuk membuat film TV seri
Gajahmada / Majapahit dengan kwalitas seperti film TV seri Korea, Jumong atau
Dae Joyoung yang bisa diputar mendunia (kalau diputar mendunia pasti
menguntungkan juga akhirnya).
Walaupun
bagaimana, Indonesia ini adalah tanah air dan bangsa kita sendiri yang kita
wajib untuk mencintainya dengan segala kekurangannya. Sungguh sayang apabila
warisan NKRI yang sudah diwariskan kepada kita dengan banyak pengorbanan darah
dan airmata dari para “founding fathers” ini tidak kita cintai untuk dijadikan
Negara dan Bangsa yang maju dengan masyarakatnya yang adil, makmur dan
sejahtera seperti halnya negara-negara maju lainya seperti USA, Jepang,
Singapore, dll Semoga pada suatu saat ada pemimpin setaraf Bung Karno dalam hal
membangkitkan kecintaan kita pada tanah air dan bangsa, sehingga seluruh
komponen bangsa dengan sungguh-sungguh mau bekerja demi kejayaan Indonesia
(bukan dengan sukaria merampok Indonesia, atau membantu para perampok yang
hidup mewah di Singapore/Hongkong). Sehingga harapan dari WS Rendra seperti
yang dikatakan pada pengukuhannya mendapat gelar Doctor HC, jaman Kalabendu
(jaman malapetaka) saat ini segera akan digantikan dengan jaman Kalasuba (jaman
sukaria) tidak usah menunggu kedatanganRatuAdil.
Cinta
tanah air ialah perasaan cinta terhadap bangsa dan negaranya sendiri.Usaha
membela bangsa dari serangan penjajahan. Dalam cinta tanah airterdapat
nilai-nilai kepahlawanan ialah: Rela dengan sepenuh hatiberkorban untuk bangsa
dan Negara. Sedangkan pahlawan ialah :Seseorang
yang membela bangsa.
No comments:
Post a Comment