Thursday, April 15, 2021

MATERI SANLAT ONLINE PART 1

 Hikmah Puasa Romadhon

Segala puji bagai Allah. Salawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi terakhir, Nabi kita Muhammad, keluarganya, para sahabat dan siapa saja yang mengambil petunjuknya hingga hari kiamat.

Sesungguhnya apa yang Allah syariatkan kepada hamba-Nya dari berbagai ibadah memiliki hikmah yang sempurna dan paripurna. Karena Allah Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui akan makhluk, syariat dan balasan-balasannya. Satu dari ibadah itu adalah puasa, yang memiliki hikmah besar, di antaranya:

1.    Puasa merupakan ibadah untuk Allah. Seorang hamba mendekatkan diri kepada Tuhan-nya dengan meninggalkan apa-apa yang dicintai jiwa dan nafsunya baik makanan, minuman maupun hubungan kelamin. Dari situ nampak ketulusan iman seorang hamba, kesempurnaan penghambaannya, kecintaannya kepada Tuhan-nya dan harapnya kepada pahala-Tuhan-nya. Karena seseorang tidaklah meninggalkan apa-apa yang dicintainya kecuali untuk sesuatu yang lebih agung. Karena itu saudaraku Muslim, hendaknya engkau termasuk mereka yang berpuasa demi mengharap apa-apa yang ada di sisi Allah dan menghinakan diri kepada-Nya dengan ibadah ini.

2.    Di antara hikmah puasa: seorang hamba memperoleh ketakwaan, sebagaimana firman Allah SWT.   

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)

Ini didapatkan bila sesuai dengan puasa syar’i yang meninggalkan berbagai pembatal puasa maupun perkataan dan perbuatan zûr (keji). Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:

))مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ((

"Siapa yang tidak meninggalkan perkataan keji, perbuatannya dan juga kebodohan, Allah tidak butuh kepada makan dan minum yang ditinggalkannya."

[HR. Al-Bukhari]

Berupayalah untuk berpuasa yang benar, bersih dari ketercemaran dan kerancuan.

3.    Orang yang puasa menyibukkan hatinya dengan pikir dan zikir. Karena bila menuruti hawa nafsunya akan membuatnya lalai bahkan bisa mengeraskan hati. Karena itu Nabi -shalallahu alaihi wasallam- mengarahkan untuk meringankan makan dan minum. Al-Miqdam Ibn Ma’ad -radiallahu'anhu- berkata, aku mendengar Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:

))مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ حَسْبُ الْآدَمِيِّ لُقَيْمَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ غَلَبَتْ الْآدَمِيَّ نَفْسُهُ فَثُلُثٌ لِلطَّعَامِ وَثُلُثٌ لِلشَّرَابِ وَثُلُثٌ لِلنَّفَسِ((

"Tidak ada wadah yang diisi penuh oleh anak Adam yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam itu suapan yang dapat menegakkan punggunya, jika dia tidak mampu, maka 1/3 untuk makanannya, 1/3 untuk minumnya dan 1/3 untuk nafasnya. "

[HR. Ibnu Majah. Hadits sahih]

4.    Orang kaya sadar akan nikmat Allah yang berlimpah kepadanya dan itu tidak diperoleh oleh mereka yang fakir, baik makanan, minuman dan menikah. Sehingga dia pun memuji dan bersyukur kepada Allah, ingat kepada saudaranya yang fakir dan bersedekah kepadanya, memberinya sesuatu dari harta Allah yang telah diberikan kepadanya. Wahai orang-orang kaya, bersedekahlah kepada orang-orang fakir pada bulan Romadhon mulia ini, memberilah seperti pemberian orang yang tidak takut miskin. Bedermalah dengan harta dan kebaikan kepada saudara-saudaramu yang membutuhkan, jadilah orang yang mensyukuri nikmat Allah. Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- telah bersabda:

((إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنْ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا))

“Allah sungguh ridha pada hamba yang memakan makanan lalu memuji-Nya atas makan itu atau meminum minuman lalu memuji-Nya atas minuman itu.”

[HR. Muslim]

5.    Puasa menyempitkan pembuluh darah sebagai dampak dari lapar dan haus, sehingga menyempit juga ruang setan pada tubuh. Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:

(( إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ الْإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ))

“Sesungguhnya setan masuk dalam tubuh manusia melalui pembuluh darah.”

[HR. Al-Bukhari]

Puasa juga menghancurkan dorongan hawa nafsu. Karena itu wahai para pemuda dan semisal mereka, jadikan Hadits Nabi berikut ini sebagai menolongmu dan amalkanlah; Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:

(( يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ))

"Wahai para pemuda, siapa yang sanggup dari kalian al-ba'ah (memberi nafkah batin) hendaknya menikah, karena ia lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Jika tidak sanggup, hendaknya berpuasa. Sesungguhnya itu dapat meredam nafsu." [HR. Syakhân]

 

Sepuluh Indikator Sukses Meraih Keutamaan Ramadhan

“Berapa banyak orang yang berpuasa namun ia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits Rasulullah tersebut harusnya dapat membangkitkan kewaspadaan kita untuk tidak terjerumus didalamnya. Berikut ini adalah uraian yang patut direnungkan agar kita tidak termasuk orang-orang yang disinggung dalam hadits Rasulullah tersebut.

Sepuluh indikasi sukses meraih keutamaan Ramadhan :

1.    Memperbanyak ibadah di bulan Sya’ban

Ibadah sunnah di bulan Sya’ban berfungsi pemanasan bagi ruhani dan fisik untuk memasuki bulan Ramadhan. Berpuasa sunnah, memperba-nyak ibadah shalat, tilawatul Qur’an sebelum Ramadhan, akan menja-dikan suasana hati dan tubuh kondusif untuk pelaksanaan ibadah di bulan puasa.

Itulah hikmahnya kenapa Rasulullah saw. dalam hadits riwayat Aisyah, disebutkan paling banyak melakukan puasa di bulan Sya’ban.

2.    Memenuhi target pembacaan Al-Qur’an

Orang yang berpuasa di bulan ini, sangat dianjurkan memiliki wirid al-Qur’an yang lebih baik dari bulan-bulan selainnya. Minimal harus dapat mengkhatamkan satu kali sepanjang bukan ini karena memang itulah target minimal pembacaan al-Qur’an yang diajarkan oleh Rasulullah saw.

3.    Memelihara lidah

“Bila salah seorang dari kalian berpuasa maka hendaknya ia tidak berbicara buruk dan aib. Dan jangan berbicara yang tiada manfaatnya dan bila dimaki sese-orang maka berkatalah, “Aku berpuasa.” (HR. Bukhari)

4.    Menjaga pandangan dari yang haram

Puasa yang tidak menambah pelakunya lebih memelihara mata dari yang haram, menjadikan puasa itu nyaris tak memiliki pengaruh apapun dalam perbaikan diri. Karenanya boleh jadi puasnya secara hukum sah, tapi substansi puasa itu tidak akan tercapai.

5.    Menghidupkan malam dengan ibadah

Salah satu cirri khas bulan Ramadhan adalah Rasulullah menganjur-kan umatnya untuk menghidupkan malam dengan shalat dan do’a-do’a tertentu. Tanpa menghidupkan malam dengan ibadah tarawih, tentu seseorang akan kehilangan momentum berharga.

6.    Tidak makan berlebihan di saat berbuka

Jika saat berbuka puasa menjadi saat melahap semua keinginan nafsunya yang tertahan sejak pagi hingga petang, menjadikan saat berbuka sebagai kesempatan “balas dendam” dari upaya menahan lapar dan haus selama siang hari, maka nilai pendidikan puasa akan hilang.

Puasa pada hakikatnya adalah pendidikan bagi jiwa untuk mengenda-likan diri dan menahan hawa nafsu. Hasil pendidikan itu akan tercermin dalam pribadi orang yang lebih bisa bersabar, menahan diri, tawakkal, pasrah, tidak emosional, tenang dalam menghadapi berbagai persoalan. Puasa menjadi kecil tak bernilai dan lemah unsur pendidi-kannya ketika upaya menahan dan mengendalikan nafsu itu hancur oleh pelampiasan nafsu yang dihempaskan saat berbuka

7.    Mengoptimalkan infaq

Rasulullah saw, seperti digambarkan dalam hadits, menjadi sosok yang paling murah dan dermawan di bulan Ramadhan. Di bulan inilah, satu amal kebajikan bisa bernilai puluhan bahkan ratusan kali lipat diban-dingkan bulan-bulan lainnya. Momentum seperti ini sangat berharga dan tidak boleh disia-siakan.

8.    Memperbanyak ibadah di 10 hari terakhir

Rasulullah dan para sahabat mengkhususkan 10 hari terakhir untuk berdiam di dalam masjid, meninggalkan semua kesibukan duniawi. Mereka memperbanyak ibadah, dzikir dan berupaya meraih keutamaan malam seribu bulan, sat diturunkannya al-Qur’an.

Pada detik-detik terakhir menjelang usainya Ramadhan, mereka mera-sakan kesedihan mendalam karena harus berpisah dengan bulan mulia itu. Sebagian mereka bahkan menangis karena akan berpisah dengan bulan mulia. Ada juga yang berguman jika mereka dapat merasakan Ramadhan sepanjang tahun.

9.    Tidak bermaksiat lagi setelah Ramadhan

Jangan memandang Idul Fitri dan selanjutnya sebagai hari “merdeka” dari pejara untuk kembali melakukan berbagai penyimpangan. Orang yang berpuasa dengan baik tentu tidak akan menyikapi Ramadhan sebagai kerangkeng.

10. Memelihara kesinambungan ibadah setelah Ramadhan

Amal-amal ibadah satu bulan Ramadhan, adalah bekal pasokan agar ruhani dan keimanan seseorang meningkat untuk menghadapi sebelas bulan setelahnya. Namun, orang akan gagal meraih keutamaan Ramadhan, saat ia tidak berupaya menghidupkan dan melestarikan amal-amal ibadah yang pernah ia jalankan dalam satu bulan itu.

Tingkatan Shaum

Diantara syahwat besar yang bisa membuat manusia menyimpang adalah syahwat perut dan kemaluan. Puasa merupakan pembiasaan terhadap jiwa untuk mengendalikan kedua syahwat tersebut.

“Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan puasa atas kamu sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar supaya kamu bertaqwa.” (al-Baqarah:183)

Rahasia puasa dan syarat-syarat batinnya :

1.    Puasa orang awam : menahan perut dan kemaluan dari memperturutkan syahwat

2.    Puasa orang khusus :

  • Menundukkan pandangan dan menahannya dari berkeliaran memandang ke setiap hal yang dicela dan dibenci, ke setiap hal yang bisa menyibukkan hati dan melalaikan dari mengingat Allah ‘azza wa jalla

“Pandangan adalah salah satu anak panah beracun di antara anak panah Iblis – semoga Allah melaknatinya. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah maka ia telah diberi Allah keimanan yang mendapatkan kelezatan di dalam hatinya.” (HR. al-Hakim)

  • Menjaga lisan dari dusta, ghibah, kekejian, pertengkaran; mengendalikannya dengan diam; menyibukkannya dengan dzikrullah dan tilawah al-Qur’an.

“Sesungguhnya puasa itu tidak lain adalah perisai: apabila salah seorang di antara kamu sedang berpuasa maka janganlah berkata kotor dan jangan pula bertindak bodoh; dan jika ada seseorang yang menyerangnya atau mencacinya maka hendaklah ia mengatakan sesungguhnya aku berpuasa.” (HR. Bukhari, Muslim)

  • Menahan pendengaran dari mendengar setiap hal yang dibenci (makruh) karena setiap yang diharamkan perkataannya diharamkan pula mendengarkannya.

“Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram.” (al-Ma’idah: 42)

  •       Menahan berbagai anggota badan lainnya dari berbagai dosa

“Berapa banyak orang yang berpuasa tetapi ia tidak mendapatkan dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga.” (HR. Nasa’i dan Ibnu Majah)

  •  Tidak memperbanyak makanan yang halal pada saat berbuka puasa sampai penuh perutnya
  • Hendaknya setelah ifthar hatinya “tergantung” dan “terguncang” antara cemas dan harap

Puasa orang khusus adalah puasa orang-orang shalih

3.    Puasa orang super khusus : puasa hati dari berbagai keinginan yang rendah dan pikiran-pikiran yang tidak berharga; juga menahan hati dari selain Allah secara total. Ini merupakan tingkatan para Nabi, Rasul, Shiddiqini dan Muqarrabin.

No comments: