1.
Tahap-tahap Perkembangan Masa
Prenatal
Para ahli membagi pertumbuhan dan perkembangan masa
prenatal menjadi tiga tahap, yaitu:
a) Tahap Germinal
Tahap germinal (praembrionik) merupakan awal dari
kehidupan manusia. Proses ini dimulai ketika sperma melakukan penetrasi
terhadap sel telur dalam proses pembuahan yang normalnya terjadi akibat
hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan. Pada tahap ini zygote
terbentuk, kemudian bergerak ke bawah tubafalopimenuju rahim. Zygote
ini merupakan sel tunggal yang kemudian akan mengalami perkembangbiakan menjadi
dua sel identik. Sel-sel tersebut terus berkembang menjadi jutaan sel. Proses
perkembangan zygote di dalam rahim ini disebut blastosyst. Bagian
luar blastosyst akan menjadi plasenta, sedangkan bagian dalam akan
menjadi embrio.
Pada minggu kedua, placenta mulai terbentuk. Bagian
dalam sel memadat dan berkembang menjadi tiga lapisan yang disebut piringan
embrionik (embryonicdisc), yaitu: (a) ectoderm, lapisan paling luar yang
akan berkembang menjadi kulit janin, (b) endoderm, lapisan paling dalam yang
bakal menjadi organ-organ internal, seperti sistem pernafasan, sistem
pencernaan, pancreas atau organ internal lainnya, (c) mesoderm, lapisantengah
yang berfungsi untuk memisahkan antara kulit dalam, otot-otot, tulang, sistem
sirkulasi udara maupun pengeluaran lain (anus).
Zigote yang sudah menjadi calon makhluk hidup mulai
menempel pada dinding rahim. Proses menempel atau melekatnya zigot pada dinding
rahim setelah masa konsepsi dinamakan implantasi.
b) Tahap Embrio
Tahap embrio dimulai ketika zigot telah tertanam
dengan baik pada dinding rahim. Dalam tahap ini, system dan organ dasar bayi
mulai terbentuk dari susunan sel. Masa ini dianggap sebagai masa yang kritis
karena bentuk fisik yang saat itu berkembang pesat dapat terganggu oleh kondisi
yang kurang baik. Bila organism memperoleh perawatan intensif, maka ia akan
berkembang menjadi individu yang normal, sehat fisik maupun psikis. Sebaliknya
bila kurang memperoleh perhatian dengan baik, organism akan berkembang menjadi
individu yang abnormal, baik fisik ataupun psikis.
Di antara placenta dan bayi terdapat tiga pembuluh darah mirip tali panjang yang
disebut tali pusar. Salah satu pembuluh ini berfungsi untuk mengangkut darah
yang berisi sari makanan dan oksigen dari placenta ke bayi, Dua saluran yang
lainnya berfungsi untuk melakukan transportasi darah yang berisi karbondioksida
dan pembuangan dari bayi ke placenta. Jika kita mengikuti perkembangan embrio,
kita akan menemukan setelah empat minggu, proses differensiasi mulai terjadi
dimana sekelompok sel di dalam embrio mengubah dirinya menjadi bentuk organ
tertentu yang lebih besar.
c)
Tahap Janin
Masa ini memiliki pertumbuhan yang sangat cepat.
Embrio yang berkembang menjadi janin sudah memiliki organ-organ internal
(jantung, paru-paru, usus besar dan sebagainya) dan eksternal (tangan, kaki,
jari-jari kepala) secara lengkap. Janin makin memanjang dan system organ tubuh
berkembang semakin kompleks. Hal ini akan terus berlangsung hingga organisme
itu matang dan siap untuk dilahirkan.
Periode Janin (akhir bulan kedua perhitungan
menurut bulan sampai lahir).
1.
Terjadi perubahan pada bagian-bagian tubuh yang telah terbentuk,
baik dalam bentuk/rupa maupun perubahan aktual, dan terjadi perubahan dalam
fungsi. Tidak tampak bentuk-bentuk baru pada saat ini.
2.
Pada akhir bulan ketiga, beberapa organ dalam cukup
berkembang sehingga dapat mulai berfungsi. Denyut jantung janin dapat diketahui
sekitar minggu kelima belas.
3.
Pada akhir bulan kelima, berbagai organ dalam telah
menempati posisi hampir seperti posisi di dalam tubuh dewasa.
4.
Sel-sel saraf, yang ada sejak minggu ketiga, jumlahnya
meningkat pesat selama bulan-bulan kedua, ketiga, dan keempat. Apakah
peningkatan pada saat ini akan terus berlangsung atau tidak, bergantung pada
kondisi di dalam tubuh ibu, seperti kekurangan gizi yang sebaliknya
mempengaruhi perkembangan sel saraf terutama dalam bulan-bulan terakhir periode
prenatal.
5.
Biasanya gerak-gerak janin tampak pertama kali antara
minggu kedelapan belas dan dua puluh. Kemudian meningkat cepat sampai akhir
bulan kesembilan di mana gerakan mulai berkembang karena penuhnya pembungkus
janin dan tekanan pada otak janin pada saat janin mengambil posisi kepala di
bawah di daerah pinggul dalam persiapan untuk lahir. Gerak-gerak janin ini
berlainan macamnya, yaitu menggelinding dan menendang, gerak pendek atau cepat.
6.
Pada akhir bulan ketujuh, janin sudah cukup berkembang
dan dapat hidup bila lahir sebelum waktunya.
7.
Pada akhir bulan kedelapan, tubuh janin sudah lengkap
terbentuk, meskipun lebih kecil dibandingkan dengan bayi normal yang cukup
bulannya.
2.
Masa Melahirkan
Melahirkan bayi merupakan bagian yang harus dilalui oleh seorang wanita
normal dalam kehidupan pernikahannya. Dari sekian banyak episode dalam
kehidupan seorang wanita yang paling agung adalah menjadi seorang ibu. Dengan
melahirkan, seorang wanita benar-benar akan merasakan dan menyadari kodrat
kewanitaannya. Walaupun harus menahan rasa sakit, proses melahirkan merupakan
tantangan dan kewajiban yang harus dialami.
Firman Allah
SWT dalam surat Ali ‘Imran ayat 36 yaitu :
“Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan
anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya
seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu;
dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah
menamai Dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak
keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk".
(QS. Ali ‘Imran
3:36).
Cara-cara
Melahirkan Bayi
Ada lima jenis proses melahirkan bayi menurut para ahli psikologi
perkembangan maupun kedokteran (Papalia, Olds dan Feldman, 2004; Hurlock,
1978), yaitu :
a)
Melahirkan Secara
Alamiah
Melahirkan secara alamiah ialah proses melahirkan
seorang bayi secara normal, spontan atau tanpa bantuan operasi medis. Kelahiran
normal ditandai dengan posisi kepala bayi dalam rahim siap untik masuk vagina.
Kelahiran secara alamiah ini biasanya dilakukan oleh para wanita yang memiliki
kehamilan normal dengan postur fisik yang memungkinkan dapat menjalani
kelahiran alamiah.
Melahirkan secara normal akan meningkatkan
ketangguhan pada anak, karena bayi telah menghadapi stressor pada saat proses
kelahirannya. Ini akan terbawa oleh individu sampai tumbuh menjadi anak-anak,
remaja maupun dewasa.
b)
Melahirkan dengan Operasi Caesar
Proses melahirkan yang dilakukan dengan bantuan
operasi medis yang disebabkan oleh kondisi tubuh bayi yang terlalu besar dan cenderung
sulit bila harus melahirkan melalui saluran vagina.
Tekhnik melahirkan ini dilakukan guna menolong para
wanita yang tak mampu melahirkan secara alamiah, atau kalau melahirkan secara
normal akan menimbulkan resiko bagi keselamatan ibu maupun bayinya. Seringkali
para dokter maupun bidan yang menangani cara operasi ini menghadapi
suatudilemma, apakah harus memprioritaskan keselamatan ibu atau bayinya, bila
masalah yang dihadapi sangat pelik.
c)
Melahirkan dengan Alat
Cara melahirkan bayi yang harus dibantu dengan
alat-alat khusus. Kelahiran ini terjadi karena disebabkan oleh ukuran bayi yang
terlalu besar dan tidak memungkinkan bayi untuk lahir secara normal. Ada
kalanya seorang dokter menggunakan alat untuk mengeluarkan kepala bayi dari
rahim, kemungkinan bayi akan mengalami luka dan perlu perawatan khusus.
d)
Melahirkan Sungsang
Merupakan kelahiran bayi yang tidak normal yang
disebabkan oleh posisi bayi yang terbalik, sungsang sehingga kaki keluar
terlebih dahulu dan diakhiri dengan bagian kepala. Cara melahirkan seperti ini
juga memerlukan bantuan alat-alat khusus yang dikerjakan oleh dokter atau
bidan.
e)
Melahirkan dengan Posisi Bayi
Melintang
Suatu kelahiran bayi dengan posisi bayi masih
berada dalam posisi melintang dalam rahim ibu dan belum berubah, dimana kepala
bayi tidak masuk ke dalam saluran vagina. Maka diperlukan alat khusus untuk
membantu kelancaran kehamilan bayi tersebut.
Tak tertutup kemungkinan seorang wanita hamil
mengalami kesulitan dalam proses melahirkan, sehingga ia memerlukan perawatan intensif
dari tenaga dokter. Dokter biasanya bertindak bijaksana dan hati-hati agar
dapat menyelamatkan sang bayi maupun ibunya.
Sebagian besar wanita akan merasakan kesakitan
ketika sedang melahirkan seorang bayi. Oleh karena itu, harus diperhatikan
bagaimana mempersiapkan diri menghadapi proses kelahiran bayi agar berjalan
dengan baik dan lancar.
Menurut Papalia, Olds dan Feldman (1998; 2004), ada
empat tahap yang harus dijalani oleh seorang wanita yang akan melahirkan, yaitu
:
1. Kontraksi otot-otot
perut. Terjadinya kontraksi otot-otot pada bagian perut dan dirasakan sangat
sakit oleh wanita. Hal ini juga menyebabkan proses pembukaan pada vagina
sebagai sarana saluran kelahiran bayi.
2. Kontraksi otot
disertai dengan gerakan kepala bayi ke saluran vagina.Dokter atau bidan akan
memeriksa dan menyatakan adanya proses pembukaan pada vagina, diikuti dengan
upaya kepala bayi bergerak maju menuju ke saluran kelahiran. Ini sebagai tanda
kelahiran bayi semakin mendekat.
3. Pemotongan plasenta.
Keluarnya bayi dari rahim dan vagina akan disertai dengan plasenta dan tali
pusat. Bayi menangis sebagai tanda rasa shock, terkejut, dan penyesuaian
pertama bayi ketika berada si luar rahim ibunya.
4. Masa pemulihan.
Setelah tali pusat (pusar) dipotong oleh bidan atau dokter, kemudian bidan atau
dokter berusaha untuk memulihkan kondisi rahim agar menjadi normal kembali.
Kegiatan pemulihan akan makin cepat dirasakan oleh seorang ibu bila memperoleh
dukungan dan perhatian dari keluarganya.
5.
Tahap-tahap
Kelahiran dan Pengaruh Kelahiran terhadap Perkembangan
a)
Tahap-tahap
Kelahiran
Para ahli psikologi perkembangan membagi proses kelahiran dalam tiga
tahap, yaitu :
·
Tahap pertama, terjadi kontraksi peranakan yang berlangsung 15 hingga 20
menit pada permulaan dan berakhir hingga satu menit. Kontraksi ini menyebabkan
leher rahim terentang dan terbuka. Saat tahap pertama berlangsung, kontraksi
semakin sering, dan terjadi setiap 2 hingga 5 menit. Intensitasnya juga
meningkat. Pada akhir tahap pertama kelahiran, kontraksi memperlebar leher rahim
hingga terbuka sekitar 4 inchi sehingga bayi dapat keluar dari saluran
peranakan ke saluran kelahiran.
·
Tahap kedua, dimulai ketika kepala bayi bergerak melalui leher rahim dan
saluran kelahiran. Tahap ini berakhir ketika bayi benar-benar keluar dari tubuh
ibu. Tahap ini berlangsung kira-kira 1,5 jam.
·
Tahap ketiga setelah bayi lahir. Pada waktu ini ari-ari, tali pusar, dan
selaput lain dilepaskan dan dibuang. Taha[ akhir inilah yang paling pendek,
yang berlangsung hanya beberapa meint saja.
b)
Pengaruh Kelahiran terhadap Perkembangan Pascalahir
v
Jenis Kelahiran
Secara umum kelahiran dapat dibedakan atas lima jenis: (1) kelahiran
normal atau spontan, (2) kalahiran
dengan peralatan, (3) kelahiran
sunsang, (4) kelahiran
melintang, dan (5) kelahiran
melalui pembedahan caesar. Bayi yang lahir secara spontan biasanya lebih cepat
dan berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya dibanding bayi yang
mengalami proses kelahiran yang lama dan sulit, serta menggunakan alat
pembedahan.
v
Pengobatan Ibu
Belakangan ini, ibu-ibu yang akan melahirkan sering menggunakan
obat-obatan dengan maksud menghilangkan rasa sakit atau untuk mempercepat
proses kelahiran. Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin banyak obat yang
diberikan, semakin lama dan sulit bayi menyesuaikan diri dengan kehidupan
pascalahir.
v
Lingkungan Pralahir
Tiap kondisi dalam lingkungan pralahir yang menghalangi perkembangan
janin sesuai dengan tabel waktu yang normal, akan lebih banyak mengakibatkan
kesulitan pada saat lahir dan penyesuaian pascalahir dibanding dengan kondisi
lingkungan yang nyaman.
v
Jangka Waktu Periode Kehamilan
Walaupun lama rata-rata periode kehamilan 38 minggu, namun hanya sedikit
waktu yang lahir tepat waktu. Ada kalanya bayi lahir lebih awal dari waktu
rata-rata (prematur), dan adakalanya pula bayi lahir lebih lambat (postmatur).
Bayi yang lahir prematur biasanya berat lahirnya rendah, beresiko tinggi,
dan cenderung memperlihatkan gejala perkembangan yang berbeda dengan bayi
yang lahir tepat waktu atau lenih lambat. Bayi postmatur biasanya lebih cepat
dan berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan pascalahir. Sebaliknya, bayi
prematur lebih susah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan pascalahir.
v
Perawatan Pascalahir
Kelahiran merupakan suatu “drama penjebolan” secara drastis, yang
disertai dengan perubahan-perubahan kondisi secara radikalrevolusioner dari
seorang bayi. Hal ini dapat dipahami, sebab setelah selama 9 bulan berada dalam
lingkungan rahim yang aman dan stabil, janin tiba-tiba berada pada lingkungan
yang berbeda dan bervariasi. Perbedaan yang besar antara lingkungan intern dan
lingkungan ekstern ini mengharuskan bayi beradaptasi secara radikal dan cepat.
Keharusan adaptasi yang tidak disertai kemampuan untuk melakukannya, karena
bayi masih sangat lemah, menuntut perhatian dan perawatan dari orang tua,
terutama ibu.
v
Sikap Orang Tua
Bila sikap orang tua menguntungkan, hubungan orang tua dan anak akan
baik. Hubungan baik ini akan dapat membantu bayi dalam beradaptasi dengan
lingkungan baru pascalahir.
6.
Arti Penting Periode Prenatal Bagi Perkembangan
Pembuahan
sel telur wanita oleh sperma laki-laki dianggap sebagai salah satu masa yang
sangat penting dan menentukan perkembangan manusia pada periode-periode
selanjutnya. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1980), setidaknya ada empat kondisi
penting yang memberi pengaruh besar terhadap perkembangan individu baru dimasa
yang akan datang, yaitu :
a)
Penentuan Sifat Bawaan
Waktu
pembuahan dipandang sangat penting karena pada saat inilah ditentukan sifat
bawaan dari individu yang baru terbentuk. Hal ini adalah karena dalam
masing-masing sel kelamin, baik sel pria maupun sel wanita, terdapat 23 pasang
kromosom, dan setiap kromosom mengandung ribuan partikel yang dinamakan “gen”.
Gen inilah yang dipandang sebagai faktor penentu keturunan.
Orang tua
memberikan separuh dari kromosom mereka kepada setiap anak-anaknya dimana
mereka mendapat kombinasi yang berbeda-beda. Ini
berarti bahwa tubuh manusia merupakan hasil eksperimen yang paling unik, yang
tidak dapat diulangi atau dicoba pada orang lain, kecuali mereka yang kembar
dua atau tiga.
Secara umum manusia yang satu dengan manusia lainnya mempunyai variasi
yang sangat berbeda-beda di dalam genetik. Anggota keluarga bisa mirip, namun
orang yang tidak mempunyai hubungan darah akan memperlihatkan ciri yang
berbeda. Penentuan sifat bawaan mempengaruhi perkembangan selanjutnya dalam dua
hal, yaitu :
·
Faktor keturunan membatasi sejauh mana individu
dapat berkembang.
·
Bahwa sifat bawaan sepenuhnya merupakan masalah
kebetulan.
b)
Penentuan Jenis Kelamin
Penentuan
jenis kelamin individu merupakan unsur penting kedua yang terjadi pada saat
pembuahan. Jenis kelamin ini bergantung pada jenis spermatozoa yang menyatu
dengan ovum. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa sel benih mengandung 23
kromosom. Salah satu dari 23 pasang kromosom ini terdapat kromosom jenis
kelamin.
Ketika sel-sel sperma pria dan sel-sel telur wanita telah bersatu, maka
tidak ada lagi yang dapat dilakukan untuk mengubah jenis kelamin individu baru
yang telah dibentuk. Jenis kelamin anak yang ditentukan pada saat pembuahan ini
secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi pola perilaku dan pola
kepribadian sepanjang hidup individu yang bersangkutan. Ada tiga alasan mengapa
jenis kelamin individu penting bagi perkembangan selama hidupnya, yaitu :
·
Setiap tahun anak-anak mengalami peningkatan
tekanan-tekanan budaya dari para orang tua, guru, kelompok sebaya mereka, dan
masyarakat yang mempengaruhi perkembangan pola-pola sikap dan perilaku yang
dipandang sesuai bagi kelompok jenis kelamin mereka.
·
Pengalaman belajar ditentukan oleh jenis kelamin individu.
·
Dan yang terpenting adalah sikap orang tua dan anggota keluarga penting
lainnya terhadap ndividu sehubungan dengan jenis kelamin mereka.
c)
Penentuan Jumlah Anak
Peristiwa
penting ketiga yang terjadi saat pembuahan adalah penetuan jumlah anak, apakah
kelahiran berbentuk tunggal atau tkembar. Meski umumnya dalam peristiwa
kelahiran hanya satu anak yang dilahirkan, naun sering juga terjadi kelahiran
kembar, baik kembar dua, tiga, empat maupun kembar lima. Kelahiran anak kembar
ini terjadi apabila ovum yang telah dibuahi oleh satu spermatozoa membelah
menjadi dua bagian atau lebih yang terpisah selama tahap-tahap permulaan
pembelahan sel. Jika ini terjadi akan menghasilkan kembar identik. Tetapi
kalau dua ovum atau lebih dibuahi secara bersamaan oleh spermatozoa yang
berlainan akan menghasilkan kembar non-identik.
Dilihat dari perspektif perkembangan, kelahiran anak kembar dan tunggal
ini memiliki perbedaan yang signifikan, serta mempunyai pengaruh terhadap pola
perkembangan sebelum dan sesudah lahir. Dalam lingkungan sebelum lahir, anak
dari kelahiran kembar berbeda dalam hal penting dari anak tunggal. Bagi anak
tunggal uterus ibu sepenuhnya dimilikinya, sehingga ia dapat bebas bergerak dan
berkembang. Sedang bagi anak kembar, ia terpaksa berdesakan diruang alamiah
itu. Akibatnya, salah satu diantaranya berada dalam posisi yang tidak
menguntungkan daripada yang lain. Lebih jauh, anak kelahiran kembar sering
lahir prematur karena rahim tidak mampu lagi merenggang seiring dengan
bertambah besarnya janin. Meski ini tidak selalu benar, tetapi cacat fisik atau
psikologis lebih sering terjadi pada anak kembar daripada anak kembar. Kemudian
dalam lingkungan pascalahir, anak kelahiran kembar juga berbeda dengan anak
kelahiran tunggal. Bayi kelahiran tunggak sudah tentu akan menerima perhatian
penuh dari kedua orang tuanya. Sebaliknya, bayi kelahiran kembar harus berbagi
waktu dan perhatian orang tua.
d)
Penentuan Urutan Anak
Posisi
anak dalam urutan persaudaraan merupakan kondisi keempat yang ditentukan pada
saat pembuahan, dan mempunyai pengaruh mendasar terhadap pengaruh selanjutnya.
Hal ini adalah karena umumnya orang tua memiliki sikap, perlakuan dan memberika
peran yang spesifik terhadap anak tunggal, anak menengah, anak tertua, atau
anak bungsu. Sikap, perlakuan, dan peran yang diberikan orang tua sesuai dengan
tempat dan urutannya dalam keluarga ini mempunyai pengaruh terhadap kepribadian
dan pembentukan sikap anak, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang
lain, serta menjadi salah satu faktor yang mempengaruhinya dalam mengembangkan
pola perilaku tertentu.
7.
Faktor-faktor
yang Memengaruhi Perkembangan Prenatal
Telah
dijelaskan bahwa periode prenatal merupakan periode yang sangat penting dan
menentukan perkembangan individu pada periode selanjutnya. Selama periode ini,
rahim merupakan lingkungan yang sangat mempengaruhi perkembangan janin.
Umumnya, kondisi rahim ibu sangat nyaman bagi janin dan terlindung dari tiap
gangguan. Tapi, hal ini tidak berartu bahwa janin tersebut secara absolut luput
dari pengaruh luar (santrock, 1995).
Sebagian
besar proses pertumbuhan janin bergantung pada kondisi internal ibu, baik fisik
maupun psikisnya. Sebab, ibu dan janinya merupakan satu kesatuan unit organik
yang tunggal. Semua kebutuhan ibu dan janin dipenuhi melalui proses fisiologis
yang sama. Demikian juga tiap gerakan yang dilakukan ibu dapat memberikan
rangsangan berupa pegalaman indera yang beraneka ragam. Karenanya kesehatan
ibu, pengaturan diet, pemakaian obat, serta kondisi emosional ibu dapat memberi
pegaruh kimia prenatal yang berakibat kerusakan sel dan merupakan kejadian
traumatik.
Konsep nature muncul dipengaruhi oleh aliran
filsafat barat yang dikemukakan oleh Jean Jacquess Rousseau (dalam Stumpf,
1999). Ia menyatakan bahwa faktor-faktor alamiah mempengaruhi perkembangan
kehidupan manusia. Istilah nature mengandung pengertian faktor-faktor alamiah
yang berhubungan dengan aspek bio-fisiologis terutama keturunan, genetis dan
herediter. Perkembangan manusia sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan.
Sifat-sifat, maupun kepribadian yang dimiliki oleh orang tua akan diturunkan
melalui unsur gen kepada anak-anaknya. Bukan hanya yang bersifat fisiologis
seperti: berat badan, tinggi badan , warna kulit, rambut, jenis penyakit, akan
tetapi juga karakteritik psikologis yang menyangkut tipe, kepribadian,
kecerdasan, bakat, kreativitas, dan lain-lain.
Sedangkan konsep nurture dipengaruhi oleh
aliran filsafat empirisme yang dikemukakan oleh Jhon Locke. Melalui teori
tabula rasa, Locke mengatakan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan suci,
bagaikan kertas putih yang masih bersih, ia percaya bahwa baik dan buruknya
perkembangan hidup manusia tidak dilepaskan dari pengaruh lingkungannya.
Konsep nurture merupakan faktor-faktor yang
berhubungan dengan lingkungan eksternal, seperti: pola asuh, pendidikan, sosial
budaya, media masa, status sosial ekonomi, agama, dan sebagainya. Seorang
individu akan berkembang menjadi orang dewasa yang baik, mandiri, cerdas, dan
bertanggung jawab, apabila ia berada dalam lingkungan hidup yang mendukung
perkembangan tersebut. Lingkungan
hidup yang buruk akan menyebabkan individu berkembang menjadi seorang pribadi
yang tidak baik, bodoh, jahat, dan sebagainya.
Beberapa
faktor yang mempengaruhi perkembangan pranatal
antara lain ;
a)
Kesehatan
Ibu
Penyakit yang diderita ibu hamil dapat mempengaruhi perkembangan masa
prenatal. Apalagi jika penyakit ini bersifat kronis, seperti kencing manis.
TBC, dan sebagainya. Demikian pula jika terjadi benturan jika janin berusia
tiga bulan disertai gangguan kesehatan pada ibu, seperti influenza atau cacar.
Faktor lain yang cukup berpengaruh terhadap masa prenatal adalah gizi
ibu. Hal ini adalah karena janin yang sedang berkembang sangat bergantung pada
gizi ibu, yang diperoleh melalui darah ibunya. Karenanya makanan ibu-ibu yang
sedang hamil harus mengandung cukup protein, lemak, vitamin, dan cukup karbohidrat
untuk menjaga kesehatan bayi. Anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang
kekurangan gizi cenderung cacat.
Bahan-bahan kimia yang terdapat pada obat-obatan atau makanan yang ada
dalam peredaran darah ibu yang tengah hamil, dapat mempengaruhi perkembangan
janin. Bahan-bahan kimia tersebut dapat menimbulkan efek samping, baik pada
fisik maupun pada sistem kimiawi dalam tubuh janin, yang dinamakan metabolite.
Bahan-bahan kimia juga dapat mempengaruhi lingkungan didalam rahim ibu yang
secara tidak langsung juga mempengaruhi janin.
Keadaan emosional ibu selama kehamilan juga mempunyai pengaruh yang
besar terhadap perkembangan masa prenatal. Hal ini karena ketika ibu hamil
merasa ketakutan, kecemasan, stres, dan emosi lain yang mendalam, maka terjadi
perubahan psikologis, antara lain meningkatnya pernapasan dan sekresi oleh
kelenjar. Adanya produksi hormon adrenalin sebagai tanggapan terhadap ketakutan
akan menghambat aliran darah kedaerah kandungan dan membuat janin kekurangan
udara.
Ibu yang mengalami kecemasan berat dan berkepanjangan sebelum atau
semasa kehamilan, kemungkinan besar mengalami kesulitan medis dan melahirkan
bayi yang abnormal dibandingkan dengan ibu yang relatif tenang dan aman.
Gocangan emosi diasosiasikan dengan kejadian aborsi spontan, kesulitan proses
lahir, kelahiran prematur dan penurunan berat, kesulitan pernapasan dari bayi
yang baru lahir dan cacat fisik.
b) Genetis
Pertumbuhan
setiap indivividu sudah terprogam sejak masa konsepsi yang dipengaruhi oleh
faktor genetis. Perubahan panjang, tinggi, berat badan bayi akan terjadi secara
otomatis karena pengaruh genetika (keturunan).
Faktor
keturunan lebih menekankan pada aspek biologis atau herediter yang dibawa
melalui aliran darah dalam kromosom. Faktor genetis cenderung bersifat statis
dan merupakan predisposisi untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan
seseorang. Kalau sejak awal orang tua memiliki karakteristik fisiologis yang
sehat, maka akan menurunkan generasi yang sehat pula. Sebaiknya bila orang tua
tidak sehat, maka keturunanya pun akan mengalami gangguan atau penyimpangan
secara fisik atau psikis (Papalia, Old&Fieldman, 1998: 2004).
Para
ahli Psikologi perkembangan (Papaliadkk, 1998; Santrock, 1999; Helms&
Turner, 1995; Haris &Liebert, 1991) mengakui bahwa aspek fisik maupun
psikis seorang individu sangat dipengaruhi oleh unsur genetis, karakteristik
tersebut akan nampak pada hal-hal sebagai berikut :
1.
Sifat-
sifat
Fisik
Sifat-sifat fisik
yang dapat diturankan secara genetis misalnya wajah, tangan, kaki atau
bagian-bagian organ tubuh lainnya. Hal ini dapat terjadi pada anak tunggal
maupun kembar. Bila orang tua memiliki suatu jenis penyakit tertentu seperti:
tekanan darah tinggi, penyakit jantung, epilepsi, atau paru-paru, kemungkinan
besar anak-anak yang dilahirkan pun mempunyai resiko terserang penyakit yang
sama.
2.
Intelegensi
Kecerdasan yang
dimilki orang tua akan dapat menurun pada anak-anaknya. Meskipun anak-anak
tersebut diasuh oleh orang tuanya sendiri maupun oleh orang lain, sifat kecerdasan
orang tua akan tetap menurun. Pandangan ini dipengaruhi oleh pemikiran filsuf
naturalis dari Perancis, J.J. Rousseau yang mengatakan bahwa anak cerdas
dihasilkan dari orang tua yang cerdas (Stump, 2000).
3.
Kepribadian
Kepribadian
merupakan organisasi dinamis dari aspek fisiologis, kognitif maupun afektifyang
membantu pola prilaku individu dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkungan
hidupnya (Hall, Lindsay &Campbell, 1998). Sebagai organisasi yang dinamis,
maka kepribadian akan mempengaruhi perubahan pola pemikiran, sikap, dan
perilaku seseorang.
Selain
dipengaruhi oleh faktor interaksi dengan lingkingan hidupnya, kepribadian
dipengaruhi pula oleh faktor genetis yang dibawa sejak lahir. Dalam berbagai
penelitian yang dilakukan oleh ahli psikologi perkembangan ditemukan bahwa baik
kepribadian yang normal ataupun abnormal, pada dasarnya, diturunkan dari kedua
orang tuanya.
Gen
yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio
mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan
antara gen ini dikenal sebagai hereditas. DNA yang membentuk gen mempunyai
peranan penting dalam transmisi sifat-sifat herediter. Timbulnya kelainan
familial, kelainan khusus tertentu, tipe tertentu dan dwarfism adalah akibat
transmisi gen yang abnormal. Haruslah diingat bahwa beberapa anak bertubuh
kecil karena konstitusi genetiknya dan bukan karena gangguan endokrin atau
gizi. Peranan genetik pada sifat perkembangan mental masih merupakan hal yang
diperdebatkan. Memang hereditas tidak dapat disangsikan lagi mempunyai peranan
yang besar tapi pengaruh lingkungan terhadap organisme tersebut tidak dapat
diabaikan. Pada saat sekarang para ahli psikologi anak berpendapat bahwa
hereditas lebih banyak mempengaruhi inteligensi dibandingkan dengan lingkungan.
Sifat-sifat
emosionil seperti perasaan takut, kemauan dan temperamen lebih banyak
dipengaruhi oleh lingkungan dibandingkan dengan hereditas, yaitu:
· Jenis
kelamin pada umur tertentu pria dan wanita sangat berbeda dalam ukuran besar,
kecepatan tumbuh, proporsi jasmani dan lain-lainnya sehingga memerlukan
ukuran-ukuran normal tersendiri. Wanita menjadi dewasa lebih dini, yaitu mulai
adolesensi pada umur 10 tahun, pria mulai pada umur 12 tahun.
· Ras
atau bangsa. Oleh beberapa ahli antropologi disebutkan bahwa ras kuning
mempunyai tendensi lebih pendek dibandingkan dengan ras kulit putih. Perbedaan
antar bangsa tampak juga bila kita bandingkan orang Skandinavia yang lebih
tinggi dibandingkan dengan orang Italia.
· Keluarga
tidak jarang dijumpai dalam suatu keluarga terdapat anggota keluarga yang
pendek anggota keluarga lainnya tinggi.
· Umur
kecepatan tumbuh yang paling besar ditemukan pada masa fetus, masa bayi dan
masa adolesensi.
c)
Lingkungan
Lingkungan
memiliki peran yang besar bagi perubahan yang positif atau negatif pada
individu. Lingkungan yang baik tentu akan membawa pengaruh positif bagi
individu, sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan cenderung memperburuk
perkembangan individu.
Seorang
psikolog ekologis, UrieBrofenbrenner (dalam Papalia, Olds&Feldman, 2004)
menyatakan bahwa lingkungan tersebut bersifat stratifikasi yakni berlapis-lapis
dari yang terdekat sampai yang terjauh. Pengaruh lingkungan menjadi lebih kuat
pada periode sensitif. Masing-masing pertumbuhan system organ atau anggota tubuh
memiliki periode sensitif yang rentan terhadap pengaruh lingkungan.
Berbagai
faktor eksternal tidak hanya dapat menyebabkan keguguran, namun juga
ketidaksempurnaan dari bayi yang dikandung. Penelitian ilmiah menunjukan bahwa
faktor eksternal atau lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan pra kelahiran
dan juga proses kelahiran. Agen eksternal yang dapat mempengaruhi ini disebut
dengan teratogen. Teratogen
adalah segala virus, obat-obatan, zat kimia, radiasi, atau agenlingkungan lain
yang dapat membahayakan perkembangan embrio atau janin hingga menyebabkan
kerusakan fisik, kebutaan, kerusakan otak, dan bahkan kematian. Selain
teratogen, kondisi emosional ibu, asupan gizi dan usia ibu juga dapat
mempengaruhi kehamilan.
Karena
itu, para ahli psikologis maupun medis berusaha keras untuk mengatasi dan
membantu perawatan pada wanita hamil. Hal ini pun tak lepas dari peran dan
tanggung jawab dari calon ayah dan calon ibu untuk bekerja sama menjaga
kualitas pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat secara fisiologis maupun
psikologis.
d) Interaksionisme antara Genetis dan
Lingkungan
Untuk
mencari titik temu perbedaan yang mencolok dari dua pandangan diatas, maka para
ahli kemudian memadukan keduanya, sehingga terjadilah interaksi. Perpaduan
antara faktor genetis dan faktor lingkungan menyatakan bahwa perkembangan
seseorang tidak akan maksimal kalau hanya mengadalkan salah satu faktor saja.
Karena itu, keduanya harus digabungkan untuk mengupayakan maksimalisasi
perkembangan seseorang. Faktor genetis harus ditopang dengan faktor lingkungan
dan faktor lingkungan harus memperoleh dukungan faktor genetis, sehingga
memungkinkan perkembangan yang baik dan normal baik fisiologis maupun
psikologis.
8.
Upaya-upaya Mengatasi
Ketidakteraturan Perkembangan Masa Prenatal
Masa hamil merupakan masa penting yang harus diperhatikan secara serius.
Keteledoran dalam perawatan terhadap bayi dalam kandungan akan membawa dampak
buruk bagi perttumbuhan dan perkembangannya di kemudian hari. Setiap kondisi
yang tidak baik selama periode kehamilan akan mempengaruhi perkembangan
anggota-anggota tubuh dan seluruh pola perkembangan janin.
Adapun hal-hal penting yang harus diperhatikan dan dilakukan pada
kehamilan antara lain:
a) Asupan Nutrisi dan Gizi
Pemenuhan kebutuhan makanan sehat yang mengandung
nutrisi, gizi, vitamin, protein, dan mineral selama kehamilan adalah mutlak dan
tak dapat ditunda-tunda lagi. Bayi-bayi yang dilahirkan dari orang tua yang
memperhatikan masalah ini ternyata membawa pengaruh positif. Ia menjadi bayi
yang sehat, cerdas, lincah, dan mudah bergaul. Sebaliknya ibu yang selama
hamiltak mau dan tak mampu memenuhi kebutuhannutrisi, ternyata menyebabkan bayi
lahir premature, berat kurang dari 2500 gram, mengalami gangguan pernapasan,
sulit bergaul dan taraf intelegensinya rendah (Berk, 1991:1993, Hetherington & Parke, 1999).
b) Prilaku Hidup Sehat
Semasa hamil, seorang wanita hendaknya tak terlibat
dalam penggunaan obat-obatan, kecuali dalam keadaan sakit yang memerlukan
pengawasan medis dari dokter. Kelalaian dalam memperhatikan kondisi kehamilan
yang disebabkan oleh penggunaan narkoba (narkotik dan obat-obat terlarang
lainnya) akan membawa dampak negatif bagi bayi yang dilahirkan. Calon ayah juga
diharapkan tidak mengkonsumsi alkohol, obat-obatan terlarang atau merokok agar
tidak mempengaruhi kehamilan istrinya. Orang tua yang kecanduan narkoba akan
menyebabkan kelahiran bayi prematur, keguguran, kematian bayi, intelegensi
rendah, bahkan mengalami retandasi mental (Papalia, Olds&Feldman, 1998)
c)
Konseling Pra
Pernikahan
Konseling ini bertujuan untuk memepersiapkan calon
pasangan suami-istri yang akan menghadapi berbagai masalah perkawinan,
memelihara dan merawat anak, memenuhi kebutuhan ekonomi, dan melakukan
komunikasi efektif antara suami istri.
Agar memperoleh keturunan yang sehat dan normal,
maka kegiatan atau konseling menjadi sangat penting untuk diperhatikan dan
dilakukan oleh setiap calon pasangan suami istri yang akan menikah.
d) Konseling Genetik
Konseling genetik yaitu suatu konseling yang
dilakukan agar mendapatkan kelahiran anak-anak yang sehat dan normal, serta
menghindari kelahiran cacat fisik maupun cacat mental. Konseling sudah
dilakukan di negara-negara maju seperti Jepang, Jerman, Kanada, Australia, dsb.
Cara ini mencakup telaah yang luas dan terinci mengenai riwayat kesehatan suami
maupun istri untuk menentukan apakah ada, kapan, dan dalam bentuk apa
abnormalitas fisik atau mental yang terdapat dalam keluarga mereka. Kalau
penelitian riwayat kesehatan menunjukkan atau menyimpulkan bahwa terdapat
beberapa abnormalitas genetik dalam keluarga suami atau keluarga istri, atau
kalau salah satu anak dalam keluarga mempunyai kondisi yang berasal dari
keturunan dan dari pengalaman lingkungan, orang tua diberitahu tentang
kemungkinan mempunyai anak cacat dan disarankan untuk menggunakan teknik-teknik
keluarga berencana untuk mencegah kehamilan. Kalau kehamilan sudah terjadi,
mereka disarankan untuk mempertimbangkan abortus/pengguguran.
9.
Implikasi
bagi Bimbingan dan Konseling
Bagi
seorang konselor mengetahui segala kejadian pada masa prenatal sangat penting
untuk dapat memahami secara utuh pola perkembangan yang normal seorang
individu. Perkembangan yang dimaksud bukan hanya perkembangan fisik semata,
namun perkembangan-perkembangan bakal kognisi, afeksi, dan psikomotor juga ikut
berkembang secara tidak sadar. Umumnya para konselor hanya mempelajari
perkembangan psikologi anak pasa saat mereka sudah lahir di dunia, dan
mengabaikan perkembangan yang utuh pada saat seorang individu masih dalam
kandungan. Karenanya mulai sekarang, mempelajari perkembangan individu di masa
prenatal tidak kalah pentingnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Arfinurul.
2010. Perkembangan Emosi pada Remaja.
[tersedia] http://arfinurul.blog.uns.ac.id. (14 Nopember 2012).
Atkinson, L. Rita dkk. 1991. Pengantar Psikologi. Jakarta:
PT Gelar Aksar Pratama.
Billimham, Katherine A.
1982. Developmental Psychology for The Heah Care Professions : Part 1
– Prenatal Through Adolescent Development. Colorado : Westview
Press, Inc.
Bimo Walgito. 2000. Pengantar
Psikologi Umum. Yogyakarta : Yasbit Fakultas Psikologi Universitas Gajah
Mada.
Branca, Albert A. 1965. Psychology
: The Science of Behavior. Boston : Allyn and Bacon, inc.
Dirgagunarsa, Singgih.
1988. Pengantar Psikologi. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung :
Rosdakarya.
F.J. Monks, dkk. 2002. Psikologi
Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Gunarsa, D. 1986. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Jakarta : PT. BK Gunung Mulia
Hardy, Malcolm dan
Heyes, Steve. 1988. Pengantar Psikologi. Jakarta : Erlangga.
Hurlock, B. Elizabeth. 1993. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
1980. Psikologi Perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan.
Edisi ke lima. Jakarta : Erlangga
1997.
Perkembangan Anak : Jilid 1. (Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa
dan Muslichah Z.) Jakarta : Erlangga.
1997.
Perkembangan Anak : Jilid 2 (Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa dan
Muslichah Z.) Jakarta : Erlangga.
1997.
Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
(Alih Bahasa : Istiwidayanti dan Soedjarwo) Jakarta : Erlangga.
Hymovich, Debra P. and
Chamberlin, Robert W. 1980. Child and Family Development : Implications
for Primary Health Care. New York : Mc Graw Hill Book Company.
Jeff and Cindi. 2006.
“Oh Baby, Bond with Me” http:// www.envisagedesign.
com/ohbaby/ index/html (diakses 15 Maret 2006).
Kartini Kartono. 1992. Psikologi
Wanita Jilid 2 : Mengenal Wanita sebagai Ibu dan Nenek. Bandung : CV Mandar
Maju.
Kartono, K. 1979. Psikhologi Anak. Bandung : Alumni
Kasiram, M. 1983. Ilmu
Jiwa Perkembangan. Surabaya : Usaha Nasional.
Monk, dkk. 2002. Psikologi Perkembangan : pengantar dalam
berbagai bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Nugraha,
Ari. 2012. Psikologi Perkembangan.
[tersedia] http://the-arinugraha-centre.blogspot.com. (25
Desember 2012).
Perry, Bruce D. 2001. Bonding
Attachment in Maltreated Children : Consequences of Emotional Neglect in
Childhood. Booklet.
Sarlito Wirawan Sarwono. 2001. Psikologi
Remaja. Jakarta: Radja Grafindo Persada.
.
2002. Psikologi Remaja. Jakarta : PT Remaja Grafindo Persada.
Sujanto, Agus. 1986. Psikologi Deskripsi. Jakarta: Aksara Baru.
Syamsu Yususf, L.N.
2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Tarigan, Rosdiana S.
2006. “11 Perilaku Sulit Si Prasekolah. ” Nakita No. 367/Th VIII/15 April
2006.
Yusuf, S. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Zulkifli, L. 1992. Psikologi Perkembangan. Bandung
: PT Remaja Rosda Karya
No comments:
Post a Comment