A.
Pendahuluan
Akhir masa kanak-kanak
(latechildhood) berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu
menjadi matang secara seksual. Permulaan masa akhir kanak-kanak ditandai dengan
masuknya anak ke kelas satu. Bagi sebagian anak, hal ini merupakan perubahan
besar dalam pola kehidupan anak. Sementara mrnyesuaikan diri dengan tuntutan
dan harapan baru dari kelas satu, kebanyakan anak berada dalam keadaaan tidak
seimbang; anak mengalami gangguan emosional sehingga sulit untuk hidup bersama
dan bekerja sama. Masuk kelas satu merupakan peristiwa penting bagi setiap anak
sehingga dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap, nilai, dan prilaku.
Selama setahun atau dua tahun
terakhir dari masa kanak-kanak terjadi perubahan fisik yang menonjol dan hal
ini juga dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap, nilai, dan prilaku untuk
memasuki masa remaja. Perubahan fisik yang terjadi menjelang berakhirnya masa
kanak-kanak menimbulkan keadaan ketidak seimbangan dimana pola kehidupan yang
sudah terbiasa menjadi terganggu sampai tercapainya penyesuaian diri terhadap
perubahan ini.
Akhir masa kanak-kanak secara tepat
dapat diketahui, tetapi orang tidak dapat mengetahui secara tepat kapan periode
ini berakhir karena kematangan seksual. Yaitu criteria yang digunakan untuk
memisahkan masa kanak-kanak dengan masa remaja-timbuknya tidak selalu pada usia
yang sama. Ini disebabkan perbedaaan dalam kematangan seksual anak laki-laki
dan anak perempuan.
B. Karakteristik
Perkembangan pada Fase Kanak-kanak Akhir
Masa
kanak-kanak akhir yang merupakan kelanjutan dari masa kanakkanak awal dipandang
masih satu lingkup sebagai masa kanak-kanak karena secara fisik, psikis, dan
motorik hampir sama dengan anak-anak usia prasekolah. Pada masa ini anak masih
senang bermain. Meskipun dalam beberapa hal masa kanak-kanak akhir masih sama dengan
masa kanak-kanak awal, namun ada beberapa hal yang berbeda yang dapat dipandang
sebagai karakteristik perkembangan pada masa kanak-kanak akhir.
1.
Pertumbuhan Fisik
Pada masa kanak-kanak akhir, terutama akhir dari masa ini merupakan
pertumbuhan yang lambat dan relatif seragam sampai terjadi perubahan pubertas
(Hurlock, 1997 : 148). Namun demikian bukan berarti secara fisik pada masa kanak-kanak
akhir tidak ada yang menonjol. Meskipun pertambahan tinggi dan berat badan
relatif lambat namun beberapa kereampilan berkembangan dengan baik seiring dengan
bertambahnya tinggi badan individu.
a) Tinggi
Kenaikan tinggi pertahun adalah 2
sampai 3 inchi. Rata-rata anak perempuan sebelas tahun mempunyai tinggi badan
58 inchi dan anak laki-laki 57,5 inchi.
b) Berat
Kenaikan berat lebih bervariasi
daripada kenaikan tinggi, berkisar antara 3-5 pon per tahun. Rata-rata anak
perempuan sebelas tahun mempunyai berat 88,5 pon dan anak laki-laki 85,5 pon.
c)
Perbandingan tubuh
Beberapa perbandingan wajah yang
kurang baik menghilang dengan bertambah besarnya mulut dan rahang, dahi melebar
dan merata, bibir semakin berisi, hidung menjadi lebih besar dan lebih berbentuk.
Badan memanjang dan menjadi lebih langsing, leher menjadi lebih panjang, dada
melebar, perut tidak buncit, lengan dan tungkai memanjang, dan tangan dan kaki
dengan lambat tumbuh membesar.
d) Kesederhanaan
Pebandingan tubuh yang kurang baik
yang sangat mencolok pada masa akhir kanak-kanak menyebabkan meningkatnya
kesederhanaan pada saat ini. Disamping itu, kurangnya perhatian terhadap
penampilan dan kecenderungan untuk berpakaian seperti teman-teman tanpa
memperdulikan pantas tidaknya, juga menambah kesederhanaan.
e) Pebandingan
otot lemak
Selama akhir masa kanak-kanak,
jaringan lemak berkembang lebih cepat daripada jaringan otot yang
perkembangannya baru mulai melejit pada awal pubertas. Anak yang berbentuk
endomorfik jaringan lemaknya jauh lebih banyak daripada jaringan otot sedangkan
pada tubuh mesomorfikkeadaanya terbalik. Pada bentuk tubuh ektomorfik tidak
terdapat jaringan yang melebihi jaringan lainnya sehingga cenderung tampak
kurus.
f)
Gigi
Pada permulaan pubertas, umumnya
seorang anak sudah mempunyai 22 buah gigi tetap. Keempat gigi terakhir, muncul
selama masa remaja.
2.
Perkembangan
Keterampilan
Ketergantungan dan
kelekatan anak-anak pada orang tua sudah berkurang karena mereka sudah memiliki
dunia dan kesibukan sendiri. Pada permulaan akhir masa kanak-kanak, anak-anak
mempunyai sejumlah besar keterampilan yang mereka pelajari selama
bertahun-tahun di prasekolah. Keterampilan yang dipelajari oleh anak-anak yang
lebih besar sebagian bergantung pada lingkungan, sebagian pada kesempatan untuk
belajar, sebagian pada bentuk tubuh, sebagian lagi bergantung pada apa yang
sedang digemari oleh teman-teman sebaya. Berkurangnya
ketergantungan anak-anak pada orang tua disebabkan telah berkembangnya
keterampilan mereka, yaitu :
a) Keterampilan
menolong diri sendiri.
b) Keterampilan
menolong orang lain.
c)
Keretampilan bersekolah.
d) Keterampilan
bermain.
3.
Perkembangan
Intelektual
Pada masa kanak-kanak
akhir, individu sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan
tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan
kognitif, seperti membaca, menulis, dan berhitung. Menurut Syamsu Yusuf (2004 :
178), periode kanak-kanak akhir ditandai dengan berkembangnya tiga kemampuan,
yaitu: mengklasifikasikan, menyusun, dan menghubungkan atau mengjitung angka-angka.
Disamping itu pada akhir masa ini individu sudah memiliki kemampuan untuk
memecahkan masalah (problem solving)
yang sederhana.
4.
Perkembangan
Kemampuan Berbahasa
Fase kanak-kanak akhir
merupakan fase di mana individu mengalamai perkembangan yang pesat dalam
mengenal dan menguasai perbendaharaan kata yang mendasari kemampuan membaca dan
berkomunikasi. Dengan kemampuan ini anak mulai tertarik untuk membaca dan
mendengarkan cerita. Dengan meluasnya
cakrawala social anak-anak, anak menemukan bahwa berbicara merupakan sarana
penting untuk memperoleh tempat didalam kelompok. Hal ini membuat dorongan yang
kuat untuk berbicara lebih baik, dorongan untuk memperbaiki kemampuannya
berbicara, dan yang lebih penting anak mengetahui bahwa inti komunikasi adalah
bahwa ia mampu mengerti apa yang dikatakan oranglain.
Bantuan untuk memperbaiki pembicaraan pada akhir masa
kanak-kanak berasal dari 4 sumber. Pertama orangtua dari kelompok social
ekonomi menengah ke atas merasa bahwa berbicara sangat penting sehingga mereka
memacu anak-anak mereka untuk berbicara lebih baik. Kedua radio dan televisi
memberikan contoh yang baik bagi pembicaraan anak-anak yang lebih besar
sebagaimana halnya bagi anak-anak selama tahun-tahun prasekolah. Ketiga setelah
anak belajar membaca, ia menambah kosakata dan terbiasa dengan bentuk kalimat
yang benar. Dan keempat setelah anak mulai sekolah, kata-kata yang salah ucap
dan arti-arti yang salah biasanya cepat diperbaiki oleh guru.
Terdapat dua faktor yang
mempengaruhi perkembangan kemampuan berbahasa (Syamsu Yusuf , 2004 : 179-180),
yaitu : (a) Kematangan pada organ-organ yang berfungsi untuk berbicara dan (b) proses
belajar. Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi. Dengan adanya dua faktor tersebut individu
dapat mengembangkan keterampilannya berbahasa sebagai berikut.
a) Mampu
berkomunikasi dengan orang lain.
b) Mampu
menyatakan isi hatinya (pereasaannya).
c)
Terampil mengolah informasi yang diterimanya.
d) Mampu
mengembangkan kepribadiannya, seperti dalam hal menyatakan sikap dan
keyakinannya.
Bidang-bidang yang mengalami kemajuan adalah.
1.
Penambahan kosakata khusus pada akhir masa kanak-kanak :
·
Kosa kata etiket
·
Kosa kata warna
·
Kosa kata bilangan
·
Kosa kata uang
·
Kosa kata waktu
·
Kosa kata popular dan kata-kata makian
·
Kosa kata rahasia
2.
Pengucapan
3.
Pembentukan kalimat
4.
Kemajuan dalam pengertian
5.
Isi pembicaraan
6.
Banyak bicara
5.
Perkembangan
Emosi
Dalam aspek emosional,
individu pada masa kanak-kanak akhir juga mengalami perkembangan yang menonjol,
yang antara lain ditandai dengan munculnya kemampuan mengendalikan dan
mengontrol ekspresi emosi. Dirinya mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi yang
kasar dan semaunya tidak dapat diterima oleh masyarakat. Perkembangan emosi
anak memerlukan lingkungan yang positif, baik itu lingkungan keluarga, sekolah
maupun lingkungan tempat bermain. Bagaimana anggota keluarga mengekspresikan
emosinya serta mewujudkan fungsi afetifnya, sangat berpengaruh pada perkembangan
emosi anak, begitu juga dengan individu-individu yang ada dilingkungan sekolah
maupun lingkungan dirinya bermain.
Pola emosi yang umum pada akhir masa kanak-kanak
Pola emosi yang umum pada akhir masa kanak-kanak sama dengan pada awal masa kanak-kanak. Perbadaannya terletak pada jenis situasi yang membangkitkan emosi dan bentuk ungkapannya. Pada akhir masa kanak-kanak, ada waktu dimana anak sering mengalami emosi yang hebat. Karena emosi cenderung kurang menyenangkan, maka dalam periode ini meningginya emosi menjadi periode ketidakseimbangan, yaitu saat dimana anak menjadi sulit dihadapi.
Pola emosi yang umum pada akhir masa kanak-kanak sama dengan pada awal masa kanak-kanak. Perbadaannya terletak pada jenis situasi yang membangkitkan emosi dan bentuk ungkapannya. Pada akhir masa kanak-kanak, ada waktu dimana anak sering mengalami emosi yang hebat. Karena emosi cenderung kurang menyenangkan, maka dalam periode ini meningginya emosi menjadi periode ketidakseimbangan, yaitu saat dimana anak menjadi sulit dihadapi.
Meningkatnya emosi pada akhir masa kanak-kanak dapat
disebabkan karena keadaan fisik atau lingkungan. Keadaan lingkungan yang
menyebabkan meningginya emosi juga beragam dan serius. Namun pada umumnya akhir
masa kanak-kanak merupakan periode yang relative tenang yang berlangsung sampai
mulainya masa puber.
6.
Perkembangan
Moral
Konsep moral (menyangkut
benar dan salah secara etika) dikenal individu pertama kali dari keluarganya
meskipun pada mulanya dirinya tidak mengerti akan hal itu. Seiring dengan perkembangan
pada aspek intelektualnya, individu mulai dapat memahami konsep-konsep moral. Dan
pada masa kanak-kanak akhir, terutama akhir dari masa ini, individu sudah dapat
memahami untuk apa peraturan dibuat serta berusaha mentaati peaturan tersebut.
7.
Perkembangan Minat dan Kegiatan
Bermain
Selama akhir kanak-kanak baik anak laki-laki maupun
perempuan sangat sadar akan kesesuain jenis permainan dengan kelompok seksnya.
Oleh karena itu, ia menghindari kegiatan bermain yang di anggap tidak sesuai
untuk kelompok seksnya, tanpa memperhatikan kesenangan pribadi.
Anak cerdas, terutama bila bertambah besar, lebih
banyak bermain sendiri, daripada bermain yang bersifat social dan hanya sedikit
mengikuti kegiatan yang melibatkan permainan fisik yang berat daripada anak
yang tidak terlampau cerdas. Jenis lingkungan dimana anak hidup juga menentukan
ada tidaknya kesempatan untuk bermain.
Terlepas dari perbedaan ini, bagi sebagian besar anak
bermain menjadi kurang aktif dengan berjalannya masa kanak-kanak, dan hiburab-hiburan
seperti televisi, radio, film, dan bacaan semakin bertambah popular. Perubahan
ini sebagian disebabakan bertambahnya pekerjaan rumah dan sebagian lagi
disebabkan bertambah bertambah banyaknya tugas-tugas di rumah.
a)
Bermain Konstruktif
Membuat sesuatu
hanya untuk bersenang-senang saja, tanpa memikirkan manfaatnya merupakan bentuk
permainan yang populardiantara anak laki-laki, sedangakan anak perempuan lebih
menyukai jenis konstruktif yang lebih halus seperti menjahit, menggambar,
melukis, membentuk tanah liat dan membuat perhiasan.
b)
Menjelajah
Seperti anak yang
lebih muda, anak yang lebih besar senang memuaskan keingintahuan tentang
hal-hal baru yang berbeda dengan menjelajahinya. Tetapi berbeda dengan anak
yang lebih muda, anak yang lebih besar tidak puas dengan menjelajah mainan dan
benda-benda disekitar lingkungannya. Anak-anak ingin menjelajah lebih jauh dari
lingkungan rumah dan lingkungan tetangga dan menjelajah daerah-daerah baru.
c)
Mengumpulkan
Mengumpulkan
sebagai suatu bentuk bermain, meningkat dengan berjalannya masa kanak-kanak,
karena kegiatan mengumpulkan berfungsi sebagai sumber iri hati dan gengsi
diantara teman-teman dan juga memberikan kesenangan bagi kolektor.
d)
Permainan dan Olahraga
Anak yang lebih
besar tidak puas lagi memainkan jenis permainan yang sederhana dan tidak
terdiferensiasi, yang merupakan permainan awal masa kanak-kanak. Ia ingin
memainkan permainan anak yang lebih besar, seperti bola basket, sepak bola,
baseball dan hockey. Pada anak berusia sepuluh tahun, permainannya terutama
bersifat persaingan, dengan pokok perhatian pada keterampilan dan keunggulan
dan tidak semata mata pada kegembiraan.
e)
Hiburan
Beberapa hiburan
yang digemari pada akhir masa kanak-kanak diantaranya membaca, buku komik,
film, radio dan televisi, melamun dan berkhayal.
8.
Pengelompokan
Sosial dan Perilaku Sosial pada Masa Akhir Kanak-kanak
Akhir masa kanak-kanak sering
disebut “usia kelompok” karena ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas
teman-teman nya dan meningkatnya keinginnan yang kuat untuk ditrima sebagai
anggota suatu kelompok dan merasa tidak puas bila tidak bersama teman-temannya.
Ciri Geng Anak-anak
Geng anak-anak berbeda dari
geng remaja dalam banyak hal, empat diantaranya sangat penting dan sangat umum.
Tujuan utama geng anak-anak adalah memperoleh kesenangan; geng mereka terutama
dalah kelompok bermain sedangkan geng remaja bertujuan untuk menimbulkan
kesulitan bagi orang lain sebagai pembalasan terhadap kelalaian kelompok sosial
yang benar-benar ada atau yang dikhayalkan.
Efek dari Keanggotaan Kelompok
Proses sosialisasi anak-anak
dengan menjadi anggota geng. Hal ini terutama disebabkan penyesuaian diri
dengan pola prilaku, nilai-nilai dan sikap anggota-anggota kelompok, menjadi
anggota geng seringkali menimbulkan pertentangan dengan orang tua dan penolakan
terhadap setandar orang tua, permusuhan antara anak laki-laki dan perempuan
semakin meluas, kecendruangan anak yang lebih tua untuk mengembangkan prasangka
terhadap anak yang berbeda, mereka seringkali bersikap kejam kepada anak-anak
yang tidak dianggap sebagai anggota geng.
Pengaruh Geng
Havighurst
menyatakan bahwa geng mempunyai empat cara utama dalam membantu anak-anak
menjadi pribadi yang mampu bermasyarakat.
- Geng membantu anak bergaul dengan teman sebaya dan berperilaku yang dapat diterima secara social bagi mereka.
- Geng dapat membantu anak mengembangkan kesadaran yang rasional dan skala nilai untuk melengkapi atau mengganti nilai. Orang tua cenderung di terima anak sebagai “kata hati yang otoriter”.
- Melalui pengalaman geng anak mempelajari sikap sosial yang pantas, misalnya : cara menyukai orang, serta cara menikmati kehidupan sosial dan aktifitas kelompok.
- Geng dapat membantu kemandirian pribadi anak dengan memberikan kepuasan emosional dari persahabatan dengan teman sebaya.
Dengan meluasnya cakrawala
sosial pada saat anak masuk sekolah, banyak faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan kepribadiannya. Perubahan ini tidak hanya terjadi ada konsep diri,
tetapi juga pada sifat-sifat orang lain yang di nilai dan di kagumi dan juga
perubahan-perubahan yang terjadi pada sifat anak itu sendiri.
Konsep diri ideal
Menjelang berakhirnya masa kanak-kanak, anak mulai
mengagumi tokoh-tokoh dalam sejarah, cerita khayal, kemudian anak membentuk
konsep diri yang ideal seperti tokoh yang diinginkannya.
Mencari Identitas
Anak-anak pada umumnya memasuki periode akhir masa
kanak-kanak dan berminat dalam keanggotaan kelompok, mereka sangat ingin
menyesuaikan mulai dari gaya berbicara sampai dengan standar penampilan yang di
tetapkan kelompok tersebut. Karena mereka takut kehilangan dukungan dari
anggota kelompok, mereka berusaha meniru namun kadang-kadang berlebihan.
C.
Kebahagiaan
Masa Akhir Kanak-kanak
Akhir masa
kanak-kanak dapat dan harus merupakan periode bahgaia dalam rentang kehidupan.
Meskipun periode ini bukan masa yang sepenuhnya gembira karena anak di harapkan
memikul tambahan tanggung jawab di sekolah dan tambahan di rumah, keberhasilan
dalam melaksanakan tanggung jawab ini, terlebih yang dianggap penting oleh
orang-orang akan menambah kebahagiaan.
Anak memiliki
kesempatan yang luas untuk bermain dan untuk memperoleh alat bermain yang
dibutuhkan seperti teman-teman sebayanya, kecuali kalau timbul kondisi yang
luar biasa. Anak yang berbahagia
pada akhir masa kanak-kanak belum tentu merasa bahagia pada tahap-tahap
selanjutnya, tetapi kondisi-kondisi yang menimbulkan kebahagiaan dalam periode
ini juga akan menimbulkan kebahagiaan pada periode berikutnya.
Sekalipun kebahagiaan
yang dialami pda periode ini tidak emnjamin kebahagiaan seumur hidup, tetapi
kondisi-kondisi yang menimbulkan kebahagiaann akan terus memberikan kebahagiaan
pada tahun-tahun berikutnya, terutama bila tiga faktor kebahagiaan terpenuhi,
yaitu penerimaan/dukungan, kasih sayang, dan prestasi.
D. Ciri Akhir Masa Kanak-kanak
Masa
kanak-kanak akhir berlangsung pada usia sekitar 6 sampai 12 tahun, dengan
ciri-ciri sebagaimana digambarkan oleh para orang tua, para guru, dan para
psikolog (Hurlock, 1997 : 146 – 148), sebagai berikut.
Label yang digunakan oleh
orang tua bagi sebagian orang tua masa
kanak-kanak merupakan usia yang
menyulitkan sesuatu masa dimana anak tidak
mau menuruti perintah dan diman lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman
sebaya dari pada orang tua dan anggota keluarga lain. Dalam keluarga yang terdiri dari anak laki-laki dan perempuan, sudah
jamak bila anak laki-laki mengejek saudara perempuannya kalau anak perempuan membalas terjadinya pertengkaran dalam bentuk
maki-makian atau serangan fisik.
Label yang digunakan oleh
para pendidik para pendidik melabelkan masa
kanak-kanak dengan usia sekolah dasar. Para pendidik juga memandang
preodeinisebagai periode kritis dalam dorongan berprestasi suatu masa
dimanaanak-membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat
sukses. Sekali terbentuk kebiasaan untuk bekerja dibawah, diatas atau sesuai
dengan kemampuan cenderung menetap sampai dewasa.
Label yang
digunakan ahli psikologi bagi ahli psikologi, akhir
masa kanak-kanak adalah usia berkelompok suatu masa dimana perhatian utama anak tertuju
pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok,
terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temanya.
Ahli psikologi menemukan masa akhir kanak-kanak dengan usia kreatifsuatu
masa dalam rentang kehidupan dimana akan ditentukan apakah anak-anak akan
menjadi konformis atau pencipta karya yang baru dan original.
E. Tugas Perkembangan Akhir Masa Kanak-kanak
Untuk memperoleh tempat didalam kelompok sosial, anak yang paling besar
harus menyelesaikan berbagai tugas dalam perkembangan, kegagalan didalam
pelaksanaan akan mengakibatkan pola prilaku yang tidak matang, tidak mampu
menyamai teman-teman sebaya yang sudah menguasai tugas-tugas perkembangan
tersebut. Misalnya, pengembangan berbagai keterampilan dasar seperti membaca,
menulis, berhitung, dan perkembangan sikap-sikap terhadap kelompok sosial dalam
lembaga-lembaga merupakan tanggung jawab guru dan juga orang tua.
Seperangkat pengetuan, sikap, dan juga keterampilan
yang merupakan tugas perkembangan dan yang mestinya dikuasai pada masa
kanak-kanak akhir adalah sebagai berikut.
1) Belajar
menguasai keterampilan fisik dan motorik untuk permainanpermainan yang bersifat
umum.
2) Membentuk
sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai oraganisme yang sedang tumbuh
dan berkembang.
3) Belajar
bergaul secara baik dengan teman-teman usia sebaya.
4) Belajar
memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
5) Mengembangkan
keterampilan-keterampilan dalam membaca, menulis, dan berhitung.
6) Mengembangkan
konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
7) Mengembangkan
pembentukan kata hati, moral, dan skala nilai.
F.
Penyimpangan
Perkembangan pada Masa Kanak-kanak
Anak-anak
adalah generasi penerus penentu masa depan bangsa. Kualitas generasi penerus
tergantung kepada kualitas tumbuh kembang terutama pada masa Balita.
Penyimpangan tumbuh kembang pada anak harus dapat dideteksi sejak dini,
terutama sebelum anak berumur 3 tahun supaya segar dapat diintervensi. Karena
jika penangananmya terlambat, akibatnya
penyimpangan yang terjadi akan semakin sukar diperbaiki.
Penyimpangan
dalam perkembangan kanak-kanak itu misalnya kesulitan untuk memusatkan perhatian seperti yang dialami
merupakan karakteristik gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas
yang merupakan salah satu penyimpangan yang di cantumkan dalam DSM-IV-TR dalam
bagian yang berjudul “gangguan yang biasanya mulai tampak pada masa bayi,
kanakkanak, atau remaja “ gangguan tersebut mencakup berbagai masalah yang
sangat luas, mulai dari masalah perhatian hingga defisit intelektual yang
kadang kondisinya serius seperti yang terjadi dalam retardasi mental, tidak
menghargai hak hak orang lain secara menjengkelkan dan kadang semenamena
seperti pada gangguan tingkah laku , dan bahasa serta
kesulitan sosial dan emosional pada gangguan autist anak anak umumnya memiliki
akses yang lebih sedikit ke sumber daya sosial, finansial dan psiokologis dalam
menghadapi berbagai masalah semacam itu daripada orang dewasa.
Anak anak
yang bermasalah mendapat perhatian profesional sepenuhnya atau tidak biasanya
tergantung pada orang orang dewasa dalam hal kehidupan misalnya Orang tua,
Guru, dan pada sekolah. Sebagian besar teori psikodinamika, behavioral, kognitif, dan biologis
berpendapat bahwa pengalaman dan perkembangan di masa kanak-kanak
sangat penting bagi kesehatan kanakkanak sampai mereka dewasa.
Sebagian
besar teori juga berpendapat bahwa anak-anak
lebih mudah berubah dibanding orang dewasa sehingga lebih mudah dibanding orang
dewasa sehingga lebih mudah untuk penanganan. Penelitian terdahulu tidak banyak
memfokuskan perhatian pada gangguan di masa kanak-kanak,
tahun terakhir minat profesional meningkat secara dramatis. Beberapa gangguan
emosional dan behavioral yang paling sering terjadi pada masa kanak-kanak dan
remaja karena emosional mereka masih sangat meningkat jadi pada kanak-kanak terkadang
lebih sering emosional jika
sesuatu yang mereka inginkan tidak dapat dituruti oleh peran orang tua. Maka
disinilah akan kita bahas “Klasifikasi Gangguan di masa kanak-kanak” orang tua
perlu segera tahu bahwa anak mereka memiliki gangguan dan haru memotivasi si
anak peran orangtua
sangat berguna.
1.
Klasifikasi Gangguan di Masa Kanak-kanak
Untuk mengklasifikasikan perilaku menyimpang pada anak anak, para ahli
diagnostik pertama harus mengetahui apa yang dianggap normal pada usia
tersebut. Diagnosis bagi anak yang menjerit-jerit
serta menendang nendang, menjerit bila keinginan tidak dituruti harus
mempertimbangkan apakah si anak
berusia 2 atau 7 tahun. Di bidang psikopatologi perkembangan mempelajari
berbagai penyimpangan di masa kanak-kanak dalam konteks perkembangan normal sepanjang hidup sehingga kita
dapat mengamati berbagai perilaku yang wajar pada satu tahap namun ada tahap
yang berbeda dianggap sebagai penyimpangan.
Secara garis besar penyimpangan
pada kanak-kanak
tercantum pada DSM-IV-TR, seperti depresi, yang dimasukkan dalam kriteria yang
banyak terjadi pada orang dewasa. Sebagian besar juga penyimpangan pada kanakkanak di karenakan perpisahan,
merupakan gangguan yang banyak terjadi di kalangan kanakkanak. Namun
banyak juga gangguan lain seperti kurangnya konsentrasi/ hiperaktivitas,
didalam konsep utamanya sebagai penyimpangan yang terjadi pada kanak-kanak. Ada banyak
jenis jenis dari gangguan misalnya :
a)
Gangguan Eksternalisasi
Gangguan
eksternalisasi ditandai dengan perilaku yang lebih diarahkan ke luar diri,
seperti agretivitas, ketidakpatuhan, overaktivitas, dan inpultivitas dan
termasuk ke gangguan Tingkah laku dan Gangguan sikap menentang.
b)
Gangguan Internalisasi
Gangguan internalisasi ditandai dengan pengalaman dan lebih ke perilaku
yang dilakukan yang fokus ke diri sendiri seperti depresi, menarik diri dari
sosial pergaulan diluar lingkungan atau lebih kebanyakan hanya dilingkungan
keluarga terdekata saja, dan kecemasan, yang termasuk ke gangguan aktivitas dan
mood di masa kanak-kanak. Anak dapat
menunjukkan hal seperti berikut dan kita menyadari itu waqlaupun terkadang kita
jarang tidak menyadari tingkah laku dari kanak-kanak.
Perilaku ekternalisasi dan internalisasi banyak terjadi di berbagai negara termasuk Swiss,
Australia, Kenya, dan Yunani, dan lain lain. Di
berbagai budaya perilaku ekternalisasi secara konsisten lebih sering di temukan
pada anak laki-laki dan
perilaku internalisasi lebih sering terjadi pada anak perempuan. Kita harus
membantu bukan menjauhi anak-anak yang mengalami gangguan maka dari itu kita dapat memotivasi anak-anak agar
tidak terjadinya gangguan.
2.
Gangguan Perkembangan dan Penyimpangan Perkembangan (deviansi)
Contoh gangguan perkembangan dan penyimpangan perkembangan antara lain sebagai
berikut.
a)
Anak Autis
Merupakan gangguan perkembangan dalam hal komunikasi, interaksi sosial,
emosi dan proses sensoris. Sudah tampak dari tahun – tahun pertama terlihat
dari ketidak mampuan anak berhubungan dengan
orang lain
b)
Anak Sukar Didik
Merupakan masalah bagi dirinya dan bagi lingkungannya karena sangat
tidak tenang, tingkah laku menyimpang, cara/ tindakannya berbahaya dan agresif,
sukar diajak berbicara.
c)
Anak dengan Gangguan Belajar
Penyimpangan dalam proses belajar yang berhubungan dengan kemampuan
untuk bahasa dan berfikir dengan tingkat prestasi dalam bahasa dan berpikir.
Anak dengan gangguan belajar terdiri dari tiga jenis :
v Disleksia
(dyslexia)
Dikenal sebagai SPLD (Specific Learning Difficulty) merupakan kesulitan yang terus menerus dalam kemampuan
membaca dan menulis dari segala tingkat kemampuan dan tingkat intelektual.
Menurut U.S National Institutes of Health disleksia adalah ketidakmampuan
belajar yang menghambat anak – anak untuk dapat belajar membaca, menulis,
mengeja dan kadang – kadang bicara.
Jenis – jenis Disleksia :
Þ
Trauma Dyslexia, biasanya
terjadi setelah adanya cedera atau trauma pada daerah otak yang mengontrol
kemampuan membaca dan menulis. Hal ini sangat jarang ditemui pada anak-anak
usia sekolah.
Þ
Primary Dyslexia, jenis ini disebabkan oleh
disfungsi, bukan kerusakan, sisi kiri otak (cerebralcortex). Individu dengan
masalah ini jarang mampu membaca di kelas 4 SD, dan mungkin saja mereka tetap
akan mengalami kesulitan hingga usia dewasa. Disleksia jenis ini biasanya
disebabkan oleh turunan melalui gen mereka (hereditary). Hal ini lebih sering
ditemukan pada anak lelaki dibanding anak perempuan.
Þ
Secondary Dyslexiaatau Developmental Dyslexia, disebabkan
oleh perkembangan hormon selama masa perkembangan janin. Disleksia jenis ini
akan berkurang dan membaik dengan sendirinya seiring dengan perkembangan si
anak.
Selain itu disleksia juga dapat berpengaruh pada beberapa fungsi yang
berbeda; Visual Dyslexia,
ditandai dengan kesulitan mengidentifikasi nomer dan huruf (mungkin
terbalik-balik) dan ketidakmampuan untuk menuliskan setiap simbol dengan
berurutan. Auditory Dyslexia melibatkan kemampuan untuk mendengar suara huruf atau kelompok huruf.
Suara dianggap campur aduk dan atau tidak terdengar dengan benar/ sempurna. Disgraphia merupakan
kesulitan yang dihadapi anak saat berusaha memegang dan mengendalikan pensil
sehingga tidak mampu menuliskan apapun dengan benar.
v Diskalkulia
Kekurangan dalam belajar matematika / hitungan ( kesulitan mengerti dan
mengingat konsep angka dan hubungan angka. Diskalkulia terjadi pada kira – kira 3 – 6% populasi.
v Dispraksia
(dyspraxia)
Merupakan ketidakmampuan mengatur gerak, sering bermasalah dengan bahasa
lisan dan tulisan. Penyebab dispraksia berhubungan dengan perkembangan
neuronal. Dispraksia berasal dari kata “Dys” yang artinya tidak mudah atau sulit
dan “praxis” yang artinya bertindak, melakukan. Nama lain Dispraksia adalah
Development Coordination Disorder (DCD), Perceptuo-Motor Dysfunction,
dan Motor Learning Disability. Pada jaman dulu lebih
dikenal dengan nama Clumsy Child Syndrome. Menurut penelitian, gangguan ini
kadang diturunkan dalam keluarga dan gejalanya tumpang tindih dengan gangguan
lain yang mirip misalnya disleksia.
Gejala-gejala Dispraksia diantaranya :
Þ
Pada bayi dispraksia sering
ditandai dengan sedikit atau tidak adanya ocehan. Ketika mulai belajar bicara,
huruf konsonan yang diucapkannya sangat sedikit.
Þ
Pada anak usia 3 – 5 tahun (usia
pra sekolah)
•
Aktivitas motorik yang sangat
tinggi termasuk mengayun-ayunkan kaki dan menghentak-hentakan kaki ketika
duduk, bertepuk tangan atau menari.
•
Tangan mengembang ketika berlari.
•
Kesukaran mengayuh pedal sepeda
roda tiga atau mainan serupa
•
Keterampilan motorik halus yang
jelek, misal sukar memegang pensil atau menggunakan gunting.
•
Kurang melakukan permainan yang
imajinatif
•
Mengalami kesulitan berbahasa
yang terus menerus
•
Respon terbatas pada instruksi
lisan apa saja
•
Terlambat berguling, merangkak,
berjalan
•
Sukar menyesuaikan diri saat
beralih ke makanan padat
•
Sukar melangkah, memanjat,
menyusun puzzle, mempelajari ketrampilan baru secara insting dan lambat
mengembangkan kata-kata
•
Sulit berbicara dengan jelas dan
kesulitan menggerakkan mata sehingga lebih suka menggerakkan kepalanya daripada
menggerakkan matanya
Þ
Pada anak yang lebih besar (usia
sekolah)
•
Kesulitan dalam berkata-kata
maupun mengekspresikan diri.
•
Sebagian anak dispraksia terlalu
sensitif terhadap sentuhan.
•
Sukar mengingat instruksi dan
menyalin tulisan dari papan tulis.
•
Tidak dapat menangkap konsep
seperti : “di bawah”, “di atas”, “di dalam” atau “di luar”.
•
Mengalami kesukaran dalam memakai
baju, menalikan sepatu dan menggunakan garpu atau pisau.
•
Keseimbangan badan yang buruk,
sulit belajar naik sepeda.
•
Kemampuan membaca yang rendah dan
buruk dalam menulis.
•
Sebagian anak dispraksia
mengalami articulatory dyspraxia yang menyebabkan mereka
mengalami kesulitan dalam berbicara dan mengeja.
d)
Anak Delinkuen
Merupakan perkembangan moral yang terganggu yang dapat terjadi karena
sikap orang tua terlalu keras, terlalu menurut atau terlalu khawatir. Setelah periode sekolah delikuen
meningkat pada pertengahan masa remaja (melanggar hukum kriminal). Hasil
penelitian di Indonesia menyebutkan bahwa remaja delinkuen berasal dari
berbagai lapisan masyarakat dan status sosial. Ciri–cirinya antara lain percaya
diri, memberontak, dendam, bermusuhan, curiga, destruktif, impulsif, kurang
kontrol batin. Motif untuk berprilaku nakal antara lain mengikuti ajakan teman,
emosi yang tidak terkontrol, pelarian atau kurang kasih sayang.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Arfinurul.
2010. Perkembangan Emosi pada Remaja.
[tersedia] http://arfinurul.blog.uns.ac.id. (14 Nopember 2012).
Atkinson, L. Rita dkk. 1991. Pengantar Psikologi. Jakarta:
PT Gelar Aksar Pratama.
Billimham, Katherine A.
1982. Developmental Psychology for The Heah Care Professions : Part 1
– Prenatal Through Adolescent Development. Colorado : Westview
Press, Inc.
Bimo Walgito. 2000. Pengantar
Psikologi Umum. Yogyakarta : Yasbit Fakultas Psikologi Universitas Gajah
Mada.
Branca, Albert A. 1965. Psychology
: The Science of Behavior. Boston : Allyn and Bacon, inc.
Dirgagunarsa, Singgih.
1988. Pengantar Psikologi. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung :
Rosdakarya.
F.J. Monks, dkk. 2002. Psikologi
Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Gunarsa, D. 1986. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Jakarta : PT. BK Gunung Mulia
Hardy, Malcolm dan
Heyes, Steve. 1988. Pengantar Psikologi. Jakarta : Erlangga.
Hurlock, B. Elizabeth. 1993. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
1980. Psikologi Perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan.
Edisi ke lima. Jakarta : Erlangga
1997.
Perkembangan Anak : Jilid 1. (Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa
dan Muslichah Z.) Jakarta : Erlangga.
1997.
Perkembangan Anak : Jilid 2 (Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa dan
Muslichah Z.) Jakarta : Erlangga.
1997.
Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
(Alih Bahasa : Istiwidayanti dan Soedjarwo) Jakarta : Erlangga.
Hymovich, Debra P. and
Chamberlin, Robert W. 1980. Child and Family Development : Implications
for Primary Health Care. New York : Mc Graw Hill Book Company.
Jeff and Cindi. 2006.
“Oh Baby, Bond with Me” http:// www.envisagedesign.
com/ohbaby/ index/html (diakses 15 Maret 2006).
Kartini Kartono. 1992. Psikologi
Wanita Jilid 2 : Mengenal Wanita sebagai Ibu dan Nenek. Bandung : CV Mandar
Maju.
Kartono, K. 1979. Psikhologi Anak. Bandung : Alumni
Kasiram, M. 1983. Ilmu
Jiwa Perkembangan. Surabaya : Usaha Nasional.
Monk, dkk. 2002. Psikologi Perkembangan : pengantar dalam
berbagai bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Nugraha,
Ari. 2012. Psikologi Perkembangan.
[tersedia] http://the-arinugraha-centre.blogspot.com. (25
Desember 2012).
Perry, Bruce D. 2001. Bonding
Attachment in Maltreated Children : Consequences of Emotional Neglect in
Childhood. Booklet.
Sarlito Wirawan Sarwono. 2001. Psikologi
Remaja. Jakarta: Radja Grafindo Persada.
.
2002. Psikologi Remaja. Jakarta : PT Remaja Grafindo Persada.
Sujanto, Agus. 1986. Psikologi Deskripsi. Jakarta: Aksara Baru.
Syamsu Yususf, L.N.
2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Tarigan, Rosdiana S.
2006. “11 Perilaku Sulit Si Prasekolah. ” Nakita No. 367/Th VIII/15 April
2006.
Yusuf, S. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Zulkifli, L. 1992. Psikologi Perkembangan. Bandung
: PT Remaja Rosda Karya
No comments:
Post a Comment