Tuesday, October 17, 2017

KARAKTER PESERTA DIDIK

1. Fisik
Aspek Fisik merupakan bagaimana mengenal karakteristik (mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu) peserta didik, dengan Potensi fisik tidak hanya mengacu pada kondisi kesehatan fisik (kondisi kesehatan tubuh) dan keberfungsian anggota tubuh (cacat fisik, atau kemampuan alat indrawi, seperti penglihatan dan kemampuan pendengaran. tetapi juga berhubungan dengan proporsi pertumbuhan dan perkembangan fisik postur tubuh yang dipengaruhi asupan gizi yang dikonsumsi, perkembangan dan keterampilan psikomotorik (kemampuan dalam menggunakan skil aktifitas organ tubuh,) yang berhubungan dengan menurut Howard Gardner (1983) kecerdasan kinestetis.
2. Moral
Moral merupakan aspek perilaku atau sikap yang sering ditunjukkan peserta didik dari ajaran tentang baik, buruk yang diterima umum mengenai sebuah respon tindakan atau perbuatan yang dalam perspektif agama sering kita kenal dengan istilah akhlak, budi pekerti, susila. sebagai contoh prilaku buruk atau mereka sudah bejat, mereka suka minum-minuman keras dan mabuk-mabukan (obat-obatan, zat adiktif), bermain judi, dan bermain perempuan. sedangkan untuk bermoral baik, ditunjukkan perilaku sopan, jujur, patuh, taat, yang untuk budaya timur seperti hormat pada yang tua lewat tutur bahasa yang lembut, menghargai nilai adat istiadat sehingga seseorang bisa dinilai bermoral sudah mulai  menunjukkan atau bahkan sudah menjalankan dengan mempunyai pertimbangan baik buruk dalam perbuatannya baik bagi alam, dirinya, dan orang lain.
3. Spiritual
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonsia, aspek spiritual adalah berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, batin). Kecerdasan spiritual (spiritual quotient;SQ) adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif. Ciri utama dari Kecerdasan Spiritual ini ditunjukkan dengan kesadaran seseorang untuk menggunakan pengalamannya sebagai bentuk penerapan nilai dan makna. Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik akan ditandai dengan kemampuan seseorang untuk bersikap fleksibel dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, mampu menghadapi penderitaan dan rasa sakit, mampu mengambil pelajaran yang berharga dari suatu kegagalan, mampu mewujudkan hidup sesuai dengan visi dan misi, mampu melihat keterkaitan antara berbagai hal, mandiri, serta pada akhirnya membuat seseorang mengerti akan makna hidupnya serta mengaitkan hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh peserta didik
Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek-aspek : (1)Berhubungan dengan sesuatau yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan, (2) Menemukan arti dan tujuan hidup, (3)Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri, (4) Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan yang maha tinggi.
Mempunyai kepercayaan atau keyakinan berarti mempercayai atau mempunyai komitmen terhadap sesuatu, Konsep kepercayaan mempunyai dua pengertian. Pertama kepercayaan didefinisikan sebagai kultur atau budaya dan lembaga keagamaan seperti Islam, Kristen, Budha, dan lain-lain. Kedua, kepercayaan didefinisikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan Ketuhanan, Kekuatan tertinggi, orang yang mempunyai wewenang atau kuasa, sesuatu perasaan yang memberikan alasan tentang keyakinan (belief) dan keyakinan sepenuhnya (action), harapan (hope), Harapan merupakan energi yang bisa memberikan motivasi kepada individu untuk mencapai suatu prestasi dan berorientasi kedepan. Agama adalah sebagai sistem organisasi kepercayaan dan peribadatan dimana seseorang bisa mengungkapkan dengan jelas secara lahiriah mengenai spiritualitasnya. Agama adalah suatu sistem ibadah yang terorganisir atau teratur sehingga dengan aspek spiritual ini baik dalam pengertian sebagai kultur ataupun kekuatan tertinggi, inilah tentunya memberikan perbedaan cara pandang bagaimana kebiasaan dan keyakinan akan dipertahankan sebagai amalan terhadap agama yang dianut peserta didik.
4. Intelektual
Aspek Intelektual disebut juga tingkat kecerdasan peserta didik yang diukur dari kemampuan kognitif dalam menyelesaikan masalah, menalar dan berfikir logika berdasarkan faktual dan empirisnya dengan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan, tingakat pengertian atau kesadaran, terutama yang menyangkut pemikiran dan pemahaman. potensi intelektual sudah pasti berhubungan dengan kecerdasan yaitu prestasi akademik, kecerdasan umum, kemampuan khusus (bakat), dan kreativitas. pengkategorian ini dapat mengacu pada beberapa kecerdasan menurut Howard Gardner (1983) yang dominan pada ruang lingkup kognitif (logika abstrak), seperti Kecerdasan Logika Matematik, visual spasial, linguistik, dan musikal. untuk kecerdasan lainnya seperti interpersonal, intrapersonal, spiritual, dalam bahasan ini menurut hemat penulis di kelompokkan kepada aspek emosional, sosial, spritual telah dan akan diuraikan.
5. Sosial
pada aspek sosial adalah berkenaan dengan kemasyarakatan yang terbentuk melalui proses interaksi dan komunikasi  antara peserta didik dengan lingkungan sosialnya, positifnya perilaku aspek sosial ini dapat diamati bagaimana sifat dan sikap peserta didik adanya kecendrungan peserta didik suka memperhatikan kepentingan umum (suka menolong, menderma, dan sebagainya). atau mungkin bisa saja peserta didik justru cendrung menghindar dari lingkungan sosialnya (seperti senang menyendiri, menyelesaikan pekerjaannya secara individual, tidak banyak komunikasi). kecendrungan Sifat-sifat  kemasyarakatan  yang positiflah yang harus dibtumbuhkembangkan dalam diri peserta didik sehingga tertanam kepedulian sosial yang baik. ini akan membuat peserta didik selalu disukai orang dalam pergaulannya.
6. Emosional
untuk Aspek emosional penulis mengacu pada pendapat menurut Skinner (1977), seorang psikolog Amerika Serikat yang terkenal dengan aliran behaviorisme pandangan, bahwa esensi kematangan emosi melibatkan kontrol emosi yang berarti bahwa seseorang mampu memelihara perasaannya, dapat meredam emosinya, meredam balas dendam dalam kegelisahannya, tidak dapat mengubah moodnya, tidak mudah berubah pendirian. Kematangan emosi juga dapat dikatakan sebagai proses belajar untuk mengembangkan cinta secara sempurna dan luas dimana hal itu menjadikan reaksi pilihan individu sehingga secara otomatis dapat mengubah emosi-emosi yang ada dalam diri manusia (Hwarmstrong, 2005).
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa mengenal karakteristik peserta didik melalui kematangan tingkat reaksi dan pengendalian emosional peserta didik dalam merespon keadaan atau peristiwa yang dialaminya. untuk mengenal beberapa contoh emosi yang sering kita rasakan menurut Daniel goleman dalam bukunya yang berjudul kecerdasan emosional, emosi terbagi menjadi :
Amarah, seperti mengamuk, bengis, benci, jengkel, kesal hati rasa. terganggu, seperti rasa pahit tersinggung merasa hebat dsb.
Kesedihan, seperti pedih, sedih, asa, kalau, depresi berat.
Rasa takut , seperti cemas, takut, gugup, khawatir, waspada, tidak senang,tidak tenang, was was, fobia, dan panik.
Kenikmatan, sepertibahagia, gembira, riangan , puas, terhibur, bangga, takjub, senang sekali, dsb.
Cinta, seperti penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasih.
Terkejut, takjub terpana dsb.
Jengkel hina, jijik, mual, benci, tidak suka, mau muntah dsb,
Malu, rasa salah, malu hati, kesal hati hina, aib, hancur lebur
7. Kultural
Aspel kultural merupakan yang berhubungan dengan kebudayaan, suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Unsur budaya tersebutlah menjadikan karakterisik peserta didik bisa berbeda satu sama yang lainnya. sehingga ketika peserta didik berinteraksi dan berkomunikasi dengan warga di lingkungan sekolahnya perlu menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, sebab mereka memyakini nilai-nilai yang di tanamkan oleh lingkungan keluarga dan masyarakat dimana peserta didik hidup. pengetahuan guru tentang kultur peserta didik bawaan lingkungan keluarga dan masyarakat, apalagi jika peserta didik di sekolah terdiri dari kelomopok masyarakat yang heterogen. maka guru dituntut untuk mampu menyesuaikan atau membawa kedalam kultur belajar kondusif agar kultur bawaannya sehingga membuat peserta didik secara nyaman dan sadar akan mendapatkan kesempatan belajar yang sama terhindar dari diskriminatif.
Dari penjelasan 7 aspek karakteristik yang dijelaskan di atas, apabila dapat di pahami bagi para guru, melalui proses dan tahapan memperoleh data dan fakta dari observasi yang komprehensif terhadap peserta didik, tentunya dapat memberikan masukan bagi guru dalam memetakan; perbedaan  potensi, mengoptimalkan potensi, serta menentukan cara mengatasi kesulitan belajar peserta didik dalam setiap rancangan pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan kondisi yang melibatkan semua peserta didik, tidak diskriminatif, nyaman dan menyenangkan.
Teluk Kuantan, 21 September 2016
Referensi;
  1. https://swdinside.blogspot.co.id/2013/10/pengertian-pedagogik/diakses 19 september 2016
  2. http://m.kompasiana.com/atonimeto/potensi-peserta-didik/ diakses 20 september 2016
  3. https://nezfine.wordpress.com/2010/05/05/pengertian-spiritual/diakses 20 september 2016
  4. https://lp2mkita.wordpress.com/2010/05/04/pengertian-emosi-dan-emosional/21 september 2016
  5. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya diakses 21 september 2016

No comments: