Friday, May 31, 2013

MATERI UJI KOMPREHENSIF BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


A. Keterampilan Berbahasa
1.      Pengertian menyimak adalah proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
2.      Tujuan khusus menyimak oleh Tarigan (1994:56) mengemukakan sebagai berikut: 1) menyimak untuk belajar; 2) menyimak untuk memperoleh keindahan audial; 3) menyimak untuk mengevaluasi; 4) menyimak untuk mengapresiasi simakan; 5) menyimak untuk mengkomunikasikan ide-idenya sendiri; 6) menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi; 7) menyimak untuk memecahkan masalah secara secara kreatif dan analisis; 8) menyimak untuk meyakinkan.
3.      Menyimak merupakan perubahan proses bentuk bunyi menjadi wujud makna. Berbicara merupakan proses perubahan bentuk pikiran/ angan-angan/ perasaan dan sebagainya menjadi wujud bunyi bahasa ujaran. Membaca merupakan proses perubahan tanda/ tulisan menjadi wujud makna. Menulis merupakan proses perubahan bentuk pikiran/ angan-angan/ perasaan dan sebagainya menjadi wujud lambang/ tanda tulis.
4.      a) Narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur. Narasi dapat berisi fakta atau fiksi; b) Deskripsi adalah karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/ keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut; c) Eksposisi adalah karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca; d) Argumentasi adalah karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta sebagai alasan/ bukti; e) Persuasi adalah karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu.
B. Sastra Indonesia
1.      Mitos adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan di anggap suci oleh masyarakatnya; b) Legenda biasanya di artikan cerita rakyat yang berisi tentang terbentuknya (terjadinya ) suatu wilayah; c) Dongeng adalah cerita rakyat yang bersifat khayal , sama sekali tidak pernah terjadi dan hanya bersifat hiburan tetapi di dalamnya mengandung pesan moral , petua dan sindiran.
2.      Dilihat dari bentuknya, sastra terdiri atas 4 bentuk, yaitu: a) Prosa, bentuk sastra yang diuraikan menggunakan bahasa bebas dan panjang tidak terikat oleh aturan-aturan seperti dalam puisi; b) Puisi, bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan habasa yang singkat dan padat serta indah. Untuk puisi lama, selalu terikat oleh kaidah atau aturan tertentu, yaitu : Jumlah baris tiap-tiap baitnya, Jumlah suku kata atau kata dalam tiap-tiap kalimat atau barisnya, Irama, dan Persamaan bunyi kata; c) Prosa liris, bentuk sastra yang disajikan seperti bentuk puisi namun menggunakan bahasa yang bebas terurai seperti pada prosa; d) Drama, yaitu bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang bebas dan panjang, serta disajikan menggunakan dialog atau monolog.
3.      Dilihat dari sejarahnya, sastra terdiri dari 3 bagian, yaitu : a) Kesusastraan Lama, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat lama dalam sejarah bangsa Indonesia. Kesusastraan Lama Indonesia dibagi menjadi: (1) Kesusastraan zaman purba, (2) Kesusastraan zaman Hindu Budha, (3) Kesusastraan zaman Islam, dan (4) Kesusastraan zaman Arab – Melayu. b) Kesusastraan Peralihan, kesusastraan yang hidup di zaman Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Karya-karya Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. c) Kesusastraan Baru, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat baru Indonesia. Kesusastraan Baru mencangkup kesusastraan pada Zaman : (1) Balai Pustaka / Angkatan ’20; (2) Pujangga Baru / Angkatan ’30; (3) Jepang; (4) Angkatan ’45; (5) Angkatan ’66; (6) Mutakhir / Kesusastraan setelah tahun 1966 sampai sekarang.
4.      Unsur Intrinsik karya sastra: a) Tema ialah persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra; b) Amanat ialah pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan di dalam karya sastra; c) Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra; d) Alur disebut juga plot, yaitu rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu kesatuan yang padu bulat dan utuh; e) Latar disebut juga setting, yaitu tempat atau waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Unsur ekstrinsik ialah unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri. Untuk melakukan pendekatan terhadap unsur ekstrinsik, diperlukan bantuan ilmu-ilmu kerabat seperti sosiologi, psikologi, filsafat.
5.      a) Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh; b) Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak; c) Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng; d) Pantun adalah
6.      Karya sastra adalah ungkapan pikiran dan perasaan seseorang pengarang dalam usahanya untuk menghayati kejadian-kejadian yang ada disekitarnya, baik yang dialaminya maupun yang terjadi pada orang lain pada kelompok masyarakatnya. Hasil imajinasi pengarang tersebut dituang ke dalam bentuk karya sastra untuk dihidangkan kepada masyarakat pembaca untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan.
7.      Unsur² intrinsic cerpen mencakup : tema, alur, latar, perwatakan, sudut pandang, dan nilai – nilai yang terkandung didalamnya/ amanat.
8.      a) Kritik sastra adalah ilmu sastra yang berusaha menyelidiki karya sastra dengan langsung menganalisis, memberi pertimbangan baik buruknya karya sastra, bernilai seni/ tidak; b) Apresiasi sastra adalah kegiatan yang bersifat kreatif dalam menggauli karya sastra hingga diperoleh pemahaman, penghayatan, serta kenikmatan dan bermanfaat nilai² sastra yang terkandung dalam sastra; c) Sastra kontekstual adalah sastra yang tidak mengakui keuniversalan nilai² kesastraan.
9.      Kritikus sastra: H.B.Jasin, Sapardi Djoko, Damono, Taufik Ismail.
10.  Sejarah sastra: a) Balai pustaka (1920) tokoh Marah Rusli (Siti Nurbaya), Marari Siregar (Ajab & Sengsara); b) Pujangga Baru (1930) tokoh Sultan Takdir Alisyahbana (Anak Perawan di Sarang Penyamun) lebih condong kedunia barat; c) Angkatan 45 tokoh Idrus (prosa Aki), Chairil Anwar (pusi Aku) lebih banyak cerpen; d) Angkatan 66  s/d sekarang (tentang sosial politik) lebih banyak puisi.
11.  Puisi adalah ekpresi yang konkrit dan bersifat artistic dari pikiran manusia dalam bahasa emosionaldan berirama
12.  Contoh Puisi Perjuangan :   DIPONOGORO (karya : Chairil Anwar)
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyak seratus kali
Pedang di kanan , keris dikiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati

13.  SINOPSIS NOVEL BURUNG TAK BERNAMA KARYA MUSTOFA W. HASYIM

Seorang pensiun jendral yang terus-menerus dihantui oleh rasa bersalah dan dikejar-kejar dosa karena selalu terlibat dalam operasi intelijen dengan sasaran pesantren dan kaum santri memilih menyembunyikan namanya di sebuah dusun terpencil di lereng gunung. Ia menyebut dirinya tanpa nama. Walau begitu desa memberinya nama Ki Wono. Di suatu waktu lelaki itu memejamkan mata ia mencoba mengingat-ingat siapa yang pernah berkata rabuk yuswo. Ia ingat waktu jadi perwira intelijen dan mendapat tugas mengamat-amati malaysia dari sebuah pertambangan minyak di Riau. Dari bayang-bayangan selalu ingat pada masa lalu dia tetap selalu terbayangi atau dihantui oleh masa lalu yang melibatkan dirinya pada sebuah gerakan intelijen.
Suara burung dari ruang belakang tidak ia perhatikan. Ia masih terus ingat perjalanan hidup waktu di dunia intelijen militer dulu. Ada gunung rasa bersalah mau meledak dalam dadakan kepala, ia masih ingat bagaimana kelompok santri terus-menerus menjadi bulan-bulanan operasi intelijen tanpa mereka sadari. Ia tidak mampu mencegah. Juga ketika terjadi berbagai ledakan kerusuhan dengan pelaku para santri di lokasi semua kota dan daerah yang merupakan konsentrasi warga santri. Gerakan kerusuhan yang merebah di pulau Jawa itu sebenarnya mudah ditebak, ingin menghalangi agar kaum santri gagal melakukan konsolidasi ekonomi, sosial dan budaya, juga gagal menentukan agenda kemenangan di masa depan ketika terjadi perubahan besar.
Dengan begitu, masyarakat santri kehilangan tiket untuk berperan menentukan setelah perubahan besar itu terjadi. Bahkan, yang membuat lelaki itu makin sedih dan marah adalah ketika di Jawa Timur dilakukan operasi intelijen dengan target menghalangi munculnya kekuatan politik alternatif dengan basis pesantren. Caranya dengan menggelar operasi ”Nisan Berdupa”. Konkretnya, para kiai dan guru ngaji harus dibunuh di bawah payung gerakan massa membasmi dukun sasntet.
Dengan panjang lebar pangeran itu menjelaskan bagaimana penerapan strategi amangkurat itu di kemudian hari berlangsung dengan cara yang kasar dan cara yang halus. Cara yang kasar dilakukan lewat intrik dengan target mengorbankan mereka. Biasanya mereka dipancing agar marah dan frustasi kemudian dijebak agar masuk dalam blunder politik, baru kemudian dihajar habis-habisan. Kasus pemberontakan yang mengatasnamakan agama itu sebanarnya sudah dicegah jauh-jauh oleh para pemimpin islam senio, tapi kurirnya dihambat atau dihabisi di tengah jalan agar pemberontakan yang ditargetkan oleh pihak-pihak intelijen militer betul-betul meletus.
Ia ingin merubah diri menyamar menjadi petani, memilih memutuskan hubungan dengan dunia lamanya, militer. Meninggalkan istri cantik seorang cucu raja dari kalangan Keraton. Hidup sederhana menurt alam. Padahal rumahnya tak berkepalang besarnya. Sebuah Ndelem yang penuh dengan para abdi yang melayani apa pun kebutuhannya. Ia malu. Dulu ia begitu penuh siasat. Menggelar bermacam-macam operasi. Menentukan hidup mati orang banyak dari pertemuan sekelompoj orang-orang yang (merasa) pintar. Ksus pemberontakan yang mengatasnamakan agama; menghabisi potensi ekonomi kau santri agar kekuatan ekonomi global dapat masuk dan dapat mengobrak-abrik potensi ekonomi kaum santri; mendatangkan barang-barang luar negeri dan menjual dengan harga murah; menghadirkan pasar alternatif bernama supermarket, swalayan, mal, serta supermal dengan mengundang raksasa-raksasa ritel kelas dunia. Kaum santri tersingkir, kehilangan akses pasar, kalah, lelah dan marah. Kemarahan inilah yang kemudian menjadi konflik untuk meledakkan kerusuhan.
Suatu saat ia tersadar kalau semua langkahnya selama ini ternyata didekte oleh berbagai rekomendasi daris ebuah lembaga riset dan lembaga pemikiran strategi. Tenyata yang semula ia sangat sebagai perbuatan demikian penting, negara hanya sekedar kepentingan kelompok-kelompok. Yang telah membuatnya semakin merasa berdosa adalah ketika akar dari semua ini adalah karena menguasai lebih mematuhi perintah dari pusat kekuatan ekonomi global ketimbang pertimabangan mempertimbangkan dan memenuhi aspirasi rakyat sendiri.
Usaha menghilangkan nama dan hidupnya tanpa nama gagal. Ia justru mendapatkan namanya kembali ketika air penduduk dusun dikuasai orang-orang yang berkuasa dari kota. Padahal air seharusnya tidak ada yang memiliki (res nullus). Air merupakan milik bersama umat manusia (res commune), bahkan milik bersama mahluk Tuhan sehingga tidak ada yang boleh memonopoli dan tidak boleh ada yang lemah tak berdaya. Ia ingin membersihkan manusia dari nama-nama yang tidak perlu, nama-nama yang hanya menjadi beban, nama-nama yang semu, nama-nama yang antara bunyi dan maknanya tidak berhubungan langsung dan tidak berpengaruh pada perilaku penyandangnya. Ia ingin hadir di dalam semesta sebagai manusia. Tidak perlu embel-embel. Tidak ada yang menyembah dan menyebut gelar hebatnya yang kosong melompong.
Burung tak bernama dan lelaki yang ingin tak mempunyai nama merasa damai ketika mereka roboh bersama-sama. Ketika darah muncrat dari luka, mereka merasa datangnya ketegangan yang luar biasa. Atas kesepakatan warga dan seizin du istrinya, lelkai bersama burung tak bernama itu dikubur di dekat umbul. Tetap di tempat mereka di temukan berbaring bersama, dengan seulas senyum yang lalu dikenang oleh siapa saja yang pernah melihatnya. Senyum yang damai.
C. PBM
  1. a) Kompetensi adalah kemampuan bersikap berpikir dan bertindak secara konsisten sebagai pewujudan dari pengetahuan sikap dan keterampilan yang memiliki peserta didik; b) Standar kompetensi adalah ukuran kopetansi minimal yang harus dicapai peserta didik setelah mengikuti suatu proses pembelajaran pada suatu pendidikan tertentu; c) Standar kompetensi lulusan adalah kulifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
  2. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan / atau klompok mata pelajaran / tema tertentu yang memcakup standar kopetensi, kopetensi dasar, materi pokok pembelajaran kegiatan pembelajaran indicator pencapaian kopetensi untuk penilan penilaia alokasi waktu dan smbuer belajar.
  3. RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus.
  4. a) Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif; b) Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan; c)
  5. Mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara guru dengan siswa yang sama² aktif melakukan kegiatan.
  6. Kurikulum adalah seperangkat rencana & pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
D. Kebahasaan
  1. Linguistik adalah ilmu bahasa/ tentang bahasa; 3 istilah yang dikenal dan digunakan oleh umum adalah : a) Langageadalah bahasa pada umumnya yang dimiliki manusia; b) Langue adalah bahasa tertentu; c) Parole adalah ujaran/ ucapan.
  2. Tataran ilmu linguistik: a) Fonologi : Ilmu yang mempelajari tentang bunyi; b) Morfologi : ilmu yang mempelajari tentang bentuk, bentuk  kata dan perubahan bentuk kata, serta makna yang muncul akibat perubahan bentuk itu; c) Sintaksis : Ilmu yang mempelajari tentang tata cara kalimat; d) Semantik : Ilmu yang mempelajari tentang makna; e) Etimologi: Ilmu yang mempelajari tentang asal usul kata.
  3. Fungsi bahasa: 1)  Untuk tujuan praktis Yaitu untuk mengadakan antar hubungan dalam pergaulan sehari-hari; 2)  Untuk tujuan artistik Yaitu dimana manusia mengelola bahasa itu dengan cara seindah-indahnya guna pemuasan rasa estetis manusia; 3)  Menjadi kunci mempelajari pengetahuan-pengetahuan lain Yaitu bahasa dapat menjadi kunci untuk mempelajari ilmu pengetahuan; 4)  Tujuan fisikologis Yaitu untuk mempelajari naskah-naskah tua untuk menyelidiki latar belakang sejarah manusia dan lain sebagainya.
  4. Hakekat bahasa: a) bahasa sebagai sistem; b) bahasa sebagai lambang; c) bahasa adalah bunyi; d) bahasa itu bermakna; e) bahasa itu produktif; f) bahasa itu unik; g) bahasa itu universal; h) bahasa itu manusiawi.
  5. a) Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan; b) Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu.
  6. Jenis² linguistik: a) Linguistik umum adalah linguistik yang memberikan ganbaran umum tentang suatu bahasa sehingga menghasilkan teori bahasa yang bersangkutan; b) Linguistik terapan adalah ilmu yang menerapkan hasil penelitian dalam bidang linguistik untuk keperluan praktis.
  7. Penyingkatan kata: a) penghilangan fonem: Aferesis, yaitu penghilangan fonem pada awal kata, contoh: Engkau menjadi kau; Sinkop, yaitu proses penghilangan atau pemenggalan di tengah-tengah kata, contoh: Bahasa           menjadi basa; Apokop, yaitu proses penghilangan fonem yang terletak di akhir kata, contoh: test menjadi tes. b) Kontraksi merupakan suatu bentuk penyingkatan, penyusutan, atau penciutan fonem dalam kata tanpa mengubah makna kata itu sendiri, contoh: Matahari menjadi mentari, Tidak ada menjadi tiada. c) Akronim merupakan suatu bentuk singkatan yang dibentuk oleh huruf-huruf kata. Singkatan ini dapat dibentuk oleh huruf pertama awal kata, suku kata, atau sebagian penggalan kata, atau campuran antara huruf pertama dengan suku kata/ penggalan kata, contoh: depdiknas.
  8. a) Sinonim: persamaan makna kata, contoh: mati-meninggal; b) Antonim: kata yang berlawanan maknanya, contoh: besar-kecil; c) Homonim: dua atau lebih kata yang memiliki bentuk yang sama tetapi memilki makna yang berbeda, homonim yang homograf, contoh: mental-mental(terpelanting), homonim yang homofon, contoh: bank-bang, massa-masa, homofon dan homograf, contoh: bisa-bisa, kali-kali.
  9. a) Kata majemuk adalah sebuah kata yang memiliki makna baru yang tidak merupakan gabungan makna unsurnya-unsurnya, menyatakan bahwa bentuk kumis kucing dengan makna ‘sejenis tumbuhan’ dan mata sapi dengan makna ‘telur yang digoreng tanpa dihancurkan’ adalah kata majemuk; b) Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat “diramalkan’ dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal, contoh: makan bawang: marah, makan tangan: beruntung besar.; c) Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa, contoh: gedung sekolah itu, yang sedang membaca, akan pergi, sakit sekali, kemarin pagi, di halaman.
  10. a) Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. b) Ciri² subjek: kata benda (manusi,barang);  Ciri² predikat: kata kerja; Ciri² objek: yang bisa dipakai subjek.
  11. a) Prefiks (awalan): me-, ber-, be-, per-, ter-, se-, di-, pe-; b) Infiks (akhiran): -an, -kan, -i, -lah, -nya, -kah, -tah, -pun; c) Sufiks (sisipan): er, el, em; d) Preposisi (kata depan yang penulisannya dipisah)
  12. a) Frase: gabungan 2 kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi ke dalam kalimat SPOK; b) Morfem terikat: morfem yang tidak dapat berdiri sendiri, morfem itu berdiri apabila digabung dengan morfem lain. c) Morfem bebas: morfem yang dapat berdiri sendiri dan memilki makna.
  13. a) Fonetik: bunyi bahasa yang tidak dapat membedakan makna; b) Fonemik: bunyi bahasa yang dapat membedakan makna.
  14. Medan makna adalah seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu. Misalnya, nama-nama warna, nama-nama perabot rumah tangga.
  15. Fonem adalah unsur bahasa yang terkecil dan dapat membedakan arti atau makna (Gleason,1961: 9)
  16. Morfem adalah satuan bentuk terkecil dalam sebuah bahasa yang masih memiliki arti dan tidak bisa dibagi menjadi satuan yang lebih kecil lagi
  17. Morfem dibedakan sebagai morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas dapat “berdiri sendiri”, yaitu bisa terdapat sebagai suatu “kata”, sedang morfem terikat tidak terdapat sebagai kata tetapi selalu dirangkaikan dengan satu atau lebih morfem yang lain menjadi satu kata.[3] Contoh: benci, minum, dan satu merupakan morfem bebas, sedangkan ter- dalam tercipta adalah morfem terikat.
  18. Kata adalah kumpulan dari beberapa huruf yang diucapkan & mengandung makna sebagai ungkapan perasaan;
  19. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, a) frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif; b)satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi (Ramlan); c) satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa atau tidak melampaui batas subjek dan predikat. Dengan kata lain, sifatnya tidak produktif (Tarigan);
  20. a) frasa eksosentris merupakan frasa yang salah satu pembentuknya berbentuk preposisi. Misal: di rumah, ke kandang; b)frasa endosentris adalah frasa yang mempunyai induk. Frasa endosentris bisa memiliki induk tunggal (contoh: kucing belang, keong emas, dsb.) atau bisa juga berinduk ganda (biasanya disatukan dengan penghubung, contoh: aku dan dia, ayah atau ibu.
  21. Klausa adalah adalah satuan gramatik yang terdiri dari S P baik disertai O, PEL, dan KET ataupun tidak. Secara ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Unsur inti klausa ialah S dan P. Frasa adalah satuan yang terdiri atas dua kata atau lebih yang menduduki satu fungsi kalimat, contoh:
  22. Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir atau kelompok kata yang diawali huruf kapital dan diakhiri tanda baca, contoh: Aku datang ketika bibi sedang memasak nasi.
  23. Wacana adalah wacana adalah kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa; b) wacana ialah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, biasanya terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian yang satu dengan yang lain.  Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan, dan dapat pula memakai bahasa tulisan.
  24. Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu:
  1. Nomina (kata benda); nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan, misalnya buku, kuda.
  2. Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis, misalnya baca, lari.
  3. Adjektiva (kata sifat); kata yang menjelaskan kata benda, misalnya keras, cepat.
  4. Adverbia (kata keterangan); kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan kata benda, misalnya sekarang, agak.
  5. Pronomina (kata ganti); kata pengganti kata benda, misalnya ia, itu. Orang pertama (kami), Orang kedua (engkau), Orang ketiga (mereka),
  6. Numeralia (kata bilangan); kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukkan urutannya dalam suatu deretan, misalnya satu, kedua.
  7. Kata tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya dapat dibagi menjadi lima subkelompok:
    • preposisi (kata depan) (contoh: dari),
    • konjungsi (kata sambung) - Konjungsi berkoordinasi (dan), Konjungsi subordinat (karena),
    • artikula (kata sandang) (contoh: sang, si) - Umum dalam bahasa Eropa (misalnya the),
    • interjeksi (kata seru) (contoh: wow, wah), dan
Cerpen “Dilarang Menyanyi Di Kamar Mandi” mengisahkan kehidupan masyarakat di sebuah daerah yang padat penduduk. Di dalam cerita tersebut dikisahkan seorang wanita yang sangat disiplin hidupnya. Ia bangun tidur dengan tepat waktu, berangkat dan pulang kerja dengan tepat waktu, makan tepat waktu, sampai mandi pun tepat waktu. Tidak luput setiap mandi, wanita itu selalu menyanyi di kamar mandi. Sebenarnya suara wanita itu tidak terlalu bagus, tetapi karena biasa dilalukan tepat waktu, warga sekitar menjadi tahu kebiasaannya itu.
Kebiasaan menyanyi di kamar mandi ini ternayta menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum lelaki. Tepat setiap waktu si wanita itu mandi, banyak lelaki yang berdiri di balik tembok kamar mandi menikmati indahnya suara wanita yang sedang mandi itu, dengan diiringi suara air yang jatuh membasahi tubuhnya. Mereka membayangkan adegan yang erotis dengan wanita itu. Tentu saja hal ini menjadi masalah besar bagi kaum ibu.
Ibu-ibu di daerah tersebut yang biasa memakai daster dan gulungan rambut di kepala, mendatangi Pak RT dengan sikap geram. Mereka menuntut Pak RT untuk mengambil tindakan tegas terhadap wanita tersebut, agar ia tidak lagi menyanyi di kamar mandi. Permintaan ibu-ibu tersebut pun dipenuhi. Pak RT dengan malu-malu menjelaskan maksud kedatangannya. Wanita itu dapat memaklumi maksud kedatangan Pak RT, dengan penuh pengertian wanita itu menerima usulan Pak RT.
Esok harinya, tidak ada lagi suara serak-serak basah dari kamar mandi. Wanita itu tidak lagi menyanyi, hanya terdengar suara air yang membasahi tubuh. Meski begitu, toh para lelaki di daerah tersebut tetap tidak berhenti menghayalkan adegan seru dengan wanita itu. Tindakan menghentikan wanita itu dari kebiasaannya menyanyi di kamar mandi, ternyata tidak memulihkan kepasifan dalam rumah tangga warga di daerah tersebut. Alhasil ibu-ibu di daerah itu meminta Pak RT mengusir wanita tersebut dari daerah mereka.
Dengan berat hati, Pak RT mengabulkan keinginan ibu-ibu tersebut. Rasa malu menyelimuti wajah Pak RT ketika menemui wanita itu dan menjelaskan maksud kedatangannya itu. Wanita itu dengan seksama mendengarkan penjelasan Pak RT, ia tidak merasa tersinggung dengan penjelasan Pak RT tersebut. Akhirnya dengan kerendahan hatinya ia memutuskan untuk tinggal di Kondominium.
Sehari setelah wanita tersebut pergi, di sebuah teras rumah salah seorang warga, bercakap-cakaplah sepasang suami-istri. Si suami berkata bahwa jam-jam ini, adalah waktunya wanita itu mandi. Ia mandi denganpenuh semangat, suaranya yang seksi selalu mengiringi suara air membasahi tubuhnya yang padat berisi. Si suami tak henti-hentinya berimajinasi tentang wanita itu. Tentunya hal ini membuat si istri marah. Si istri berteriak minta tolong, ternyata teriakannya disambut oleh ibu-ibu lain di daerah itu.
Pak RT menjadi kalang kabut menghadapi persoalan ini. Tindakannya mengusir wanita tersebut dari daerah kekuasaannya ternyata tidak membuahkan hasil. Wanita tersebut memang telah pergi, tetapi imajinasi tentang wanita itu tetap ada dalam benak para lelaki di daerah itu. Pak RT segera mengambil tindakan tegas. Ia memerintahkan para kaum ibu untuk ikut program senam kebahagiaan rumah tangga, dengan tujuan agar para ibu di daerahnya dapat membbahagiakan suami mereka di tempat tidur.Pak RT juga mengeluarkan peraturan baru, yaitu “Dilarang Menyanyi Di Kamar Mandi.“
  1. Pendapat lain mengatakan bahwa perbedaan prosa dan puisi bukan pada bahannya, melainkan pada perbedaan aktivitas kejiwaan. Puisi merupakan hasil aktivitas pemadatan, yaitu proses penciptaan dengan cara menangkap kesan-kesan lalu memadatkannya (kondensasi). Prosa merupakan aktivitas konstruktif, yaitu proses penciptaan dengan cara menyebarkan kesan-kesan dari ingatan (Djoko Pradopo, 1987).
  2. Puisi adalah ekpresi yang kongkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.

No comments: