Istilah wirausaha berasal dari
kata entrepreneur (bahasa Francis) yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris dengan arti between taker atau go-between.
(Buchari, 2006: 20). Menurut Suparman Sumohamijaya istilah wirausaha
sama dengan istilah wiraswasta. Wiraswasta berarti keberanian, keutamaan
dan keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan
hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri (Sumohamijaya, 1980:
115).
Kewirausahaan merujuk pada sifat, watak
dan ciri-ciri yang melekat pada individu yang mempunyai kemauan keras
untuk mewujudkan dan mengembangkan gagasan kreatif dan inovatif yang
dimiliki ke dalam kegiatan yang bernilai. Jiwa dan sikap kewirausahaan
tidak hanya dimiliki oleh usahawan, melainkan pula setiap orang yang
berpikir kreatif dan bertindak inovatif. Kewirausahaan adalah kemampuan
kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk
mencari dan memanfaatkan peluang menuju sukses
Menjadi wirausahawan berarti memiliki
kemauan dan kemampuan menemukan dan mengevaluasi peluang, mengumpulkan
sumber daya yang diperlukan dan bertindak untuk memperoleh keuntungan
dari peluang itu. Mereka berani mengambil risiko yang telah
diperhitungkan dan menyukai tantangan dengan risiko moderat.
Wirausahawan percaya dan teguh pada dirinya dan kemampuannya mengambil
keputusan yang tepat. Kemampuan mengambil keputusan inilah yang
merupakan ciri khas dari wirausahawan.
Karakteristik kewirausahaan menyangkut
tiga dimensi, yakni inovasi, pengambilan risiko dan proaktif. Sifat
inovatif mengacu pada pengembangan produk, jasa atau proses unik yang
meliputi upaya sadar untuk menciptakan tujuan tertentu, memfokuskan
perubahan pada potensi sosial ekonomi organisasi berdasarkan pada
kreativitas dan intuisi individu. Pengambilan risiko mengacu pada
kemauan aktif untuk mengejar peluang. Sedangkan dimensi proaktif
mengacu pada sifat assertif dan implementasi teknik pencarian peluang
“pasar” yang terus-menerus dan bereksperimen untuk mengubah
lingkungannnya.
Jiwa, sikap dan perilaku kewirausahaan
memiliki ciri-ciri yakni: (1) penuh percaya diri, dengan indikator
penuh keyakinan, optimis, disiplin, berkomitmen dan bertanggungjawab;
(2) memiliki inisiatif, dengan indikator penuh energi, cekatan dalam
bertindak dan aktif; (3) memiliki motif berprestasi dengan indikator
berorientasi pada hasil dan berwawasan ke depan; (4) memiliki jiwa
kepemimpinan dengan indikator berani tampil beda, dapat dipercaya dan
tangguh dalam bertindak; dan (5) berani mengambil risiko dengan penuh
perhitungan.
Percaya diri dan keyakinan dijabarkan ke
dalam karakter ketidaktergantungan, individualitas dan optimis. Ciri
kebutuhan akan berprestasi meliputi karakter berorientasi laba,
ketekunan dan ketabahan, tekad dan kerja keras, motivasi yang besar,
energik dan inisiatif. Kemampuan mengambil risiko berarti suka pada
tantangan. Berlaku sebagai pemimpin berarti dapat bergaul dengan orang
lain (bawahan), menanggapi saran dan kritik, inovatif, fleksibel,
punya banyak sumber, serba bisa dan mengetahui banyak. Disamping itu,
wirausahawan mempunyai pandangan ke depan dan perspektif yang maju.
Aksioma yang mendasari proses
kewirausahaan adalah adanya tantangan untuk berpikir kreatif dan
bertindak inovatif sehingga tantangan teratasi dan terpecahkan. Ide
kreatif dan inovatif wirausaha tidak sedikit yang diawali dengan proses
imitasi dan duplikasi, kemudian berkembang menjadi proses pengembangan
dan berujung pada proses penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan
bermakna. Tahap penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan bermakna
inilah yang disebut tahap kewirausahaan.
Menurut Hakim (1998: 34), ada empat
unsur yang membentuk pola dasar kewirausahaan yang benar dan luhur,
yaitu: (1) sikap mental, (2) kepemimpinan,
(3) ketatalaksanaan dan (4) keterampilan. Dengan
demikian, wirausahawan harus memiliki ciri atau sifat tertentu
sehingga dapat disebut wirausahawan. Secara umum, seorang wirausahawan
perlu memiliki ciri percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, berani
mengambil risiko, memiliki jiwa kepemimpinan, orisinalitas dan
berorientasi masa depan.
Dengan demikian, wirausaha dalam konteks
persekolahan adalah seorang pembuat keputusan yang membantu
terbentuknya sistem kegiatan suatu lembaga yang bebas dari keterikatan
lembaga lain. Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi dan kemajuan
dinamika kegiatan di sekolah akan datang dari kepala sekolah yang
memiliki jiwa wirausaha. Wirausaha adalah orang yang mempunyai tenaga
dan keinginan untuk terlibat dalam petualangan inovatif. Wirausaha juga
memiliki kemauan menerima tanggung jawab pribadi dalam mewujudkan
keinginan yang dipilih.
Seorang wirausaha memiliki daya inovasi
yang tinggi, dimana dalam proses inovasinya menunjukkan cara-cara baru
yang lebih baik dalam mengerjakan pekerjaan. Dalam kaitannya dengan
tugas kepala sekolah, kebanyakan di antaranya tidak menyadari keragaman
dan keluasan bidang yang menentukan tindakannya guna memajukan sekolah.
Mencapai kesempurnaan dalam melakukan rencana merupakan sesuatu yang
ideal dalam mengejar tujuan, tetapi bukan merupakan sasaran yang
realistik bagi kebanyakan kepala sekolah yang berjiwa wirausaha. Bagi
kepala sekolah yang realistik hasil yang dapat diterima lebih penting
daripada hasil yang sempurna. Setiap orang termasuk kepala sekolah yang
kreatif dan inovatif adalah individu yang unik dan spesifik.
Kepala sekolah yang memiliki jiwa
wirausaha pada umumnya mempunyai tujuan dan pengharapan tertentu yang
dijabarkan dalam visi, misi, tujuan dan rencana strategis yang
realistik. Realistik berarti tujuan disesuaikan dengan sumber daya
pendukung yang dimiliki. Semakin jelas tujuan yang ditetapkan semakin
besar peluang untuk dapat meraihnya. Dengan demikian, kepala sekolah
yang berjiwa wirausaha harus memiliki tujuan yang jelas dan terukur
dalam mengembangkan sekolah. Untuk mengetahui apakah tujuan tersebut
dapat dicapai maka visi, misi, tujuan dan sasarannya dikembangkan ke
dalam indikator yang lebih terinci dan terukur untuk masing-masing aspek
atau dimensi. Dari indikator tersebut juga dapat dikembangkan menjadi
program dan sub-program yang lebih memudahkan implementasinya dalam
pengembangan sekolah.
Untuk menjadi kepala sekolah yang
berjiwa wirausaha harus menerapkan beberapa hal berikut: (1) berpikir
kreatif -inovatif, (2) mampu membaca arah perkembangan dunia pendidikan,
(3) dapat menunjukkan nilai lebih dari beberapa atau seluruh elemen
sistem persekolahan yang dimiliki, (4) perlu menumbuhkan kerjasama tim,
sikap kepemimpinan, kebersamaan dan hubungan yang solid dengan segenap
warga sekolah, (5) mampu membangun pendekatan personal yang baik dengan
lingkungan sekitar dan tidak cepat berpuas diri dengan apa yang telah
diraih, (6) selalu meng-upgrade ilmu pengetahuan yang dimiliki dan
teknologi yang digunakan untuk meningkatkan kualitas ilmu amaliah dan
amal ilmiahnya, (7) bisa menjawab tantangan masa depan dengan bercermin
pada masa lalu dan masa kini agar mampu mengamalkan konsep manajemen dan
teknologi informasi.
Sementara itu, Murphy & Peck (1980: 8
) menggambarkan delapan anak tangga untuk mencapai puncak karir.
Delapan anak tangga ini dapat pula digunakan oleh seorang kepala
sekolah selaku wirausaha dalam mengembangkan profesinya. Kedelapan
anak tangga yang dimaksud adalah: (1) mau bekerja keras. (2)
bekerjasama dengan orang lain. (3) penampilan yang baik. (4) percaya
diri. (5) pandai membuat keputusan. (6) mau menambah ilmu
pengetahuan. (7) ambisi untuk maju (8) pandai berkomunikasi.
Kemampuan kepala sekolah yang berjiwa
wirausaha dalam berinovasi sangat menentukan keberhasilan sekolah yang
dipimpinnya karena kepala sekolah tersebut mampu menyikapi kebutuhan,
keinginan dan harapan masyarakat akan jasa pendidikan bagi anak-anaknya.
Oleh karena itu, jika Anda ingin sukses memimpin sekolah jadilah
individu yang kreatif dan inovatif dalam mewujudkan potensi kreativitas
yang dimiliki dalam bentuk inovasi yang bernilai.
Sumber:
Disarikan dari : Depdiknas. 2007. Kewirausahaan
Sekolah. materi diklat pembinaan kompetensi calon kepala
sekolah/kepala sekolah). Jakarta.
No comments:
Post a Comment