A.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
permasalahan penelitian ini, tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh
data empiris mengenai variabel yang berhubungan dengan kinerja guru,
kepemimpinan situasional, dan motivasi berprestasi. Secara khusus tujuan
penelitian ini adalah :
1)
Untuk
mengetahui hubungan kepemimpinan situasional dengan kinerja guru SMA Negeri
se-Kabupaten Ciamis.
2)
Untuk
mengetahui hubungan motivasi berprestasi dengan kinerja guru SMA Negeri
se-Kabupaten Ciamis.
3)
Untuk
mengetahui hubungan antara kepemimpinan situasional dan motivasi berprestasi
secara bersama-sama dengan kinerja guru SMA Negeri se-Kabupaten Ciamis.
B.
Metode Penelitian
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan teknik
korelasional. Variabel penelitian meliputi dua variabel bebas yaitu
Kepemimpinan situasional (X1), motivasi berprestasi (X2) dan variable terikat kinerja guru (Y). Hubungan antara variabel
penelitian tersebut dapat digambarkan dalam konstelasi masalah sebagai berikut
:
Variabel bebas (X) Variabel
terikat (Y)
Gambar 1:
Konstelasi Hubungan antara Variabel Penelitian
Keterangan :
Y
= Kinerja
X1 = Kepemimpinan situasional
X2 = Motivasi berprestasi
C. Populasi dan Sampling
Populasi
dalam penelitian ini adalah guru SMA Negeri se-Kabupaten Ciamis berjumlah 329
dari 7 sekolah. Mengenai jumlah guru pada masing-masing sekolah dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel
1 : Jumlah Guru SMA Negeri se-Kabupaten Ciamis, Tahun Pelajaran 2010/2011
NO
|
NAMA
SEKOLAH
|
JUMLAH
GURU
|
1
|
SMA NEGERI 1
|
64
|
2
|
SMA NEGERI 2
|
52
|
3
|
SMA NEGERI 3
|
55
|
4
|
SMA NEGERI 4
|
63
|
5
|
SMA NEGERI 5
|
59
|
6
|
SMA NEGERI 6
|
25
|
7
|
SMA NEGERI 7
|
11
|
JUMLAH
|
329
|
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Suharsimi Arikunto menyatakan:
“Apabila subyeknya kurang dari 100, diambil semua sekaligus sehingga penelitiannya
penelitian populasi. Jika jumlah subyek besar maka diambil 10-15%, atau 20-25% atau lebih”.
Dalam
penelitian ini penulis mengambil 20% dari 329 jumlah guru, yaitu 66 orang.
Adapun teknik pengambilan sampel sejumlah 66 orang tersebut menggunakan teknik proportional
random sampling dengan memperhatikan proporsi jumlah populasi pada
masing-masing sekolah. Tujuan utamanya adalah agar semua populasi terwakili.
Jika pengambilan contoh tidak secara acak, maka tidak dapat dijamin bahwa
keseluruhan populasi dapat terwakili.
Langkah-langkah
yang dilakukan untuk mengambil sampel adalah sebagai berikut : 1) Menetapkan populasi
yaitu seluruh guru pada ketujuh SMA Negeri se-Kabupaten Ciamis, 2) Membuat
nomor untuk jumlah guru sebanyak 329 orang, yaitu dengan cara menulis nomor
urut 1 sampai 329; dan 3) Memilih 66 orang sampel penelitian yang ditetapkan
secara acak dari 329 orang yang ada.
Tabel
2 : Jumlah Sampel Guru SMA Negeri se-Kabupaten Ciamis, Tahun Pelajaran
2010/2011
NO
|
NAMA
SEKOLAH
|
JUMLAH
GURU
|
1
|
SMA NEGERI 1
|
13
|
2
|
SMA NEGERI 2
|
10
|
3
|
SMA NEGERI 3
|
11
|
4
|
SMA NEGERI 4
|
13
|
5
|
SMA NEGERI 5
|
12
|
6
|
SMA NEGERI 6
|
5
|
7
|
SMA NEGERI 7
|
2
|
JUMLAH
|
66
|
D.
Data Kinerja Guru (Y)
Mengenai
data dari hasil penelitian mengenai variabel terikat yaitu Kinerja Guru (Y)
yang dijaring melalui penyebaran kuesioner, dengan jumlah pertanyaan sebanyak
18 butir instrumen dengan penggunaan skala pilihan jawaban skala lima (5 opsi),
mempunyai skor teoretik antara 18 sampai 90. Sedangkan skor empirik menyebar
dari skor terendah 29 sampai dengan skor tertinggi 78, dengan skor total yaitu
4155, rata-rata (M) 62,95. simpangan baku (SD) 7,515, modus (Mo) 65,25 median
(Me) 64,20 dan varians 56,47. Sebaran data variabel kepuasan kerja (Y) sebagai
berikut :
Tabel
3 : Distribusi Frekuensi Skor Kinerja Guru (Y)
NO
|
INTERVAL
KELAS
|
FREKUENSI ABSOLUT
|
FREKUENSI RELATIF
|
1
|
29-35
|
1
|
1,52
|
2
|
36-42
|
1
|
1,52
|
3
|
43-49
|
1
|
1,52
|
4
|
50-56
|
5
|
7,58
|
5
|
57-63
|
22
|
33,33
|
6
|
64-70
|
30
|
45,45
|
7
|
71-78
|
6
|
9,09
|
JUMLAH
|
66
|
100
|
Berdasarkan tabel di atas, dapat disusun histogram
Kinerja Guru (Y) sebagai berikut :
Gambar
1. Histogram Frekuensi Skor Kinerja Guru (Y)
E.
Data Kepemimpinan Situasional (X1)
Data
dari hasil penelitian mengenai variabel bebas pertama yaitu Kepemimpinan
Situasional (X1) yang dijaring melalui penyebaran
kuesioner, dengan jumlah pertanyaan sebanyak 18 butir instrumen dengan
penggunaan skala pilihan jawaban skala lima (5 opsi), mempunyai skor teoretik
antara 18 sampai 90. Sedangkan skor empirik menyebar dari skor terendah 30 sampai
dengan skor tertinggi 78, dengan skor total yaitu 4233, rata-rata (M) 64,14,
simpangan baku (SD) 8,39, modus (Mo) 65,24, median (Me) 64,50 dan varians
70,40.
Sebaran
data variabel Kepemimpinan Situasional (X1) dapat dilihat pada daftar distribusi frekuensi di bawah ini :
Tabel
4 : Distribusi Frekuensi Skor Kepemimpinan Situasional (X1)
NO
|
INTERVAL
KELAS
|
FREKUENSI ABSOLUT
|
FREKUENSI RELATIF
|
1
|
30-36
|
2
|
3,03
|
2
|
37-43
|
9
|
0,00
|
3
|
44-59
|
1
|
1,52
|
4
|
51-57
|
7
|
10,61
|
5
|
58-64
|
23
|
34,85
|
6
|
65-71
|
25
|
37,88
|
7
|
72-78
|
8
|
12,12
|
JUMLAH
|
66
|
100
|
Berdasarkan
tabel di atas, dapat disusun histogram Kepemimpinan Situasional (X1) sebagai berikut :
Gambar
.2. Histogram Frekuensi Skor Kepemimpinan Situasional (X1)
F.
Data Motivasi Berprestasi (X2)
Data
dari hasil penelitian mengenai variabel bebas kedua yaitu Motivasi Berprestasi
(X2) melalui penyebaran kuesioner, dengan jumlah pertanyaan
sebanyak 20 butir instrumen dengan penggunaan skala pilihan jawaban skala lima
(5 opsi), mempunyai skor teoretik antara 20 sampai 100. Sedangkan skor empirik
menyebar dari skor terendah 34 sampai dengan skor tertinggi 82 dengan skor
total yaitu 4625 rata-rata (M) 70,08, simpangan baku (SD) 9,157, modus (Mo)
73,17, median (Me) 71,17 dan varians 83,86 Sebaran data variabel Motivasi
Berprestasi (X2) dapat dilihat pada daftar
distribusi frekuensi di bawah ini :
Tabel
5 : Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Berprestasi (X2)
NO
|
INTERVAL
KELAS
|
FREKUENSI ABSOLUT
|
FREKUENSI RELATIF
|
1
|
34-40
|
1
|
1,52
|
2
|
41-47
|
0
|
0,00
|
3
|
48-54
|
3
|
4,55
|
4
|
55-61
|
2
|
3,03
|
5
|
62-68
|
19
|
28,79
|
6
|
69-75
|
21
|
31,82
|
7
|
76-82
|
20
|
30,30
|
JUMLAH
|
66
|
100
|
Berdasarkan
tabel di atas, dapat disusun histogram Motivasi Berprestasi (X2) sebagai berikut:
Gambar
3. Histogram Frekuensi Skor Motivasi Berprestasi (X2)
Dari
data tersebut dapat direkapitulasi angka statistik dari variable Kinerja Guru
(Y), Kepemimpinan Situasional (X1) dan Motivasi Berprestasi (X2) sebagai berikut :
Tabel
6 : Rangkuman Perhitungan Statistisk Dasar.
STATISTIK
|
KINERJA GURU (Y)
|
KEPEMIMPINAN SITUASIONAL (X1)
|
MOTIVASI BERPERSTASI (X2)
|
Skor Terendah
|
29
|
30
|
34
|
Skor
Tertinggi
|
78
|
48
|
82
|
Rentang Nilai
|
49
|
48
|
48
|
Rata-rata (M)
|
62,95
|
64,14
|
70,08
|
Simpangan
Baku
|
7,51
|
8,39
|
9,15
|
Modus
|
65,25
|
65,24
|
73,17
|
Median
|
64,20
|
64,50
|
71,17
|
Varians
|
56,47
|
70,40
|
83,86
|
G.
Pengujian Hipotesis
Hasil
pengujian persyaratan analisis tersebut menunjukkan bahwa skor setiap variabel
penelitian telah memenuhi syarat untuk dilakukan pengujian statistik lebih
lanjut, yaitu pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian
bertujuan untuk menguji tiga hipotesis yang telah dirumuskan yaitu : (1)
Terdapat hubungan positif antara kepemimpinan situasional dengan kinerja guru
(2) Terdapat hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan kinerja
guru; (3) Terdapat hubungan yang positif secara bersama-sama antara
kepemimpinan situasional dan motivasi berprestasi dengan kinerja guru.
Teknik
statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel
tersebut adalah teknik statistik korelasi product moment dan regresi,
baik secara sederhana dan ganda. Teknik ini digunakan untuk menguji besarnya
kontribusi dari variabel (X) terhadap variabel (Y).
1.
Hubungan antara Kepemimpinan Situasional
(X1) dengan Kinerja (Y)
Hipotesis
pertama dalam penelitian ini berbunyi Terdapat hubungan positif antara
kepemimpinan situasional dengan kinerja guru. Untuk pengujian hipotesis
menggunakan analisis regresi dan korelasi sederhana terhadap dua variabel
kepemimpinan situasional atas kinerja menghasilkan arah regresi b sebesar
0,780 dan konstanta atau a sebesar 12,952. Maka dapat digambarkan bentuk
hubungan antara kedua variabel tersebut oleh persaman regresi Yˆ = 12,952 +
0,780 X1. Selanjutnya untuk mengetahui derajat
keberartian dilakukan Uji F, yang hasilnya dapat dirangkum pada tabel berikut
ini :
Tabel
7 : Daftar untuk Uji Signifikansi dan Linieritas Regresi
Sumber
Varians
|
Dk
|
JK
|
RJK
|
F hitung
|
F tabel
|
|
0,05
|
0,01
|
|||||
Total
|
66
|
265247
|
265247
|
|
|
|
Regresi (a)
Regresi (b/a)
Sisa
|
1
1
64
|
261576,1
2782,579
888,2845
|
261576,1
2782,579
13,880
|
200,482**
|
3,99
|
7,04
|
Tuna Cosok
(k-2)
Galat (n-k)
|
23
41
|
359,84
528,448
|
22,98
12,890
|
1,78ns
|
1,84
|
2,37
|
Keterangan
:
**
= Regresi Sangat Signifikan dimana F hitung (200,482) > F tabel (7,04) pada α = 0,01
ns =
Regresi berbentuk linier (F hitung (1,78) < F tabel (1,84) pada α = 0,05 atau 2,37 pada α
= 0,01
dk
= Derajat Kebebasan
JK = Jumlah Kuadrat
RJK
= Rata-Rata Jumlah Kuadrat
Kesimpulan
:
•
Uji Keberartian Regresi
Dari
tabel harga F hitung = 200,482 lebih dari harga F tabel = 3,99 pada taraf 0,05 dengan dk pembilang 1 dan penyebut 64 (n-2).
Dengan demikian regresi Y atas X1 disimpulkan “koefisien arah regresi
berarti”
• Uji Linieritas
Dari
tabel harga F hitung = 1,78 kurang dari harga F tabel = 1,84 pada taraf 0,05 dengan dk pembilang 23 (k-2) dan penyebut 41
(n-k). Dengan demikian disimpulkan bahwa bentuk regresi Y atas X1 adalah “regresi linier”
Model
hubungan antara variabel supervisi Kepala Sekolah (X1) dengan Kepuasan Kerja (Y) dengan menggunakan model persamaan regresi Yˆ
= 12,952 + 0,780 X1 dapat digambarkan dalam grafik
berikut ini.
|
|
|
Gambar
4 : Garis Regresi Hubungan Antara Kepemimpinan Situasional (X1) dengan Kinerja (Y)
Persamaan
regresi Yˆ = 12,952 + 0,780 X1 tersebut dapat untuk menjelaskan
ramalan (forecasting). Dengan hasil pengujian tersebut, maka dinyatakan
bahwa persamaan regresi Yˆ = 12,952 + 0,780 X1 sangat signifikan dan linier, artinya setiap peningkatan satu skor
supervisi kepala sekolah (X1) akan diikuti oleh kenaikan
kepuasan kerja (Y) sebesar 0,780 dan pada konstanta 12,952.
Tingkat
keeratan hubungan antara Kepemimpinan Situasional (X1) dengan Kinerja (Y) ditunjukkan oleh Koefisien Korelasi (ry1) sebesar 0,870. Selanjutnya dilakukan
uji signifikansi menggunakan uji-t yang hasilnya sebagai berikut :
Tabel
8 : Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Antara Kepemimpinan Situasional (X1) dengan Kinerja (Y).
N
|
Koefisien
Korelasi (ry1)
|
t hitung
|
t tabel
|
|
0,05
|
0,01
|
|||
66
|
0,870
|
14,145**
|
2,00
|
2,66
|
Keterangan
:
**
= Koefisien sangat signifikan t hitung (14,145) > t tabel
(2,66) pada α =
0,01
ry1 =
Korelasi X1 dengan Y
Berdasarkan
tabel 8 tersebut dapat diketahui bahwa koefisien korelasi sangat signifikan.
Hal ini karena t hitung 14,145 > daripada t tabel 2,66 pada α = 0,01 dengan dk = 64.
Maka
dapat dikatakan bahwa hubungan antara Kepemimpianan Situasional (X1) dengan Kinerja Guru (Y) sangat signifikan. Temuan ini menyimpulan
bahwa terdapat hubungan yang positif antara Kepemimpinan Situasional dengan
Kinerja Guru. Berarti makin baik kepemimpinan situasional yang ditunjukkan oleh
Kepala Sekolah kepada guru akan membuat Guru meningkat dalam melaksanakan
pekerjaan, hal ini disebabkan kepemimpinan situasional mampu untuk memecahkan hambatan
yang terjadi dalam hubungan antara pemimpin dengan bawahan atau Kepala Sekolah
dengan guru.
Koefisien
determinasi dari korelasi antara X1 dengan Y
yaitu (ry1)² = 0,580² = 0,758 berarti bahwa
75,8% variasi kinerja (Y) dapat dijelaskan oleh kepemimpinan situasional (X1) melalui regresi Yˆ = 12,952 + 0,780 X1.
Kekuatan
hubungan antara variabel kepemimpinan situasional (X1) dengan Kinerja (Y) apabila dilakukan pengontrolan terhadap Motivasi Berprestasi
(X2), diperoleh koefisien korelasi parsial antara kepemimpinan
situasional (X1) dengan kinerja (Y) sebesar 0,635 Pengujian
signifikansi koefisien korelasi parsial dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel
9 : Uji Signifikansi Koefisien Parsial Antara Kepemimpinan Situasional (X1) dengan Kinerja (Y) dengan mengontrol variabel Motivasi Berprestasi (X2).
N
|
Koefisien Korelasi Parsial (ry1.2)
|
t hitung
|
t tabel
|
|
0,05
|
0,01
|
|||
ry1.2 = 0,635
|
6,531**
|
2,00
|
2,66
|
Keterangan
:
** =
Koefisien korelasi parsial ry1.2 sangat signifikan t hitung (6,531) > t tabel (2,66) pada α = 0,01.
Jadi uji signifikansi koefisien korelasi parsial dapat
disimpulkan bahwa dengan mengontrol Motivasi Berprestasi (X2) tetap terdapat hubungan positif antara Kepemimpinan Situasional (X1) dengan Kinerja (Y).
2.
Hubungan Antara Motivasi Berprestasi
(X2) dengan Kinerja Guru (Y)
Hipotesis
kedua dalam penelitian ini berbunyi Terdapat hubungan positif antara motivasi
berprestasi dengan kinerja guru. Untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan
analisis regresi dan korelasi sederhana terhadap dua variabel motivasi
berprestasi atas kinerja guru menghasilkan arah regresi b sebesar 0,665
dan konstanta atau a sebesar 16,373. Maka dapat digambarkan bentuk
hubungan antara kedua variabel tersebut oleh persaman regresi Yˆ = 16,373 +
0,665 X2. Untuk mengetahui derajat
keberartian dilakukan Uji F, yang hasilnya pada tabel berikut ini :
Tabel
10 : Daftar untuk Uji Signifikansi dan Linieritas Regresi
Sumber
Varians
|
Dk
|
JK
|
RJK
|
F hitung
|
F tabel
|
|
0,05
|
0,01
|
|||||
Total
|
66
|
216724
|
216724
|
|
|
|
Regresi (a)
Regresi (b/a)
Sisa
|
1
1
68
|
261576,1
2409,446
1261,418
|
261576,1
2409,446
19,710
|
122,247**
|
3,99
|
7,04
|
Tuna Cosok
(k-2)
Galat (n-k)
|
24
40
|
438,451
822,967
|
34,290
20,574
|
1,61ns
|
1,79
|
2,29
|
Keterangan
:
**
= Regresi Sangat Signifikan dimana
F hitung (122,247) > F tabel (7,04) pada α= 0,01
Ns = Regresi berbentuk linier F hitung (1,67) < F tabel (1,79) pada α = 0,05
dk
= Derajat Kebebasan
JK
= Jumlah Kuadrat
RJK
= Rata-Rata Jumlah Kuadrat
Dari
tabel analisis varian tersebut diatas maka hasil pengujian signifikansi dan
linieritas dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi Yˆ = 16,373 + 0,665 X2, dengan F hitung (122,247) > F tabel (7,04) pada α= 0,01 dan F hitung
(1,617 < F tabel (1,79) pada α = 0,05 adalah sangat
signifikan dan linier.
Model
hubungan antara variabel Motivasi Berprestasi (X2) dengan Kinerja Guru(Y) dengan menggunakan model persamaan regresi Yˆ =
16,373 + 0,665 X2 dapat digambarkan dalam grafik
berikut ini :
|
|
|
Gambar
5 : Garis Regresi Hubungan Antara Motivasi Berprestasi (X1) Dengan Kinerja Guru (Y) .
Persamaan
regresi Yˆ = 16,373 + 0,665 X2 tersebut dapat untuk menjelaskan ramalan (forecasting) yang
menyatakan bawa peningkatan satu unit Motivasi Presati akan diikuti dengan peningkatan
kinerja guru sebesar 0,665 unit pada konstanta 16,373.
Tingkat
keeratan hubungan antara Motivasi Berprestasi (X2) dengan Kinerja (Y) ditunjukkan oleh Koefisien Korelasi (ry2) sebesar 0,810. Selanjutnya
dilakukan uji signifikansi menggunakan uji-t yang hasilnya sebagai berikut :
Tabel
11: Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Antara Motivasi Berprestasi (X2) dengan Kinerja (Y).
N
|
Koefisien
Korelasi (ry2)
|
t hitung
|
t tabel
|
|
0,05
|
0,01
|
|||
66
|
0,810
|
11,050**
|
2,00
|
2,66
|
Keterangan
:
**
= Koefisien sangat signifikan t hitung (11,050) > t tabel (2,66) pada α = 0,01
ry1 =
Korelasi X2 dengan Y
Berdasarkan
tabel 11 tersebut dapat diketahui bahwa koefisien korelasi sangat signifikan.
Hal ini karena t hitung 11,050 > daripada t tabel 2,66 pada α=0,01 dengan dk = 64.
Maka
dapat dikatakan bahwa hubungan antara Motivasi Berprestasi (X2) dengan Kinerja Guru (Y) sangat signifikan. Temuan ini menyimpulan bahwa
terdapat hubungan yang positif antara Motivasi berprestasi dengan Kinerja Guru.
Berarti makin baik guru dalam berprestasi maka akan membuat guru meningkat
dalam melaksanakan pekerjaan, hal ini disebabkan adanya motivasi berprestasi
merupakan dorongan dari dalam diri guru itu sendiri untuk melakukan pekerjaan
sebaik mungkin untuk mencapai prestasi yang baik seperti kenaikan pangkat,
memperoleh jabatan tambahan.
Koefisien
determinasi dari korelasi antara X2 dengan Y
yaitu (ry2)² = 0,810² = 0,565 berarti bahwa
56,5% variasi kinerja guru (Y) dapat dijelaskan oleh adanya Motivasi
berprestasi (X2) melalui regresi Yˆ = 16,373 + 0,665 X2
Kekuatan
hubungan antara variabel Motivasi Berprestasi (X2) dengan Kinerja (Y) apabila dilakukan pengontrolan terhadap
kepemimpinan situasional (X1), diperoleh koefisien korelasi
parsial antara Motivasi Berprestasi (X2) dengan
kinerja (Y) sebesar ry1.2= 0,3923.
Pengujian
signifikansi koefisien korelasi parsial dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel
12 : Uji Signifikansi Koefisien Parsial Antara Motivasi Berprestasi (X2) dengan Kinerja Guru (Y) dengan mengontrol variabel Kepemimpinan Situasional
(X1).
N
|
Koefisien Korelasi Parsial (ry2.1)
|
t hitung
|
t tabel
|
|
0,05
|
0,01
|
|||
Ry2.1 = 0,3923
|
3,385**
|
2,00
|
2,66
|
Keterangan
:
** =
Koefisien korelasi parsial ry1.2 sangat signifikan t hitung (3,385) > t tabel (2,66) pada α = 0,01.
Jadi
uji signifikansi koefisien korelasi parsial dapat disimpulkan bahwa dengan
mengontrol kepemimpinan situasional (X1) tetap
terdapat hubungan positif antara Motivasi presatsi (X2) dengan kinerja guru (Y).
3. Hubungan Antara Kepemimpinan Situasional (X1) dan Motivasi Berprestasi (X2) Secara Bersama-sama dengan Kinerja Guru (Y)
Hipotesis
ketiga yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan
positif secara bersama-sama antara kepemimpinan situasional dan motivasi
berprestasi dengan kinerja guru. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa makin
baik pelaksanaan kepemimpinan situasional seorang Kepala Sekolah dan makin
tinggi Motivasi berprestasi Guru, maka akan semakin meningkat pula kinerja guru.
Hasil
penghitungan ternyata diperoleh hubungan antara kepemimpinan situasional dan
motivasi berprestasi secara bersama-sama dengan kinerja, hal ini dapat
dinyatakan melalui persamaan regresi Yˆ = 9,197 + 0,552X1 +
0,262X 2.
Untuk
mengetahui derajat keberartian persamaan regresi ganda, dilakukan uji F yang
hasilnya dicantumkan dalam tabel di bawah ini :
Tabel
13 : Daftar Uji Keberartian Regresi Linear Ganda Yˆ = 9,197 + 0,552X1 +
0,262X2.
Sumber
Varians
|
dk
|
JK
|
RJK
|
F hitung
|
F tabel
|
|
α=0,05
|
α=0,01
|
|||||
Total
Regresi
Sisa
|
65
2
63
|
3670,86
2918,49
752,369
|
1459,248
11,942
|
122,121**
|
3,15
|
4,98
|
Keterangan
:
**
= Regresi Sangat Signifikan, F hitung (122,121) > F tabel (4,98) pada α = 0,01
dk = Derajat Kebebasan
JK = Jumlah Kuadrat
RJK
= Rata-rata Jumlah Kuadrat
Berdasarkan
hasil pengujian signifikansi persamaan regresi sebagaimana divantumkan dalam
tabel tersebut di atas, diperoleh F hitung
(122,121) > F tabel (4,98) pada α = 0,01 dengan dk = 63,
maka dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi ganda Yˆ = 9,197 + 0,552X1 +
0,262X2 sangat signifikan, berarti terdapat
hubungan positif antara kepemimpinan situasional (X1) dan motivasi berprestasi (X2) secara
bersama-sama dengan kinerja guru (Y).
Korelasi
ganda antara variabel kepemimpianan situasional (X1) dan motivasi berprestasi (X2) secara
bersama-sama dengan kinerja guru (Y), diperoleh harga koefisien korelasi
sebesar ry1.2= 0,892.
Uji
keberartian koefisien korelasi ganda dengan menggunakan Uji F diperoleh sebesar
F hitung = 122,121. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel
14 : Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda
Cacah Observasi
|
Koefisien
Korelasi (ry1.2)
|
f hitung
|
f tabel
|
|
0,05
|
0,01
|
|||
66
|
0,892
|
122,121**
|
3,15
|
4,98
|
Keterangan
:
** =
Koefisien Korelasi Ganda sangat signifikan F hitung (122,121) > F tabel (4,98) pada α =0,01.
Dari
hasil penghitungan uji signifikansi korelasi ganda diperoleh F hitung (122,121) > F tabel (4,98) pada α = 0,01, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa koefisien korelasi antara kepemimpinan situasional (X1), dan motivasi berprestasi (X2) secara bersama-bersama dengan Kinerja (Y) sangat signifikan, dengan ry1.2=0,892.
Besarnya
koefisien determinasi adalah ry1.2² =0,892² = 0,795. Ini menunjukkan bahwa 79,5% variasi kinerja guru (Y)
dapat dijelaskan oleh kepemimpinan situasional (X1), dan motivasi berprestasi (X2) secara bersama-sama melalui persamaan regresi Yˆ
= 9,197 + 0,552X1+ 0,262X2.
Mengenai
peringkat pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat
dapt dilihat berdasarkan urutan besarnya koefisien korelasi parsial, seperti
berikut :
Tabel
15 : Urutan Peringkat Menurut Besarnya Koefisien Korelasi Parsial.
Nomor
|
Koefisiensi Korelasi Parsial
|
Peringkat
|
1
2
|
ry1.2 = 0,6354
ry2.1 = 0,3923
|
Pertama
Kedua
|
Berdasarkan tabel tersebut ternyata koefisien korelasi
parsial variable kepemimpinan situasional (X1) dengan ry1.2 = 0,6354 merupakan peringkat pertama,
sedangkan koefisien korelasi parsial variabel motivasi berprestasi (X2) dengan ry1.2
= 0,3923
merupakan peringkat kedua.
Ini
berarti kepemimpinan situasional kepala sekolah lebih kuat pengaruhnya daripada
motivasi berprestasi terhadap kinerja guru. Dengan demikian kepemimpinan
situasional lebih dikedepankan untuk mempengaruhi peningkatan kinerja guru,
setelah itu adalah berupa peningkatan motivasi berprestasi.
No comments:
Post a Comment