Dalam konteks kehidupan nyata
istilah kompetisi memiliki kesepadanan makna
dengan kata bertarung atau berhadapan
langsung dengan lawan dalam bertinju, bertanding
sama dengan berhadapan langsung dengan lawan namun tidak bersentuhan
fisik seperti main bulu tangkis.
Berlomba yang berarti adu kebaikan dan
keuatan seperti dalam perlombaan lari atau renang. Istilah berlomba
digunakan pula dalam kompetisi fisik, keterampilan, bahkan
otak, atau kreasi. Di kalangan pelajar terdapat lomba rias, lukis,
membaca, menulis, karya ilmiah dan kreasi yang lain.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, layanan, produk, bahkan
memperebutkan gadis cantik untuk dipinang istilah kompetisi dapat
bermakna bersaing. Bersaing sehat dapat
bermakna adu kekuatan, adu kecepatan, adu
kehandalan, adu keindahan, adu kecanggihan dan adu kelihaian dalam
menggunakan strategi.Dalam bidang produksi dan pelayanan persaingan
bermodalkan keunggulan karena paling praktis, paling efisien, paling
aman, dan memuaskan pelanggan.
Persaingan ini berlangsung setiap saat, setiap orang setiap
masyarakat, setiap bangsa menghabiskan waktu, pikiran, tenaga
mengembangkan inovasi sesuai dengan potensi yang dimilikinya untuk
menjadi yang paling unggul. Unggul berarti memiliki nilai lebih atau
nilai plus yang sering dirumuskan menjadi X karena tidak terduga
banyaknya.
Dalam mengembangkan keunggulan bidang apa pun dalam kehidupan untuk
mendapatkan hal-hal yang terbarukan, memiliki nilai lebih, memiliki
keunikan yang tidak terdapat pada produk lain itulah yang sesungguhnya
bernilai inovasi.
Inovasi memiliki makna “ memperbarui atau mengubah,” atau
“menjadibaru”. Meskipun istilah ini digunakan dalam pengertian yang
sangat luas, namun pada umumnya mengacu pada penciptaan produk yang
lebih baik atau lebih efektif, pada proses, teknologi, atau ide yang
diterima oleh pasar, pemerintah, maupun masyarakat.
Inovasi berbeda dari penemuan atau renovasi dalam inovasi yang
umumnya menandakan perubahan positif yang lebih besar dibandingkan
dengan perubahan inkremental (Wikipedia). Inremental artinya
menghasilkan perubahan yang sedikit demi sedikit yang dilakukan secara
konsisten untuk mewujudkan tujuan.
Sekali pun inovasi menghasilkan perubahan ke arah yang positif dan
lebih besar dari perubahan inkremental, kenyataannya inovasi berproses
melalui perubahan inkremental. Kesalahan bahkan selalu menjadi awal dari
berbagai penemuan baru.
Motor Honda dapat menjadi salah satu model produk inovasi yang tepat.
Dari sejak diluncurkan produk pertama pembaharuan komponennya selalu
dilakukan secara bertahap dan pada bagian yang kecil-kecil sehingga pada
akhirnya jarak perbedaan antara produk pertama dengan yang mutahir
menjadi berbeda jauh. Perubahan yang sedikit-demi sedikit itu selain
memudahkan perawatan karena keterampilan bengkel yang harus berkembang
bertahap, juga pengetahuan dan keterampilan pengguna juga transpormatif
karena keterampilan sebelumnya menjadi landasan pembaharuan.
Inovasi berkembang dalam skala kecil-kecil, perubahannya berproses
secara konsisten, berkelanjutan, selalu menghasilkan produk terbarukan.
Sekolah inovatif adalah satuan pendidikan yang terus-menerus
melakukan pembaharuan dalam merespon perubahan lingkungan. Sekolah
inovatif memiliki kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru untuk
meningkatkan kemampuan lembaganya sehingga adaptif terhadap perubahan
jaman. Daya adaptasi berarti meningkatkan penguasaan pengetahuan dan
keterampilan organisasi secara efektif dalam rangka meningkatkan mutu
lulusan.
Permendiknas Nomor 78 tahun 2009 yang mengatur tentang pengelolaan
dan penyelenggaraan sekolah rintisan bertaraf internasional (RSBI)
menyederhanakan keunggulan itu dengan perlombaan. Target besar
memenangkan lomba internasional, mendapat perhargaan internasional, dan
sertifikat internasional menjadi mimpi buruk sekolah yang baru merangkak
meningkatkan mutu pada level bawah.
Penyederhanaan menjadi kemenangan piala keunggulan akademik dan
nonakademik menjadi petaka karena menyisakan siswa yang kalah loba.
Menyisakan siksa bagi sebagian besar pembina prestasi siswa yang
secara psikologis menderita karena mimpi besar terlalu jauh jaraknya
untuk diraih. Sebagian pembina membaca kemalangan itu sebagai tanda
kekurangmampuan sumber daya.
Makna sekolah berprestasi pada waktu mendatang harus diubah. Lebih
ramah jika diberi makna mampu bersaing sehat secara wajar yang diukur
mulai dari kemampuan belajar. Boleh menang lomba maupun tidak tetapi
kultur bersaing sehat dalam berinovasi pada pengembangan keterampilan
belajar, melek teknologi, melek informasi dan berinovasi untuk
menghasilkan produk belajar.
Sekolah menghasilkan lulusan yang berdaya saing dengan mengoptimalkan
potensi diri dalam mengasah keterampilan fisik, intelektual, imajinsi,
intuisi, dan inovasi dalam berbagai bidang keilmu sesuai bakat,dan
minatnya. Mendayagunakan ciri khas atau potensi daerah yang diramu dalam
daya imajinasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi itu juga tidak
kalah baik.
Menilai sekolah harus menggunakan pendekatan khas sesuai dengan
potensi sekolah dalam mengembangkan ide baru, strategi baru, proses
baru, teknolgi baru, dan hasil terbaru, merupakan objek penilaian yang
bermakna. Hasilnya harus lebih baik daripada yang sudah ada sebelumnya,
itulah prestasi.
Sekolah yang inovatif berarti fokus sentral pengembangannya adalah
pada penciptaan produk yang lebih baik berupa lulusan yang adaptif
terhadap perkembangan lingkungan dalam prespektif internasional.
Pekerjaan utamanya adalah memenuhi kebutuhan mutu sumber daya insani
sesuai peradaban dan keperluan tenaga kerja sesuai dengan perubahan
ekonomi secara global.
Sekolah inovatif adalah sekolah yang pandai mewujudkan tujuan
mengembangkan dan mengasah kompetensi siswa yang sesuai dengan kebutuhan
hidup secara efektif. Sekolah selalu melakukan pembaharuan kompetensi
lulusan, materi pelajaran, proses pembelajaran sehingga menghasilkan
lulusan yang memiliki daya adaptasi terhadap setiap perubahan. Sekolah
inovatif adaptif terhadap perkembangan teknologi menggali ide yang
diterima oleh pasar dan masyarakat luas dalam konteks persaingan yang
ketat.
Daya inovasi sekolah ditunjang dengan kemampuan pendidik, tenaga
kependidikan, dan siswa dalam menguasai informasi, ilmu pengetahuan, dan
keterampilan untuk menghasilakan berbagai hal yang baru. Produk belajar
siswa selalu berubah dari waktu ke waktu menyesuikan dengan
keterampilan yang siswa perlukan untuk hidup. Untuk itu kurikulum selalu
diadaptasikan dengan kebutuhan peningkatan mutu yang diharapkan.
Untuk memelihara proses perubahan itu diperlukan guru-guru yang
berkompeten dalam merancang kurikulum, mengembangkan proses pembelajaran
dan penilaian dan pengembangan kultur sekolah secara menyeluruh. Semua
dikaji berdasarkan kebutuhan pengembangan dan perubahan sesuai dengan
yang diharapkan.
Siklus perubahan berjalan sebagaimana dapat digambarkan dalam diagram
yang menggabarkan model siklus berikut.
Pada diagram siklus di atas terlihat bahwa kemampuan untuk
mendeskripsikan keadaan nyata, keadaan yang diharapkan, peran informasi,
daya itelektual dalam penguasan informasi dan ilmu pengetahuan, serta
menerapkan ilmu pengetahuan dalam memecahkan masalah dengan cara baru
merupakan dasar yang penting dalam mengembangkan inovasi.
Menurut Giles dan Hargreaves (2006) dalam bunga rampai How
School Principals Sustain Success Over Time yang menyatakan bahwa
dalam inovasi sekolah dalam membangun keberhasilan dalam jangka panjang
berbeda dengan membangun keberhasilan sekolah dalam jangka pendek.
Daya tahan jangka pendek (transien) sering harus dipaksakan secara
eksternal untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan keberhasilan melalui
proses jangka panjang berkembang melalui pertumbuhan kapasitas
organisasi dan individu warga sekolah secara progresif dan inovatif,
yang memadukan dengan hasil studi literatur yang mendalam tentang
keberlanjutan pembaharuan dari waktu ke waktu (Giles dan Hargreaves
2006).
Sumber daya kritis dalam meningkatkan inovasi sekolah adalah
bagaimana meningkatkan kapabelitas warga sekolah dalam menguasai
inovormasi, menguasai dan menggunakan ilmu pengetahuan, dan
mengembangkan inisiatif untuk medapatkan ide-ide baru yang dapat
mengoptimalkan siswa belajar sesuai perkembangan peradaban.
Dalam era ekonomi digital saat ini, sekolah sebagai tempat siswa
dapat belajar seyogyanya menghasilkan lulusan yang menguasi sejumlah
kemahiran mengelola informasi, ilmu pengetahuan dan inovasi. Dalam
konteks itu pendidik perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk
memfasilitasi siswa belajar, menguasai keterampilan belajar,
keterampilan mengelola informasi, menguasai ilmu pengetahuan, dan
mengasah keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan hidup dalam
prespektif perkembangan ekonomi nasional maupun internasional.
Peningkatan pemahaman dan keterampilan pendidik memerlukan standar
pengorganisasian sekolah dan pengelolaan akademik yang ketat. Dalam
menjamin terpenuhinya standar maka sekolah perlu meningkatkan
kewirausahaan agar dapat memilih pengetahuan dan keterampilan utama
yang perlu siswa kuasai serta menentukan ukuran-ukuran keberhasilnya.
Pengorganisasian yang paling dibutuhkan adalah meningkatkan mutu
pendidik agar dapat meningkatkan pengetahuan dan mengasah keterampilan
mengajar yang lebih efektif. Mengasah keterampilan yang selalu
terbarukan yang adaptif dengan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi, menguasai bahasa Inggris sebagai bahasa ilmu pengetahuan
merupakan syarat mutlak dalam mengembangkan daya inovasi.
Sekolah inovatif dapat diwujudkan jika sekolah menjadi organisasi
pembelajar. Kepala sekolah, guru, siswa bergerak dinamis beradaptasi
dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, sosial, dan
peradaban secara umum dalam prespektif internasional. Meningkatkan
keterampilan baru seperti warga sekolah di mana pun belajar.
Referensi:
- David Knights and Darren Mccabe, 2003. Organization and innovation: guru schemes and American dreams, David Knights and Darren McCabe. England
- Edward Sallis, 2005. Total Quality Management in Education, Third Edition, Taylor & Francis e-Library, UK-USA.
- Tim Harford .2011, Why Success Always Start with Failure. Farrar, Straus and Giroux, New York
- http://en.wikipedia.org/wiki/Innovation
- Hubert Saint-Onge and Charles Armstrong, 2004. The Conductive Organization Building Beyond Sustainability: Copyright , Elsevier Inc
No comments:
Post a Comment