(Telaah
analisis disusun sebagai upaya dalam
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kajian Paradigma Ilmu, Sosial dan
Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Galuh)
Oleh : Ari Nugraha, S.Pd.
Paradigma menurut kamus Ilmiah
Populer karangan : Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry menjelaskan bahwa
paradigma memiliki pengertian sebagai berikut :
Paradigma
sama dengan pengertian kata contoh, tasrif, teladan, pedoman dan dipakai untuk
menunjukkan gugusan sistem pemikiran yakni sebuah bentuk kasus dengan pola
pemecahannnya atau dikenal dengan istilah lain yaitu Paradigmatis artinya :
secara paradigma atau berkenaan dengan paradigma.
Contoh :
I. Pengertian
Paradigma Definisi
Definisi
disebut perumusan singkat, padat, jelas dan tepat, yang menerangkan “apa
sebenarnya suatu hal itu” sehingga dengan jelas dapat dimengerti dan dibedakan
dari semua hal lain. Jenis definisi ini biasanya dibedakan menjadi dua macam
definisi, yaitu definisi nominal dan definisi riel.
a.
Definisi
nominal hanyalah menerangkan arti “nama istilah tertentu” dan berguna untuk
memberi petunjuk tentang arti kata dan mencegah kesalahpahaman;
b.
Definisi
riel menerangkan apa sebenarnya barang tertentu itu, dengan menunjukkan
realitas atau hakikat barang itu sendiri.
II. Pengertian
Paradigma Sosial
Empat
macam karakteristik pada ilmu kemasyarakatan (social), atau selalu peduli pada
kepentingan umum yaitu :
1. Ontology : mengutamakan
penyelidikan (investigasi) pada setiap peristiwa-peristiwa adat serta bentuk
keadaan yang dapat diamatidan dinilai lewat kaca mata ilmiah bahwa apakah
realita dapat berdiri sendiri atau berada dalam pemikiran kita saja;
2. Epistemologi : Teori atau
dasar pengetahuan-pengetahuan cabang dari filsafat yang menyelidiki
sumber-sumber serta kebenaran pengetahuan tentang bagaimana mengerti dunia dan
bagaimana mempelajari realita tersebut.
3. Human Nature : Mempelajari
hubungan antara manusia dan sesame manusia bahwa apakah tingkah laku manusia
dapat dipastikan atau tidak;
4. Metodologi : Gabungan dari
ontological, epistomologi, dan human nature yang berisi strategi untuk
melakukan penelitian tersebut.
Dari keempat sifat dasar ilmu social
tersebut di atas, dipecah berdasarkan dua pandangan yaitu sudut pandang subjektif
dan objektif, berikut penjelasannya:
a.
Sudut Pandang Subjektif
1. Nominalisme : teori yang
mengatakan bahwa universals atau kata-kata umum hanya merupakan nama dan tidak
menunjukkan benda riil dan objektif, semua yang ada adalah particulars. Asumsi
bahwa realitas social adalah relative dan dunia social di luar individu terbuat
dari sekedar nama, konsep, label, yang membantu seseorang untuk membayangkan
suatu kenyataan;
2. Anti –positivisme : Mencari di
dunia social yang relative dan hanya bisa dimengerti dari sudut pandang
individu;
3. Voluntarisme : Suatu
pandangan, bahwa kemauan adalah fungsi jiwa yang terpenting berpandangan bahwa
seseorang berpikir secara otomatis dan bebas;
4. Ideografis : gambaran tentang
angan-angan atau pikiran, berdasar pada pandangan bahwa seseorang membuat,
mengubah, dan mengerti dunia dengan mencari ilmu dengan investigasi secara
subyektif.
b.
Sudut Pandang Objektif
1. Realisme : kepatuhan kepada
fakta, kepada apa yang tampak dan terjadi bukan kepada yang diharapkan dan
diinginkan, anggapan bahwa benda-benda yang kita rasakan dengan indera kita itu
ada tanpa bersandar pada pikiran kita atau walaupun kita tanpa disadarinya.
Asumsi bahwa dunia social di luar individu adalah dunia nyata yang terbentuk
dari sesuatu yang keras, tidak berubah dan nyata;
2. Positivisme : anggapan bahwa
yang berarti itu hanya proposisi analitik yang dapat dibuktikan kebenarannya
secara empiris (pengalaman);
3. Determinisme : pandangan bahwa
pilihan manusia itu dikuasai oleh kondisi sebelumnya. Seluruh alam termasuk
manusia merupakan rangkaian yang tak terputuskan dari sebab dan akibat;
4. Nomotetik : berpandangan bahwa
dengan menekankan pentingnya riset berprotokol dan sistematika yang baik untuk
menganalisa hubungan dan keunikan antar elemen. Menggunakan tes kuantitatif
seperti survey dan tes kepribadian.
Seseorang dapat memahami batasan dari
debat sosiologi dengan memetakan teori pada peta 2x2 dengan subjektif –
objektif pada satu dimensi dan regulasi-perubahan pada dimensi lainnya. Setiap
kuadran merepresentasikan paradigm dalam sosiologi. Kebanyakan pengamat
sosiologi berada dalam 1 paradigma saja.
Subjektive Objective
Radial
Change
|
Regulation
Paradigma Fungsional
Paradigma
ini adalah yang paling cocok untuk digunakan dalam organisasi. Fungsional
memberikan penjelasan rasional dalam urusan sumber daya manusia. Hubungan antar
manusia konkret, dapat diidentifikasi dan diukur.
Paradigma Interpretive
Paradigma
ini mencoba untuk menerangkan kebiasaan dari sudut pandang individual.
Paradigma Humanis Radikal
Pandangan
ini memperlihatkan bahwa kesadaran manusia didominasi oleh ideologi tempat ia berada dan menghalanginya mencapai
kesadaran diri sendiri. Kebanyakan paradigm ini menjurus ke anti – organisasi.
Paradigma Radikal Struktural
Mereka
yang berada dalam paradigm ini percaya bahwa perubahan radikal berada dalam
karakteristik struktur kemasyarakatan. Seringkali muncul ketika ada krisis
politik dan ekonomi.
III.
Paradigma Penelitian
A. Pengertian
Penelitian
Kata
penelitian dalam bahasa inggris “research” memiliki berbagai macam ragam
penelitian yang dapat dilakukan. Antara lain hal ini bergantung pada tujuan,
pendekatan, bidang ilmu, tempat dan sebagainya (Suharsimi A. : Prosedur
Penelitian, 1998).
1. Penelitian ditinjau dari
tujuan :
Ø Penelitian eksploratif yakni
sebab-sebab atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu;
Ø Penelitian operasi “operation research” yaitu mengadakan
percobaan dan penyempurnaan, mencoba meningkatkan mutu dalam skala kecil, dan
kalau ternyata hasilnya lebih baik lalu dikenakan dalam skala luas. Seksi ini
disebut Research and Development (R & D) penelitian dan pengembangan dan
termasuk “operation research”;
Ø Penelitian yang bertujuan
untuk mengecek kebenaran hasil penelitian lain inilah yang diberi nama
penelitian Verifikatif;
Ø Penelitian kebijakan, yakni
hasil yang diperoleh dari pengolahan data digunakan untuk menentukan kebijakan.
2. Penelitian ditinjau dari
pendekatan
Ø Pendekatan longitudinal
(bujur), peneliti mencatat kemampuan berpikir sejak anak duduk di kelas I
berturut-turut setiap tahun perkembangan dicatat yaitu dikelas II, III, IV, V
dan VI.
Ø Pendekatan Cross-sectional
(pendekatan silang), yaitu peneliti mengadakan pencatatan tentang perkembangan
berpikir anak-anak SD secara serentak yaitu kelas I s.d. VI.
3.
Penelitian
ditinjau dari bidang ilmu yaitu berkenaan dengan jenis spesialisasi dan
interest. Ragam penelitian ditinjau dari bidangnya : penelitian terhadap
pendidikan, keteknikan, ruang angkasa, pertanian, perbankan, kedokteran, dsb.
4.
Penelitian
ditinjau dari tempatnya, selain penelitian di laboratorium, penelitian
diperpustakaan , penelitian yang paling banyak dilakukan adalah penelitian
kancah atau penelitian lapangan.
5.
Penelitian
ditinjau dari hadirnya variable adalah hal-hal yang menjadi objek penelitian,
yang ditatap dalam suatu kegiatan penelitian yang menunjukkan variasi baik
secara kuantitatif maupun kualitatif.
B. Pengertian
Paradigma Penelitian
Paradigma
penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang
peneliti terhadap fakta kehidupan social dan perlakuan peneliti terhadap ilmu
atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami
suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah
penelitian (Guba & Lincoln, 1988 : 89 – 115). Secara umum, paradigma
penelitian diklasifikasikan dalam dua
kelompok yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif (Indiantoro
& Supomo, 1999 : 12 – 13). Masing-masing paradigma atau pendekatan ini
mempunyai kelebihan dan juga kelemahan, sehingga untuk menentukan pendekatan
atau paradigma yang akan digunakan dalam melakukan penelitian tergantung pada
beberapa hal diantarannya :
1.
Jika
ingin melakukan suatu penelitian yang lebih rinci yang menekankan pada aspek
detail yang kritis dan menggunakan cara studi kasus, maka pendekatan yang
sebaiknya dipakai adalah paradigma kualitatif. Jika penelitian yang dilakukan
untuk mendapat kesimpulan umum dan hasil penelitian didasarkan pada pengujian
secara empiris, maka sebaiknya digunakan paradigma kuantitatif;
2.
Jika
penelitian ingin menjawab pertanyaan yang penerapannya luas dengan objek
penelitian yang banyak, maka paradigma kuantitatif yang lebih tepat, dan jika
penelitian ingin menjawab pertanyaan yang mendalam dan detail khusus untuk satu
objek penelitian saja, maka pendekatan naturalis lebih baik digunakan.
No comments:
Post a Comment