A. Peranan
Pendidikan dalam Era Globalisasi
Usaha mengembangkan
kualitas sumber daya manusia menjadi semakin penting bagi setiap bangsa
dalam menghadapi era persaingan global. Tanpa sumber daya manusia yang
berkualitas, suatu bangsa pasti akan tertinggal dari bangsa lain dalam
percaturan dan persaingan kehidupan dunia internasional yang semakin
kompetitif.
Pengembangan sumber daya
manusia Indonesia yang berkualitas menjadi tanggung jawab pendidikan
nasional, terutama dalam mempersiapkan peserta didik untuk menjadi
subjek yang memiliki peran penting dalam menampilkan dirinya sebagai
manusia yang tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional pada bidangnya
(Mulyasa, 2002:3). Berkenaan dengan upaya pengembangan sumber daya
manusia Indonesia, Depdiknas sebagai institusi yang bertanggung jawab
dalam bidang pendidikan nasional telah mengembangkan visi insan
Indonesia yang cerdas dan kreatif dan misi mewujudkan
pendidikan yang mampu membangun insan Indonesia cerdas dan
kompetitif dengan adil, bermutu, dan relevan untuk kebutuhan masyarakat
global (www. ktsp.diknas.co.id/ktsp sd/ppt3). Visi dan misi
tersebut selanjutnya dijadikan kerangka acuan dalam melakukan
pembaharuan sistem pendidikan nasional.
B. Masalah-masalah
Pendidikan di Indonesia
Upaya untuk mewujudkan
visi dan misi tersebut mengalami kesulitan jika berbagai masalah dalam
proses pendidikan muncul. Masalah dapat diartikan sebagai kesenjangan
antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Jika apa yang
terjadi atau yang tercapai dalam pendidikan tidak seperti yang
diharapkan maka masalah pendidikan telah terjadi.
Masalah-masalah
pendidikan di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu: masalah
partisipasi/kesempatan memperoleh pendidikan, masalah efisiensi, masalah
efektivitas, dan masalah relevansi pendidikan (Redja Mudyahardjo, 2001: 496)
a.
Masalah partisipasi pendidikan
Masalah
partisipasi atau kesempatan memperoleh pendidikan adalah rasio atau
perbandingan antara masukan pendidikan (raw input) atau jumlah
penduduk yang tertampung dalam satuan-satuan pendidikan. Keberadaan
masalah ini dapat diketahui dari individu-individu yang mestinya menjadi
peserta didik pada satuan pendidikan tertentu tetapi kenyataannya tidak
demikian. Misalnya saja di berbagai daerah masih banyak anak-anak yang
mestinya menjadi peserta didik pada satuan pendidikan TK tetapi belum
menjadi bagian dari satuan pendidikan tersebut. Hal demikian tentunya
akan menimbulkan masalah pada saat mereka masuk sekolah dasar. Demikian
juga banyaknya individu lulusan SMA yang tidak melanjutkan pendidikannya
pada perguruan tinggi. Untuk bekerja mereka belum memiliki bekal yang
mamadai.
b. Masalah efisiensi pendidikan
Masalah
efisiensi pendidikan berkenaan dengan proses pengubahan atau
transformasi masukan produk (raw input) menjadi produk (output). Salah
satu cara menentukan mutu transformasi pendidikan adalah mengitung besar
kecilnya penghamburan pendidikian (educational wastage), dalam arti
mengitung jumlah murid/mahasiswa/peserta didik yang putus
sekolah, meng-ulang atau selesai tidak tepat waktu.
Jika peserta
didik sebenarnya memiliki potensi yang memadai tetapi mereka tidak naik
kelas, putus sekolah, tidak lulus berarti ada masalah dalam efisiensi
pendidikan. Masalah efisiensi pendidikan juga terjadi di perguruan
tinggi. Masalah tersebut dapat diketahui dari adanya para mahasiswa yang
sebenarnya potensial tetapi putus kuliah dan gagal menyelesaikan
pendidikannya pada waktu yang tepat.
c. Masalah efektivitas pendidikan
Masalah
efektivitas pendidikan berkenaan dengan rasio antara tujuan pendidian
dengan dengan hasil pendidikan (output), artinya sejauh mana tingkat
kesesuaian antara apa yang diharapkan dengan apa yang dihasilkan, baik
dalam hal kuantitas maupun kualitas. Pendidikan merupakan proses yang
bersifat teleologis, yaitu diarahkan pada tujuan tertentu, yaitu berupa
kualifikasi ideal. Jika peserta didik telah menyelesaikan pendidikannya
namun belum menunjukkan kemampuan dan karakteristik sesuai dengan
kualifiksi yang diharapkan berarti adalah masalah efektivitas
pendidikan.
d. Masalah relevansi pendidikan
Masalah ini
berkenaan dengan rasio antara tamatan yang dihasilkan satuan pendidikan
dengan yang diharapkan satuan pendidikan di atasnya atau indtitusi yang
membutuhkan tenaga kerja, baik secara kuantitatif maupun secara
kualitatif.
Masalah
relevansi terlihat dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan
tertentu yang tidak siap secara kemampuan kognitif dan teknikal untuk
melanjutkan ke satuan pendidikan di atasnya. Masalah relevansi juga
dapat diketahui dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu,
yaitu sekolah kejuruan dan pendidikan tinggi yang belum atau bahkan
tidak siap untuk bekerja
C. Fakta
dan Penyebab Masalah Pendidikan di Indonesia
1. Fakta
adanya masalah efisiensi, efektivitas, dan relevansi pendidikan
Dari ke empat
masalah pendidikan sebagaimana disebutkan di atas, hanya masalah
partisipasi yang sekarang mengecil. Hal ini disebabkan karena semakin
meningkatnya warga masyarakat akan pentingnya pendidikan dan semakin
banyaknya satuan-satuan pendidikan yang didirikan untuk memenuhi
kebutuhan akan pendidikan. Sedangkan ketiga masalah pendidikan
berikutnya, yaitu masalah efisiensi, efektivitas, dan relevansi sampai
sekarang masih terjadi dan ada kecenderungan bahwa masalah-masalah
pendidikan tersebut semakin besar. Ketiga masalah pendidikan tersebut
tidak saling terpisahkan. Masalah efiseinsi berpeluang menimbulkan
masalah efektivitas, dan selanjutnya berpeluang pula menimbulkan masalah
relevansi.
Masalah
pendidikan di Indonesia merupakan masalah yang serius. Bukti untuk hal
itu dapat disimak dari peringkat Human Development Index (HDI) yang
dipantau oleh UNDP yang menunjukkan kualitas pendidikan di Indonesia
dari tahun 1996 bearada pada eringkat 102 dari 174 negara, tahun 1999
peringkat 105 dari 174 negara, dan tahun 2000 peringkat 109 dari 174
negara dan dalam prestasi belajar yang dipantau oleh IAEA (International
Association for the Evaluation of Educational Achievement) di
bidang kemampuan membaca siswa SD, Indonesia berada pada urutan ke-26
dari 27 negara; kemampuan matematika siswa SLTP berada di
urutan 34 dari 38 negara; kemampuan bidang IPA siswa SLTP berada pada
urutan ke 32 dari 38 negara (T. Raka Joni, 2005).
2. Faktor
penyebab terjadinya masalah pendidikan di Indonesia
Masalah
efisiensi pendidikan dapat terjadi karena berbagai faktor, yaitu tenaga
kependidikan, peserta didik, kurikulum, program belajar dan
pembelajaran, sarana/prasarana pendidikan, dan suasana sosial budaya.
Demikian pula masalah efektivitas pendidikan juga dapat terjadi karena
faktor tenaga kependidikan, peserta didik, kurukulum, program belajar
dan pembelajaran, serta sarana/prasarana pendidikan.
Masalah
relevansi pendidikan berhubungan dengan : tuntutan satuan pendidikan
yang lebih atas yang terus meningkat dalam upaya mencapai pendidikan
yang lebih berkualitas, aspirasi dan tuntutan masyarakat yang terus
meningkat dalam upaya mencapai kehidupan yang berkualitas, ketersediaan
lapangan pekerjaan di masyarakat. Kesenjangan terjadi jika
komponen-komponen sistem pendidikan yang telah disebutkan di atas tidak
mampu memenuhi tuntutan dan aspiranya yang ada.
D. Solusi
untuk Mengatasi Masalah Pendidikan di Indonesia dari Perspektif
Manajemen Pendidikan
1. Tenaga Kependidikan sebagai figur utama proses
pendidikan
Masalah yang terjadi
dalam dunia pendidikan merupakan masalah yang sangat mendesak untuk
mendapatkan pemecahan. Sebab jika masalah tersebut dibiarkan agar lahir
generasi-genarasi penerus yang yang tidak bisa diandalkan untuk
menghadapi kompetisi global. Jika hal demikian betul-betul terjadi maka
bangsa Indonesia akan semakin terpuruk.
Upaya memecahkan masalah
pendidikan hendaknya dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem.
Dengan pendekatan ini pendidikan dipandang sebagai suatu sistem, suatu
kesatuan yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan
untuk mencapai suatu tujuan. Dari berbagai komponen system pendidikan,
yaitu : peserta didik (raw input), instrumental inpu,t
termasuk di dalamnya tenaga kependidkian, dan environmental input,
dari perspektif manajemen pendidikan komponen tenaga kependidikan
merupakan komponen yang penting untuk dibahas.
Sampai sekarang dan juga
untuk waktu-waktu yang akan datang figur tenaga kependidikan, termasuk
para guru, kepala sekolah, dosen, dan pimpinan perguruan tinggi
merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan meskipun
konsep yang dianut sekarang adalah pendidikan berpusat pada peserta
didik. Fakta menunjukkan bahwa meskipun raw input berkualitas
tetapi jika ada masalah pada tenaga kependidikan, baik secara kuantitas
maupun kualitas akan menyebabkan rendahnya kualitas output .
Kenyataan sebagaimana
tersebut di atas juga dipertegas dengan adanya fakta bahwa untuk menilai
tingkat kelayakan atau kualitas institusi pendidikan salah satu
komponen penting yang dijadikan sasaran adalah komponen tenaga
kependidikan baik dari segi kuantitas dan terutama dari segi kualitas.
2.
Tenaga kependidikan sebagai manajer pendidikan
Tenaga kependidikan,
terutama kepala sekolah atau pimpinan institusi pendidikan merupakan
manajer-manajer pendidikan. Sebagai manajer pendidikan tugas utama
mereka adalah mengupayakan agar kegiatan pendidikan dapat menghasilkan
tujuan-tujuan pendidikan secara efektif dan efisien, melalui proses
yaitu manajemen pendidikan.
Menurut Terry (Ngalim
Purwanto, 2006: 7), manajemen adalah suatu proses tertentu yang terdiri
atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan, yang
dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainnya. Jika
proses tersebut dilakukan dalam bidang pendidikan dan untuk mencapai
tujuan-tujuan pendidikan maka disebut sebagai manajemen pendidikan.
Manajemen merupakan inti
dari administrasi (Ngalim Purwanto, 2006: 8). Sedangkan administrasi
pendidikan adalah proses pengerahan dan pengintegrasian segala sesuatu,
baik personil, spiritual, maupun matrial, yang bersangkuta paut dengan
pencapaian tujuan pendidikan (Ngalim Purwanto, 2006: 3). Dengan demikian
setiap tenaga kependidikan berperanan sebagai administrator. Dan
sebagai administrator dirinya harus mampu berperan sebagai manajer
pendidikan.
Dari perspektif manajemen
pendidikan, masalah-masalah pendidikan dapat terjadi jika tenaga
kependidikan tidak mampu menjalankan perannya dengan baik sebagai
manajer pendidikan. Sebagai manajer pendidikan setiap
tenaga kependidikan terlebih lagi untuk setiap pemimpin institusi
pendidikan harus mengembangkan kemahiran dasar yang oleh Rex F. Harlow
(Sarwoto, 1998: 47) dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a.
Kemahiran teknis (technical
skill) yang cukup untuk melakukan upaya dari tugas khusus yang
menjadi tanggung jawabnya.
b.
Kemahiran yang bercorak
kemanusiaan (human skill), yang diperlukan untuk bekerja dengan
sesamanya guna menciptakan keserasian kelompok yang efektif dan yang
mampu menumbuhkan kerja sama diantara anggota-anggota bawahan yang dia
pimpin.
c.
Kemahiran menganalisis
situasi dan permasalahan dengan konsep-konsep ilmiah yang relevan (conceptual
skill), yang dapat dijadikan dasar dalam mengambil keputusan dan
bertindak secara tetap.
3.
Masalah pendidikan dan kualitas manajemen
pendidikan
Dari perspektif manajemen
pendidikan, masalah pendidikan dapat terjadi jika kepala sekolah dan
juga para guru tidak mampu menjadi manajer-manajer pendidikan yang baik.
Masalah tersebut bisa saja terjadi karena : a. dirinya tidak memiliki
pengetahuan yang memadai mengenai konsep-konsep manajemen pendidikan,
b.dirinya kurang memahami konsep-konsep dasar pendidikan, dan c.
dirinya tidak atau kurang memiliki kemampuan dan karakteristik sebagai
manajer pendidikan, sehingga tidak mampu menjalankan peran sesuai dengan
statusnya. Masalah kualitas manajer pendidikan seperti itu bisa terjadi
karena kesalahan dalam penempatan. Seorang yang sebenarnya belum atau
tidak siap untuk menjadi pemimpin karena faktor tertentu dia diangkat
menjadi kepala sekolah.
Masalah-masalah
pendidikan juga dapat terjadi jika para pemimpin institusi pendidikan
lebih banyak menempatkan dirinya sebagai kepala dan bukan sebagai
pemimpin. Sebagai kepala mereka bertindak sebagai penguasa, hanya
bertanggung jawab pada pihak atasan, dan melakukan tugas-tugas karena
perimintaan atasan. Jika kepala sekolah lebih banyak bertindak sebagai
kepala maka dirinya akan kesulitan memberdayakan semua personal yang ada
agar tujuan pendidikan tercapai.
4.
Solusi terhadap masalah pendidikan dengan manajemen kinerja
guru
Jika masalah-masalah
pendidikan disebabkan oleh faktor manajemen maka upaya yang paling tepat
untuk mencegah dan mengatasi adalah dengan meningkatkan kualitas
manajemen pendidikan. Kualitas manajemen dapat meningkat jika para
manajer-manajer pendidikan berusaha untuk meningkatkan kemampuannya.
Seringkali terlontar
pernyataan bahwa kualitas pendidikan sulit untuk ditingkatkan karena
kurangnya dukungan dana. Namun ada fakta yang menunjukkan bahwa dana
yang cukup bahkan lebih ternyata tidak berdampak pada
peningkatan kualitas pendidikan. Hal demikian dapat terjadi karena
kepala sekolah tidak atau kurang mampu memberdayakan semua sumber yang
ada, khusunya sumber daya manusia. Demikian juga halnya dengan peranan
guru di sekolah sebagai manajer pendidikan, hambatan yang terjadi adalah
kurangnya kemampuan untuk memberdayakan semua sumber belajar yang ada
agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
Untuk mengatasi masalah
di atas salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah melalui peningkatan
manajemen kinerja kepala sekolah dan guru. Dalam perspektif manajemen, agar kinerja guru dapat selalu
ditingkatkan dan mencapai standar tertentu, maka dibutuhkan suatu
manajemen kinerja (performance management) yang baik. .
Referensi
Depdiknas.
“Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005- 2009”.
Tersedia pada : http://www. ktsp.diknas.co.id/ktsp sd/ppt3.
Joni, T.
Raka. (2005) Resureksi Pendidikan Profesional Guru.
Malang: LP3 UM-Cakrawala Indonesia.
Mulyasa.
(2002) Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep,
Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ngalim
Purwanto. (2006) Administrasi dan Supervisi Pendidikan.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Redja
Mudyahardjo. (2001) Pengantar Pendidikan : Sebuah Studi
Awal tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan
Pendidikan di Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Perkasa.
Sarwoto.
(1998) Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
No comments:
Post a Comment