Thursday, November 10, 2011

SEKILAS TENTANG KEADAAN DI KABUPATEN CIAMIS


Kabupaten Ciamis adalah salah satu kabupaten yang tak terpisahkan dari Propinsi Jawa Barat yang memiliki luas wilayah 244.479 Ha dan secara administratif Pemerintah Kabupaten  Ciamis terbagi dalam 36 kecamatan, 338 desa dan 7 kelurahan.
Prasarana wilayah yang tersedia di  Kabupaten Ciamis meliputi prasarana transportasi dengan status  jalan Nasional 40.035 km, jalan propinsi 159,52 km, jalan kabupaten 771 km dan jalan desa 3.450 km. Selain itu Kabupaten Ciamis dilalui oleh jalur kereta api yang menghubungkan Jakarta – Surabaya, serta  memiliki dermaga penyeberangan ferry di Majingklak dan Bandara Udara Nusawiru.
Infrastruktur lainnya yang juga telah tersedia dalam menunjang pembangunan di Kabupaten Ciamis antara lain jaringan listrik, telekomunikasi, irigasi dan air bersih.
Perekonomian Kabupaten Ciamis sampai saat ini masih berbasis pertanian dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencapai 29,93% dari total PDRB. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) yang dicapai pada tahun 2004 adalah sebesar 4,28% dengan laju inflasi 7,81%, dan pendapatan per kapita sebesar Rp. 5.130.797,00.
Jumlah penduduk Kabupaten Ciamis tahun 2004 sebanyak 1.453.139 orang dengan tingkat pendidikan masyarakat masih relatif rendah, yaitu 53,74% tamat SD, 15,59% tamat SLTP, 7,84% tamat SLTA dan 3,07% tamat Perguruan Tinggi.
Derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Ciamis setiap tahunnya mengalami peningkatan, walaupun masih dibawah rata-rata Propinsi Jawa Barat. Pada tahun 2005 Angka Harapan Hidup (AHH) di Kabupaten Ciamis sebesar 65,85 tahun.
Pembangunan yang telah dilaksanakan di Kabupaten Ciamis telah terlihat keberhasilannya dari tahun ke tahun nampak perubahan sejalan dengan dinamika masyarakat antara lain di sektor pertanian yang semula dilakukan secara tradisional bergeser ke arah mekanisasi pertanian. Demikian pula di sektor pariwisata telah menunjukkan perkembangan yang cukup berarti.
Untuk lebih mengembangkan hasil yang selama ini telah dicapai, Kabupaten Ciamis berupaya memacu pembangunan yang bertumpu pada kondisi dan potensi  yang dimiliki, yang direfleksikan dalam Visi Pemerintah Kabupaten Ciamis, yaitu :    Dengan Iman dan Taqwa Ciamis Terdepan Dalam Agribisnis dan Pariwisata di Priangan Tahun 2009.
Dalam upaya mewujudkan  pencapaian Visi tersebut Pemerintah Kabupaten Ciamis telah menetapkan sasaran pembangunan selama 5 (lima) tahun ke depan,  yaitu meningkatnya jumlah investasi, jumlah pelaku usaha masyarakat lokal dalam agribisnis dan kepariwisataan, meningkatkan kualitas aparatur, meningkatkan pendapatan, perbaikan jaringan pemasaran, meningkatkan volume produk pertanian unggulan, meningkatkan kualitas obyek wisata, meningkatkan fungsi lahan di daerah tangkapan dan peningkatan pelayanan umum.
Capaian pembangunan di Kabupaten Ciamis sampai dengan tahun 2004 bervariatif yaitu ada yang berhasil, belum berhasil dan kurang berhasil.  Pembangunan yang berhasil antara lain dalam peningkatan  produksi padi telah mencapai surplus rata-rata 200.000 ton per tahun, sehingga memberikan kontribusi pada stok regional maupun nasional;  Dihasilkannya cabe merah berkualitas yang dapat bersaing di tingkat regional maupun nasional;   Ciamis menjadi produsen ayam ras yang cukup besar  di Jawa Barat dengan kapasitas rata-rata 120 juta ekor per tahun;  Kemandirian peternak dalam pelaksanaan Inseminasi Buatan sapi potong;  Komoditi perikanan laut sudah mampu diekspor oleh pengusaha lokal ke berbagai negara dengan volume rata-rata 520 ton per tahun;  Besarnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan sarana prasarana diwujudkan dalam bentuk kontribusi langsung (imbal swadaya) baik berupa tenaga maupun pembiayaan khususnya pada pembangunan jalan desa, tempat ibadah, revitalisasi SD/MI, dan sarana pelayanan kesehatan swasta;  Tidak terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB)  selama 2 tahun berturut-turut;  Tidak terjadi kasus rabies; Dipertahankannya keberadaan budaya dan lingkungan antara lain di Kampung Kuta sebagai perintis pelestari lingkungan.
Pembangunan yang belum tuntas yang perlu segera dilanjutkan antara lain  Pembangunan Pangkalan Pendaratan Ikan Cikidang di Pangandaran; Pembangunan Pusat Pemasaran Bersama Makanan Olahan dan Kerajinan di Cihaurbeuti;  Wajar Dikdas 9 tahun;  Penanganan lahan kritis khususnya DAS Citanduy; Pembangunan instalasi air minum di Sindangkasih; dan Jalan Lingkar Selatan.
 Pembangunan yang kurang berhasil pemanfaatannya antara lain :  Sub Terminal Agribisnis Tanaman Pangan di Panumbangan;  Pasar Wisata Pangandaran;  Bandara Nusawiru di Cijulang; dan Dermaga Majingklak di Kalipucang dan Rest Area di Karangkamulyan.
Capaian IPM Kabupaten Ciamis setiap tahun masih di atas rata-rata pencapaian IPM Jawa Barat, walaupun dari indikator Daya Beli dan RLS masih di bawah. Hal ini menggambarkan tingkat ekonomi sebagian masyarakat terutama di perdesaan masih belum terangkat akibat proses pemberdayaan masyarakat belum berjalan secara optimal.
Upaya-upaya yang ditempuh untuk jangka pendek dan menengah setiap tahun ditingkatkan melalui berbagai kebijakan dan program. Seperti program yang berkaitan erat dengan upaya percepatan penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun yang memiliki relevansi dengan upaya meningkatkan Indeks Pendidikan, antara lain melalui pemberian bantuan Bebas Biaya Pendidikan kepada siswa SD/MI yang pada tahap awal baru diterapkan untuk  sebagian siswa pada jenjang pendidikan dasar hingga menengah, dan bantuan biaya Penerimaan Siswa Baru. 
Berdasarkan analisis SWOT, dalam upaya meningkatkan IPM yang berdampak pada aspek pelayanan terhadap masyarakat di Kabupaten Ciamis, faktor kekuatan yang sangat berpengaruh dalam lingkungan internal meliputi 6 (enam) aspek yaitu potensi sumberdaya alam dan kelautan yang cukup besar, penduduk usia produktif yang cukup banyak, jumlah pelaku usaha kecil yang cukup besar, tersedianya lembaga-lembaga pendidikan, tingginya partisipasi masyarakat dan swasta dalam pembangunan serta tersedianya sarana pelayanan kesehatan dasar dan rujukan. Sedangkan faktor kelemahan meliputi 5 (lima) aspek yaitu masih rendahnya kualitas SDM, masih rendahnya kualitas sarana dan prasarana wilayah, masih rendahnya kualitas dan kuantitas produksi usaha kecil, masih rendahnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan, sertamasih rendahnya kualitas lingkungan pemukiman. 
Selain itu terdapat faktor-faktor eksternal yang perlu diantisipasi antara lain peluang yang meliputi 4 (empat) aspek yaitu peluang pasar produk usaha kecil di luar Ciamis masih terbuka, adanya kebijakan pusat dan propinsi yang mendukung pembangunan daerah, adanya kemajuan teknologi yang semakin pesat serta stabilitas keamanan regional dan nasional yang semakin kondusif. Faktor eksternal lain yaitu  ancaman yang meliputi 3 (tiga) aspek terdiri dari tingginya pengaruh negatif dari arus globalisasi, tidak terkendalinya arus informasi dan budaya asing  serta adanya penyakit menular bawaan dari luar Ciamis.
Berdasarkan hasil analisis keterkaitan lingkungan internal dan eksternal dapat diidentifikasikan faktor-faktor kunci keberhasilan (Critical Success Factors) yang meliputi 7 (tujuh) aspek yaitu dimanfaatkannya penduduk usia produktif, ditingkatkannya sarana dan parasanana pendidikan, dioptimalkannya partisipasi masyarakat dan swasta dalam pembangunan daerah, ditingkatkannya kualitas sarana dan prasarana wilayah, ditingkatkannya kualitas lingkungan pemukiman dan terkendalinya penularan penyakit bawaan dari luar Ciamis, dimanfaatkannya sarana pelayanan kesehatan, diberdayakannya pelaku usaha kecil.
Hasil evaluasi pembangunan tahun 2000 – 2004 khususnya yang berkaitan dengan IPM yaitu Indeks Pendidikan, Kesehatan dan Daya Beli, secara umum masih dihadapkan pada beberapa permasalahan yaitu di Bidang  Pendidikan kondisi sarana prasarana pendidikan dasar masih  kurang memadai, angka putus sekolah dan melanjutkan  masih tinggi, penyebaran guru kurang merata  dan jumlah guru yang kurang memadai.
Image 
Di Bidang Kesehatan masih dihadapkan pada rendahnya tingkat layanan kesehatan dan pemanfaatan rujukan, rendahnya kesadaran untuk hidup sehat, kurangnya sanitasi lingkungan, masih adanya kasus gizi buruk, kasus penyakit menular, relatif tingginya Angka Kematian Bayi (AKB), masih tingginya Angka  Kematian Ibu (AKI). Namun demikian Angka Harapan Hidup (AHH) masih di atas rata-rata Propinsi Jawa Barat.
Di Bidang Daya Beli masih dihadapkan pada rendahnya produktivitas pelaku usaha kecil, rendahnya kualitas infrastruktur transportasi dan irigasi, masih rendahnya pengetahuan dan keterampilan pelaku usaha kecil, rendahnya akses permodalan bagi pelaku usaha kecil. Di sisi lain potensi yang mendukung untuk peningkatan daya beli adalah kondisi SDM usia produktif serta partisipasi masyarakat dan swasta dalam pembangunan yang cukup besar, tersedianya kelembagaan pelaku usaha kecil dan koperasi. Secara keseluruhan kondisi Indeks Daya Beli di Kabupaten Ciamis masih berada di bawah rata-rata Propinsi Jawa Barat.
Berdasarkan hasil evaluasi dengan menggunakan analisis SWOT teridentifikasi 11 permasalahan yang mendasar yang berpengaruh terhadap pencapaian IPM yaitu : Rendahnya akses permodalan bagi pelaku usaha kecil; rendahnya kualitas dan kuantitas infrastruktur; Rendahnya pengetahuan dan keterampilan pelaku usaha kecil; kurangnya pemerataan sarana dan prasarana kesehatan; Rendahnya kualitas bangunan sekolah; Kurangnya tenaga pengajar; Rendahnya kesejahteraan dan pemerataan tenaga guru; Kurangnya biaya operasional penyelenggaraan pendidikan; Kurang memasyarakatnya budaya hidup sehat; Kurangnya sarana sanitasi dasar serta menurunnya daya dukung lingkungan.

No comments: