Kabupaten Ciamis
adalah salah satu kabupaten yang tak terpisahkan dari Propinsi Jawa
Barat yang memiliki luas wilayah 244.479 Ha dan secara administratif
Pemerintah Kabupaten Ciamis terbagi dalam 36 kecamatan,
338 desa dan 7 kelurahan.
Prasarana wilayah yang tersedia di Kabupaten
Ciamis meliputi prasarana transportasi dengan status jalan
Nasional 40.035 km, jalan propinsi 159,52 km, jalan kabupaten 771 km
dan jalan desa 3.450 km. Selain itu Kabupaten Ciamis dilalui oleh jalur
kereta api yang menghubungkan Jakarta – Surabaya, serta memiliki
dermaga penyeberangan ferry di Majingklak dan Bandara Udara Nusawiru.
Infrastruktur
lainnya yang juga telah tersedia dalam menunjang pembangunan di
Kabupaten Ciamis antara lain jaringan listrik, telekomunikasi, irigasi
dan air bersih.
Perekonomian Kabupaten Ciamis sampai saat ini masih berbasis
pertanian dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) mencapai 29,93% dari total PDRB. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)
yang dicapai pada tahun 2004 adalah sebesar 4,28% dengan laju inflasi
7,81%, dan pendapatan per kapita sebesar Rp. 5.130.797,00.
Jumlah penduduk
Kabupaten Ciamis tahun 2004 sebanyak 1.453.139 orang dengan tingkat
pendidikan masyarakat masih relatif rendah, yaitu 53,74% tamat SD,
15,59% tamat SLTP, 7,84% tamat SLTA dan 3,07% tamat Perguruan Tinggi.
Derajat kesehatan
masyarakat Kabupaten Ciamis setiap tahunnya mengalami peningkatan,
walaupun masih dibawah rata-rata Propinsi Jawa Barat. Pada tahun 2005
Angka Harapan Hidup (AHH) di Kabupaten Ciamis sebesar 65,85 tahun.
Pembangunan yang
telah dilaksanakan di Kabupaten Ciamis telah terlihat keberhasilannya
dari tahun ke tahun nampak perubahan sejalan dengan dinamika masyarakat
antara lain di sektor pertanian yang semula dilakukan secara tradisional
bergeser ke arah mekanisasi pertanian. Demikian pula di sektor
pariwisata telah menunjukkan perkembangan yang cukup berarti.
Untuk lebih
mengembangkan hasil yang selama ini telah dicapai, Kabupaten Ciamis
berupaya memacu pembangunan yang bertumpu pada kondisi dan potensi
yang dimiliki, yang direfleksikan dalam Visi Pemerintah
Kabupaten Ciamis, yaitu : Dengan Iman dan Taqwa
Ciamis Terdepan Dalam Agribisnis dan Pariwisata di Priangan Tahun 2009.
Dalam upaya
mewujudkan pencapaian Visi tersebut Pemerintah Kabupaten
Ciamis telah menetapkan sasaran pembangunan selama 5 (lima) tahun ke
depan, yaitu meningkatnya jumlah investasi, jumlah pelaku
usaha masyarakat lokal dalam agribisnis dan kepariwisataan, meningkatkan
kualitas aparatur, meningkatkan pendapatan, perbaikan jaringan
pemasaran, meningkatkan volume produk pertanian unggulan, meningkatkan
kualitas obyek wisata, meningkatkan fungsi lahan di daerah tangkapan dan
peningkatan pelayanan umum.
Capaian pembangunan di Kabupaten Ciamis
sampai dengan tahun 2004 bervariatif yaitu ada yang berhasil, belum
berhasil dan kurang berhasil. Pembangunan yang berhasil
antara lain dalam peningkatan produksi padi telah mencapai
surplus rata-rata 200.000 ton per tahun, sehingga memberikan kontribusi
pada stok regional maupun nasional; Dihasilkannya cabe
merah berkualitas yang dapat bersaing di tingkat regional maupun
nasional; Ciamis menjadi produsen ayam ras yang cukup
besar di Jawa Barat dengan kapasitas rata-rata 120 juta
ekor per tahun; Kemandirian peternak dalam pelaksanaan
Inseminasi Buatan sapi potong; Komoditi perikanan laut
sudah mampu diekspor oleh pengusaha lokal ke berbagai negara dengan
volume rata-rata 520 ton per tahun; Besarnya partisipasi
masyarakat dalam pembangunan sarana prasarana diwujudkan dalam bentuk
kontribusi langsung (imbal swadaya) baik berupa tenaga maupun pembiayaan
khususnya pada pembangunan jalan desa, tempat ibadah, revitalisasi
SD/MI, dan sarana pelayanan kesehatan swasta; Tidak
terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) selama 2 tahun
berturut-turut; Tidak terjadi kasus rabies;
Dipertahankannya keberadaan budaya dan lingkungan antara lain di Kampung
Kuta sebagai perintis pelestari lingkungan.
Pembangunan yang belum tuntas yang perlu
segera dilanjutkan antara lain Pembangunan Pangkalan
Pendaratan Ikan Cikidang di Pangandaran; Pembangunan Pusat Pemasaran
Bersama Makanan Olahan dan Kerajinan di Cihaurbeuti; Wajar
Dikdas 9 tahun; Penanganan lahan kritis khususnya DAS
Citanduy; Pembangunan instalasi air minum di Sindangkasih; dan Jalan
Lingkar Selatan.
Pembangunan yang kurang berhasil
pemanfaatannya antara lain : Sub Terminal Agribisnis
Tanaman Pangan di Panumbangan; Pasar Wisata Pangandaran;
Bandara Nusawiru di Cijulang; dan Dermaga Majingklak di
Kalipucang dan Rest Area di Karangkamulyan.
Capaian IPM
Kabupaten Ciamis setiap tahun masih di atas rata-rata pencapaian IPM
Jawa Barat, walaupun dari indikator Daya Beli dan RLS masih di bawah.
Hal ini menggambarkan tingkat ekonomi sebagian masyarakat terutama di
perdesaan masih belum terangkat akibat proses pemberdayaan masyarakat
belum berjalan secara optimal.
Upaya-upaya yang ditempuh untuk jangka
pendek dan menengah setiap tahun ditingkatkan melalui berbagai kebijakan
dan program. Seperti program yang berkaitan erat dengan upaya
percepatan penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun yang memiliki relevansi
dengan upaya meningkatkan Indeks Pendidikan, antara lain melalui
pemberian bantuan Bebas Biaya Pendidikan kepada siswa SD/MI yang pada
tahap awal baru diterapkan untuk sebagian siswa pada
jenjang pendidikan dasar hingga menengah, dan bantuan biaya Penerimaan
Siswa Baru.
Berdasarkan analisis SWOT, dalam upaya
meningkatkan IPM yang berdampak pada aspek pelayanan terhadap masyarakat
di Kabupaten Ciamis, faktor kekuatan yang sangat berpengaruh dalam
lingkungan internal meliputi 6 (enam) aspek yaitu potensi sumberdaya
alam dan kelautan yang cukup besar, penduduk usia produktif yang cukup
banyak, jumlah pelaku usaha kecil yang cukup besar, tersedianya
lembaga-lembaga pendidikan, tingginya partisipasi masyarakat dan swasta
dalam pembangunan serta tersedianya sarana pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan. Sedangkan faktor kelemahan meliputi 5 (lima) aspek yaitu masih
rendahnya kualitas SDM, masih rendahnya kualitas sarana dan prasarana
wilayah, masih rendahnya kualitas dan kuantitas produksi usaha kecil,
masih rendahnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan,
sertamasih rendahnya kualitas lingkungan pemukiman.
Selain itu terdapat
faktor-faktor eksternal yang perlu diantisipasi antara lain peluang
yang meliputi 4 (empat) aspek yaitu peluang pasar produk usaha kecil di
luar Ciamis masih terbuka, adanya kebijakan pusat dan propinsi yang
mendukung pembangunan daerah, adanya kemajuan teknologi yang semakin
pesat serta stabilitas keamanan regional dan nasional yang semakin
kondusif. Faktor eksternal lain yaitu ancaman yang
meliputi 3 (tiga) aspek terdiri dari tingginya pengaruh negatif dari
arus globalisasi, tidak terkendalinya arus informasi dan budaya asing
serta adanya penyakit menular bawaan dari luar Ciamis.
Berdasarkan hasil
analisis keterkaitan lingkungan internal dan eksternal dapat
diidentifikasikan faktor-faktor kunci keberhasilan (Critical Success
Factors) yang meliputi 7 (tujuh) aspek yaitu dimanfaatkannya
penduduk usia produktif, ditingkatkannya sarana dan parasanana
pendidikan, dioptimalkannya partisipasi masyarakat dan swasta dalam
pembangunan daerah, ditingkatkannya kualitas sarana dan prasarana
wilayah, ditingkatkannya kualitas lingkungan pemukiman dan terkendalinya
penularan penyakit bawaan dari luar Ciamis, dimanfaatkannya sarana
pelayanan kesehatan, diberdayakannya pelaku usaha kecil.
Hasil evaluasi
pembangunan tahun 2000 – 2004 khususnya yang berkaitan dengan IPM yaitu
Indeks Pendidikan, Kesehatan dan Daya Beli, secara umum masih dihadapkan
pada beberapa permasalahan yaitu di Bidang Pendidikan
kondisi sarana prasarana pendidikan dasar masih kurang
memadai, angka putus sekolah dan melanjutkan masih tinggi,
penyebaran guru kurang merata dan jumlah guru yang kurang
memadai.
Di Bidang Kesehatan masih dihadapkan pada rendahnya tingkat
layanan kesehatan dan pemanfaatan rujukan, rendahnya kesadaran untuk
hidup sehat, kurangnya sanitasi lingkungan, masih adanya kasus gizi
buruk, kasus penyakit menular, relatif tingginya Angka Kematian Bayi
(AKB), masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI). Namun
demikian Angka Harapan Hidup (AHH) masih di atas rata-rata Propinsi Jawa
Barat.
Di Bidang Daya Beli masih dihadapkan pada rendahnya
produktivitas pelaku usaha kecil, rendahnya kualitas infrastruktur
transportasi dan irigasi, masih rendahnya pengetahuan dan keterampilan
pelaku usaha kecil, rendahnya akses permodalan bagi pelaku usaha kecil.
Di sisi lain potensi yang mendukung untuk peningkatan daya beli adalah
kondisi SDM usia produktif serta partisipasi masyarakat dan swasta dalam
pembangunan yang cukup besar, tersedianya kelembagaan pelaku usaha
kecil dan koperasi. Secara keseluruhan kondisi Indeks Daya Beli di
Kabupaten Ciamis masih berada di bawah rata-rata Propinsi Jawa Barat.
Berdasarkan hasil
evaluasi dengan menggunakan analisis SWOT teridentifikasi 11
permasalahan yang mendasar yang berpengaruh terhadap pencapaian IPM
yaitu : Rendahnya akses permodalan bagi pelaku usaha kecil; rendahnya
kualitas dan kuantitas infrastruktur; Rendahnya pengetahuan dan
keterampilan pelaku usaha kecil; kurangnya pemerataan sarana dan
prasarana kesehatan; Rendahnya kualitas bangunan sekolah; Kurangnya
tenaga pengajar; Rendahnya kesejahteraan dan pemerataan tenaga guru;
Kurangnya biaya operasional penyelenggaraan pendidikan; Kurang
memasyarakatnya budaya hidup sehat; Kurangnya sarana sanitasi dasar
serta menurunnya daya dukung lingkungan.
No comments:
Post a Comment