Tiap pekerjaan mengandung aspek-aspek yang dapat menimbulkan
ketegangan, apakah pekerjaan sebagai diplomat, penerbang, sopir, dokter atau
guru. Ketegangan itu tidak hanya ditentukan oleh sifat pekerjaan itu akan
tetapi juga bergantung pada orang yang melakukannya. Tiap orang ingin mencari
kepuasan dalam pekerjaannya, akan tetapi tak selalu kepuasan itu diperolehnya
karena ada yang menghalanginya. Ketegangan timbul sebagai akibat hambatan untuk
mencapai kepuasan yang dicari individu dari kedudukannya. Sifat ketegangan itu
bergantung pada apa yang ingin seseorang dalam pekerjaaannya atau
keterlibatannya dalam pekerjaan itu. Kepuasan yang dicari oleh berbagai
individu berbeda-beda. Pekerjaan yang dapat memberi kepuasan kepada seseorang
belum tentu akan memberi kepuasan kepada orang lain. Apa yang menimbulkan
ketegangan bagi seseorang mungkin tidak mempunyai pengaruh terhadap orang lain.
Jabatan guru tidak dapat dikaitkan menjadi idaman atau panggilan
bagi kebanyakan pemuda. Walaupun tugas itu mulia, akan tetapi tidak selalu
memberi kepuasan yang dicari orang dalam jabatannya. Apa yang diharapkan guru
dari jabatannya? Antara lain :
ü Keuntungan ekonomis, imbalan, financial, gaji atau uang. Gaji yang
tinggi memberi kesempatan untuk menabung, mendirikan rumah, membiayai
pendidikan anak, dan sebagainya. Pendapatan yang cukup memberi rasa aman untuk
masa depan baginya dan bagi keluarganya.
ü Status, kedudukan yang terhormat dalam masyarakat, penghargaan yang
mempertinggi harga diri dihadapan orang lain.
ü Otoritas, kewibawaan, kekuasaan atas orang lain, mengatur orang
lain, merasa diri sebagai “bos”, dapat memerintah orang lain, dalam hal ini
murid-murid.
ü Status, professional, merasa diri memiliki kesanggupan yang khas
yang diperoleh berkat pendidikan yang tidak dimiliki orang lain.
Gaji pekerja atau pegawai pada umumnya tidak tinggi dibandingkan
dengan gaji orang di negara-negara yang maju, atau dibandingkan dengan guru di Malaysia atau Singapura. Walaupun gaji guru tidak lebih
rendah dari gaji resmi pegawai-pegawai lain namun pendapatannya pada umumnya
lebih rendah. Secara financial jabatan guru tidak akan membuat orang menjadi
kaya. Bukan hanya di negara kita, juga di negara-negara lain, guru banyak
mengeluh tentang gajinya. Di USA misalnya gaji buruh kasar sering melebihi gaji
guru.
Guru-guru pada umumnya tidak begitu melibatkan diri dalam usaha hal
mencari uanga, namun menginginkan adanya jaminan ekononis, agar dapat menutupi
biaya kehidupan sehari-hari menurut keperluanya. Untuk mencari jaminan itu guru
atau anggota keluarganya sering mencari sumber-sumber finalsial lain. Jadi
aspek finansila dapat menimbulkan ketegangan di kalangan guru.
Mengenai status guru di dalam masyarakat, dapat kita selidiki
pendapat orang banyak. Seorang peneliti meminta menilai status guru dari daftar
yang berisi 90 macam pekerjaan. Pada waktu itu guru menduduki tempat ke-36,
sedikit di atas rata-rata. Jadi status guru tidak ditetapkan orang pada tempat
yang tinggi dan juga tidak pada tempat yang rendah. Peneliti serupa itu dapat
kita lakukan juga di negara kita tentu perlu dibedakan berbagai tingkat guru
seperti guru SD, SMP, SMA, dosen Perguruan Tinggi
atau guru besar.
Guru sendiri tidak mempunyai gambaran yang jelas mengenai statusnya di
tengah-tengah jabatan lain. Bila ia beranggapan bahwa guru yang melakukan tugas
yang begitu mulia itu mempunyai kedudukan yang tinggi, mungkin ia akan
mengalami ketegangan dan frustasi melihat kenyataan bahwa guru itu memang
dihormati tetapi tidak diberikan status yang tinggi dibandingkan dengan jabatan
lain. Mungkin pertimbangan orang banyak didasarkan atas asfek finasial dan
bukan hakikat pekerjaan guru.
Guru banyak berasal dari golongan rendah atau menengah-rendah dan memandang
jabatan sebagai guru sebagai jalan untuk mendapatkan status yang lebih tinggi.
Status guru yang tidak begitu tinggi dalam mata masyarakat dan status yang
tidak jelas bagi guru sendiri mungkin akan mengecewakannya dan dapat mengganggu
kestabilan kepribadiannya. Status guru yang tidak jelas ini dapat menjadi sumber
ketegangan bagi arang yang mencari kenaikan statusnya melalui jabatannya.
Sunber ketegangan lain bagi guru ialah otoritas guru untuk menghukum
atau memberi penghargaan kepada murid. Tidak selalu sama pendapat masyarakat
apa yang harus dihargai atau dihukum, sehingga dapat menimbulkan ketegangan.
Semua orang tua menginginkan adanya disiplin, akan tetapi jika anaknya diberi
hukuman karena terlambatsedikit, atau terdapat merokok, ada orang tua yang
menganggap hukuman itu terlampau keras atau tidak pada tempatnya. Sebaliknya
ada orang tua yang menginginkan agar anaknya diberi hukuman yang keras bahkan
kalau perlu diberi hukuman jasmani yang tidak dapat diterima oleh guru.
Demikian guru berada pada titik silang berbagai harapan dan tuntutan yakni dari
pihak ornag tua dan msayarakat, dari pihak kepala sekolah dan atasan dari
tuntutan profesi keguruan yang dipengaruhi oleh berbagai aliran. Guru diharapkan
agarmematuhi berbagai tuntutan dan berusaha melayani berbagai permintaan
berbagai pihak yang mungkin saling bertentangan sehinnga dapat menimbulkan
ketegangan pada guru.
Ketegangan juga dapat ditimbulkan oleh persoalan apakah pekerjaan
guru dapat diakui sebagai profesi. Tanpa melalui pendidikan keguruan seorang
dapat mengajar, hal yang tidak mungkin terjadi dengan profesi kedokteran atau
hukum. Diadakannya akata V dapat dipandang sebagai pengakuan atas perlunya
pendidikan khusus keguruan agar dapat mengajar dengan tanggung jawab.
Sember ketegangan juga terletak dalam pekerjaan guru di dalam kelas.
Di situ diuji kemampuannya dalam
profesinya, kesanggupannya untuk mengatuer proses belajar mengajar agar
berhasil baik sehingga memuaskan bagi setiap murid. Gangguan disiplin,
kenakalan, kemalasan, ketidakmampuan, atau kebodohan anak dapat menjadi sumber
ketegangan dan frustasi guru yang benar-benar melibatkan diri dalam prose situ.
Macam-macam hal lain yang dapat menjadi sumber ketegangan menjadi
bagi guru. Dirasakan ada tidaknya ketegangan bergantung kepada kepuasan yang
dicari seorang guru dalam profesinya. Keberhasilan guru dalam membantu anak
dalam pelajarannya akan memberi kepuasan bagi guru yang menjunjung tinggi
profesi keguruannya dan kurang menghiraukan penghargaan financial yang
diperolehnya dari jabatannya. Kegagalan dalam hal ini akan menimbulkan frustasi
yang dapat mempengaruhi kepribadiannya.
No comments:
Post a Comment